17. You're My Happiness (Leeteuk)

2K 86 21
                                    

"Bagaimana jika aku pergi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana jika aku pergi?"

Pertanyaan mendadak dari pria ini membuatku membatalkan satu potong beef steak yang tadinya akan ku masukkan ke dalam mulutku.

"Bagaimana jika aku pergi? Bagaimana jika aku meninggalkanmu? Apa yang akan kau lakukan?"

Dia semakin mendesakku dengan pertanyaan anehnya yang dia lontarkan secara tiba-tiba. Sebenarnya dia ini kenapa?

Aku menaruh sendok makan diatas piringku, lalu menatap kedua matanya yang kini sedang menatapku lekat.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Jawab saja"

Aku menghembuskan nafas pelan, melemparkan pandanganku pada beef steak miliknya yang pasti sekarang perlahan-lahan mulai dingin.

"Tidak ada yang bisa ku lakukan. Jika kau ingin pergi meninggalkanku, aku tak akan menahanmu,"

"Kenapa?"

Ku dengar nada suaranya mulai melemah setelah mendengar jawaban dariku barusan. Aku tersenyum tipis padanya.

"Aku tidak berhak untuk menahan seseorang yang ingin melangkah keluar dari kehidupanku. Setiap orang mempunyai pilihan, jika dia merasa apa yang dia pilih sekarang salah, tentu dia boleh memilih pilihan yang lainnya selagi masih bisa. Aku tidak tau dalam konteks apa kau akan pergi meninggalkanku. Jika karna kau merasa sudah tak nyaman denganku, aku tidak bisa untuk memaksakan kita untuk slalu bersama, karna segala sesuatu yang dilakukan karna keterpaksaan hasilnya tidak akan baik. Dan jika kau akan meninggalkanku karna kau menemukan yang baru dan merasa lebih bahagia bersamanya, aku tak bisa menahanmu untuk tetap bersamaku. Silahkan pergi bersamanya, orang yang bisa membahagiakanmu setelah aku gagal untuk bisa membuatmu bahagia. Karna hakikatnya, kebahagiaanmu jauh lebih penting dari apapun untukku,"

Ku lihat kini dia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Bahkan matanya sudah mulai berkaca-kaca. Aish, pria ini benar-benar mengubah suasana makan siang yang harusnya menyenangkan menjadi sangat tegang seperti sekarang karna pertanyaan bodohnya itu.

"Heechul-ah.."

Aku mengelus lembut punggung tangannya, sesekali menepuknya pelan.

"Aku tau semuanya tidak akan menjadi baik-baik saja jika nanti kau benar-benar akan pergi meninggalkanku. Dan kau juga pasti tau itu kan?"

"Heechul-ah.. aku percaya kakimu tidak akan salah dalam melangkah pulang. Aku percaya kemana saja arah yang kau tuju, itu adalah jalan terbaik untukmu. Aku bahagia atas kebahagiaanmu nantinya, meski bukan aku satu diantara bahagiamu,"

"Jadi, teruslah melangkah, arra?"

Dan sekarang kulihat air matanya mulai jatuh di pipi mulusnya. Apa ini? Aku sangat benci melihatnya menangis seperti sekarang. Dengan cepat aku berdiri dari kursiku, lalu menyapu air matanya dengan ibu jariku.

"Sssshh.. jangan menangis. Kan sudah ku bilang, kau hanya boleh mengeluarkan air matamu jika kau merasa bahagia. Jangan membuangnya dengan percuma,"

Aku kembali duduk dikursiku setelah ku pastikan tidak ada lagi air mata yang keluar dari mata indahnya. Hanya bulu matanya yang masih basah, dan juga matanya yang tampak sedikit memerah.

"Jungsoo-ah.."

Ku dengar dia memanggil namaku dengan suara yang masih sedikit bergetar. Pria ini bodoh atau bagaimana? Dia yang memulai dengan pertanyaan bodohnya itu, dan sekarang dia juga yang menangis.

"Kau bilang padaku untuk pergi mencari kebahagiaanku. Tapi bagaimana bisa aku pergi, disaat yang memberiku kebahagiaan itu hanya kau,"

Apa? Ini gila. Dimana dia belajar menjawab seperti itu. Mendengar jawaban darinya membuatku tak bisa menahan senyum di bibirku.

Apa kalian pernah mendengar bedanya mencintai dan dicintai?

Jika mencintai, itu artinya kau menemukan kebahagiaanmu, sedangkan dicintai adalah saat kau mampu menjadi kebahagiaan untuk orang lain.

Dan aku memiliki keduanya. Aku mencintainya dan juga dicintainya.

Ah.. Terimakasih Tuhan.

Aku kembali tersenyum kepadanya, memperlihatkan barisan gigiku yang tersusun rapih.

"Baiklah,, apa sekarang kita sudah bisa melanjutkan makan siang ini? Setelah kita membahas pertanyaan bodohmu itu yang seharusnya tidak perlu untuk dibahas,"

Dia tertawa mendengar ucapanku lalu menatapku dan tersenyum.

"Mianhe.."

Aku mengangguk dan tersenyum padanya. Dan melanjutkan makan siang kami dengan beef steak yang sudah terasa dingin dan ice cream yang sudah mulai mencair.

Oneshoot TeukchulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang