11. Lupakan

5.1K 290 0
                                    

"Tidak harus jadi batu karang untuk terlihat kuat,namun cukup jadi air hujan yang tidak pernah menyalahkan awan ketika ia terbuang"

-

--------------------❤❤❤----------------------
        Isak tangis ku masih tersisa. Aku tidak bisa berhenti menangis. Sudah pukul satu dini hari mataku masih belum bisa terpejam. Ingatan tentang nama itu masih sangat membekas di hatiku. Begitu pun sosok pria yang saat ini menjadi alasan mengapa aku meneteskan air mata.

Mungkin aku terlihat sangat bodoh. Bodoh karena telah berharap kepada selain Allah. Aku jadi teringat perkataan Kak Andi waktu itu.

"Pengaharapan yang paling indah hanyalah pengharapan kepada Allah. Karena Allah lah sebaik-baik nya tempat kita untuk berharap"

Dan saat ini aku merasakan bagaimana sakit nya berharap kepada Hamba-Nya bukan kepada-Nya. Aku telah salah menaruh hati. Dan sekarang Allah mencambuk ku dengan hal yang begitu sangat menyakitkan. Bahkan tak menunggu renggang waktu yang lama. Allah menegurku dengan waktu yang menurut ku ini terlalu singkat. Aku baru mengagumi nya dua hari lalu dan Allah menegurku hari ini.

Mukenah masih terpasang ditubuh ku walaupun sebagian sudah terlihat basah akibat air mataku. Dengan langkah gontai aku beranjak ke kamar mandi,mengambil air wudhu.

Aku membuka lemari ku,mengambil satu set mukenah baru karena mukenah ku sudah banjir oleh air mataku.
Mataku sudah sembab,entah sudah berapa banyak air mata yang aku keluarkan untuk Ilham.

Dengan hati yang begitu gundah. Aku memulai untuk melaksanakan Qiyamul lail (Sholat Sunnah malam hari).

"Allahu Akbar" Ucap ku mengumandangkan takbir dengan gemetar. Hati ku benar-benar sedang kacau saat ini. Dan yang aku butuhkan sekarang adalah Allah.

Rakaat demi rakaat aku laksanakan dengan khusyuk. Tak jarang air mata ku dengan lancang menetes kembali. Namun aku tak boleh cengeng. Allah Maha Baik.

"Assalamu'alaikum warahmatullah" Lirih ku mengucap salam ketika telah selesai sholat.

Dengan tangis yang masih tersisa aku berdoa. Doa ku sederhana. Bisa melupakan nya jika memang itu yang terbaik.

Untuk saat ini aku tak butuh siapa-siapa. Aku hanya butuh Allah. Kadang aku malu. Ketika aku sedang merasa senang,aku melupakan-Nya. Namun,ketika DIA sudah memberikan kesedihan aku baru mendekat untuk mengadu semua keluh kesah ku. Allah Maha Baik. Ketika kita jauh Allah tetap dekat,Ketika kita dekat Allah lebih dekat.

                    ♡♡♡♡♡

       Sinar matahari sudah menembus kaca jendela kamar ku. Tak terasa semalam aku menangis sampai ketiduran. Rasanya mataku sangat berat. Sembab. Itulah kata yang pertama keluar dari mulut ku ketika aku bercermin.
Setelah selesai sholat subuh,aku tak kuasa menahan beban kantuk ku yang menyerang hebat. Alhasil sehabis sholat aku langsung melanjutkan tidur ku.

Pukul 07:00. Masih ada waktu setengah jam untuk bersiap-siap pergi ke kampus.
Dengan pakaian kebanggaan yang sudah menjadi tren fasion favoritku. Celana jeans dan kaos panjang serta hijab segiempat dua puluh lima ribuan menjadi andalan ku setiap hari.

Aku menuruni satu per satu anak tangga. Jujur sebenarnya malu untuk pergi ke kampus dengan mata sembab seperti ini. Pasti akan banyak lemparan pertanyaan dari teman-teman ku. Apalagi Aisyah,si bawel cantik. Dan terlebih lagi Ilham. Ilham? Rasa nya malas menyebut nama itu. Untuk saat ini ada dua hal yang sedang menjadi topik awal di otak ku pagi ini. Pertama,mencari alasan ketika Umi,Kak Andi atau Kak Reza bertanya tentang sabab musabab mata sembab ku ini. Kedua,apa yang harus aku lakukan ketika nanti bertemu dengan Ilham?.

Aku melihat Umi dan Kak Andi sedang sarapan. Abi,tentu saja sudah pergi sejak pagi-pagi buta. Sedangkan Kak Reza ? Alhamdulillah makhluk itu belum terlihat wujud nya. Itu tanda nya tak ada biang rusuh yang jadi kompor pagi ini.

Aku mengahampiri Umi yang nampak nya sedang bercakap-cakap dengan Kak Andi.

"Pagi Umi,Kak Andi" Sapa ku

"Pagi sayang. Tumben baru turun. Kirain Umi kamu gak kuliah" Ucap Umi. Aku sengaja menunduk agar mata sembab ku tidak terlalu terlihat oleh Umi. Namun apalah daya,Umi tetaplah Umi yang sangat detail memperhatikan anak-anak nya.

"Syila,mata kamu sembab?" Tanya Umi sambil mengangkat wajah ku untuk mengahadap ke arah nya.

"Itu umi.. semalem Syila...."

"Kebanyakan begadang kali Mi,tugas Syila mungkin lagi banyak" Ucap Kak Andi memotong ucapan ku. Aku melihat ke Arah nya. Kak Andi hanya mengedipkan sebelah matanya tanda semua aman.

"Bener Syila?" Tanya Umi kepada ku

"B-bener kok Umi. Tugas Syila lagi banyak jadi ya begini deh jadinya" Ucap ku meyakinkan Umi.

"Yasudah lain kali kalau ada tugas jangan ditumpuk-tumpuk. Umi takut kamu sakit Syila" Ucap Umi. Ah Umi bagaimana Aku tidak menyayangi makhluk Allah yang satu ini. Selain penyayang,Omelan Umi selalu berujung perhatian.

"Siap Komandan" Ucap ku bersemangat. Yes akhirnya aku terbebas dari seribu pertanyaan yang membuatku mati kutu. Ya tentu nya dengan dukungan Kak Andi dan juga kondisi sekitar. Tidak ada biang onar masalah pun kelar hehehe.

Aku memain-mainkan alis ku sambil ternyum bangga kepada Kak Andi. Kak Andi love you so much pokoknya. Kakak ter The Best dah.

"Umi,Kak Reza mana? Kok tumben gak keliatan" Tanya ku.

"Kakak mu sakit. Noh lagi ngeringkuk di kamar. Semalem panas nya tinggi" Jawab Umi

"Yaampun pantesan sepi gak ada biang rusuh" Ledek ku.

"Huss Syila,gak boleh ngomong gitu. Dia kakak mu loh" Tegur Umi.

"Hehe iya Umi maaf" Ucap ku sambil menunjukan cengiran tanpa dosa.

"Yaudah Syila mau nengokin Kak Reza dulu di kamar Umi" Ucap ku

"Nanti telat ke kampus nya loh" Ucap Umi

"Engga kok Umi,sebentar doang" Ucap ku lalu pergi menuju kamar Kak Reza.

Aku membuka pintu kamar Kak Reza. Terpampang jelas di depan pintu kamar nya. Hiasan yang bikin aku mual setiap kali membaca nya. Hiasan bertuliskan "Kamarnya orang ganteng". Selain makhluk rese bin ngeselin,makhluk ini pun terkenal dengan tingkat kepedean nya yang sangat tinggi. Entah aku harus bersyukur atau beristigfar mempunyai Kakak seperti Kak Reza hahaha.

Kak Reza terlihat sedang berbaring di kasur dengan selimut super tebal belum lagi jaket yang ia kenakan lengkap dengan sarung tangan dan kaos kaki. Makhluk ini selain rese ternyata lebay juga. Sakit demam aja udah kaya mau main di salju.

Aku terdiam sejenak melihat sosok  Kakak paling rese. Ada rasa tak tega yang tiba-tiba terbesit oleh ku. Kalau seperti ini rasanya ingin sekali cancel kuliah hanya ingin merawat nya. Ya walaupun Kak Reza suka iseng dan kadang memang nyebelin tapi aku sangat menyayangi nya. Terlebih jika melihat kondisi nya yang seperti ini.
Aku mengusap rambut Kak Reza. Tersenyum ke arah nya. Aku jamin jika Kak Reza bangun dan melihat ku seperti ini pasti ia akan bingung. Dan balik bertanya "kamu gak sakit kan Syila?". Memalukan. Karena jujur aku sangat jarang sekali menunjukan kasih sayang ku kepada Kak Reza. Selain karena malu, juga karena tak ingin melihat penyakit pede nya kambuh lagi.

" Cepet sembuh ya Kak,Syila kesepian kalo Kakak sakit. Syila pergi ke kampus dulu ya. Syila sayang Kak Reza. Assalamu'alaikum" Ucap ku lalu beranjak pergi dari kamar Kak Reza.

Oke waktu nya untuk kuliah. Aku menarik napas sebentar dan menghembuskan nya.masalah yang kemarin terjadi aku anggap semua itu sudah berakhir. Dan inilah hari ku. Hari seorang Asyila Tazkiyatunnisa untuk melakukan aktivitas nya seperti biasa.

Cintai Aku Lewat Al-Qur'anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang