24. Good Bye Kairo

4.7K 296 0
                                    

Rasanya sakit ketika kita merindukan seseorang lalu di abaikan.
Begitu juga yang Rasulullah rasakan kepada Umat nya.

----------------------❤❤❤---------------------

Tidak terasa waktu yang ku lalui amat singkat. Empat tahun berada di kairo untuk menuntut ilmu rasanya masih kurang.
Hari ini aku sukses di wisuda dengan nilai yang cukup memuaskan. Gelar sarjana pun sudah ku dapatkan. Walaupun Umi dan Abi serta kedua kakak ku tidak bisa hadir tapi aku masih bersyukur karena ada Abah,Umi serta Alena yang datang untuk menghadiri acara wisuda ku.

Hari ini pula aku akan terbang ke indonesia lagi. Rasa nya masih ingin berada di sini. Ingin merasakan kehangatan keluarga pecinta Al-Qur'an. Disini lah aku bisa menyelesaikan kuliah ki serta hafalan 30 Juz ku. Ya,tepat sehari sebelum aku di wisuda. Abah mengetes hafalan 30 Juz ku. Alhamdulillah semua tes itu bisa aku lalui tanpa hambatan. Masya Allah. Rasanya senang sekali bisa menyimpan Ayat Cinta dari Allah di dalam hati ku. Dan insya Allah akan ku bawa hingga akhir hayat ku. Abah telah berjasa banyak selama ini kepada ku. Entah apa yang bisa ku balas. Hanya rasa terima kasih yang amat mendalam yang bisa ku berikan.

Aku menge-pack pakaian dan barang-barang ku dibantu oleh Umi farikhah. Umi hanya terdiam sejak tadi. Entah apa yang ia pikirkan. Aku pun sama. Aku hanya bisa berbicara lewat hati ku. Aku tidak ingin ucapan ku malah membuat Umi menangis.

"Alhamdulillah sudah semua Umi" Ucap ku akhirnya. Aku menaruh koper ku di pojok kamar. Masih sekitar 1 jam lagi aku harus ke bandara.

"Apa syila bakalan lupa sama Umi ?" Tanya Umi tiba-tiba. Aku yang sedang menaruh koper akhirnya terdiam mendengar ucapan Umi tiba-tiba. Aku membalikan badan. Tersenyum lalu menghampiri Umi yang sedang duduk di pinggir ranjang kasurku.

Aku memeluk Umi sangat erat. Hingga tak terasa air mata ini menetes. Aku akan sangat merindukan Umi nanti.

"Umi. Syila gak akan pernah lupa sama Umi. Umi sangat berjasa buat syila. Dan semua kebaikan umi bakalan syil inget sampai kapan pun" Ucap ku. Umi menangis. Aku bisa merasakan bahagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kita sayang. Pasti umi sedang merasakan hal itu. Begitupun dengan ku.

"Jaga diri kamu baik-baik ya sayang. Umi disini selalu doain kamu. Jangan pernah berhenti menjadi seseorang yang bermanfaat untuk orang lain" Pesan Umi.

"Iya Umi. Pesan Umi akan selalu Syila ingat. Minta ikhlas ridho nya untuk syila ya,Mi. Syila sayang Umi" Aku memeluk Umi lagi. Pelukan yang sangat lama. Hingga tidak sadar sudah ada si kecil Alena di sini.

"Kakak" Panggil nya.
Ia memakai gamis merah maroon dengan jilbab instan bergambar strawberry di depannya.

"Ini buat Kak Syila" Alena membarikan bungkusan kado yang mungkin bisa dibilang cukup ancur penampakan nya. Namun,aku langsung menerima nya. "Dari Alena. Maaf kado nya jelek. Alena gak bisa bungkus kado secantik Umi" Lanjut nya lagi. Aku mencubit pipi chubby nya lalu tersenyum.

"Makasih sayang. Kak Syila suka banget sama kado nya" Ucap ku menghibur Alena. Si kecil hebat. Walaupun memang tampak hancur namun ia sudah berusaha membuatkan ini untuk ku. Aku memeluk si kecil Alena. Tiba-tiba ia terisak.

"Hei kok Alena nangis. Jangan nangis dong nanti cantik nya ilang" Ucap ku mencoba menenangkan nya. Namun,bukan nya reda kini tangis nya makin kencang. Aku dibuat bingung oleh Alena. Tidak pernah ia menangis hingga sekencang ini.

"Alena kok malah tambah nangis sih. Kenapa sayang? Ngomong sama kakak" Ucap ku sambil mengelus-elus punggung kecil nya.

"A..alen..na..sa..say..sayang..Kak Syila. A..alen..alena..gak..ma..u..ka syila..per..pergi" Ucap nya dibarengi oleh isak tangis.
Aku langsung memeluk Alena. Rasanya tidak tega jika melihat Alena seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi. Waktu ku sudah habis disini.

"Alena. Alena gak boleh nangis. Kakak gak pergi kok. Kakak cuma mau pulang ke tempat Umi sama Abi nya Kak syila. Kapan-kapan pasti Kakak bakalan kesini buat ketemu sama Alena. Kakak Janji" Aku mencoba menenang kan Alena sebisa mungkin.

"Nanti kalau kakak kesini lagi. Kakak bakalan kasih hadiah boneka berbie sama puzzle yang banyak buat Alena. Mau nggak?"

"Ma..mau" Ucap nya sambil mengusap-usap mata nya.

"Yaudah jangan nangis lagi dong. Alena harus jadi anak sholehah yang hafal Al-qur'an. Nanti Kalo kakak kesini terus Alena udah khatam 30 Juz,alena boleh minta apa aja ke Kakak" Tawar ku.

"Beneran kak" Wajah Alena tiba-tiba merekah. Tangis nya mulai hilang hanya ada sedikit isak tangis nya yang masih terdengar.

"Beneran. Makanya Alena harus rajin belajar sama rajin hafalan biar cepet khatam. Oke" Aku tersenyum. Alena tersenyum

"Oke"

Aku memeluk Alena lagi. Umi hanya tersenyum melihat ku dan Alena.

                     ♡♡♡♡♡

Cairo International Airport. Empat tahun yang lalu aku mendarat di bandara ini. Hingga tak terasa kini aku menginjakan kaki ku lagi disini.

Abah,Umi dan Alena mengantarkan ku hingga ke bandara. Sebentar lagi aku harus check in dan take off.

Aku mencium punggung tangan Abah. Aku tidak bisa membendung tangis ku ketika melihat wajah Abah. Wajah teduh yang telah mengajarkan ku arti hidup sebenarnya.

"Jaga hafalan mu di manapun kamu berada,Nak. Semoga Allah selalu melindungi mu" Ucap Abah. Aku mengangguk. Rasa sesak menyelimuti dadaku. Aku harus berpisah dengan Ayah sekaligus Guru selama aku disini

"Maafin Syila Abah kalau selama ini syila punya salah. Syila minta ikhlas ridho nya dari Abah. Semoga syila bisa menjalankan semua pesan-pesan Abah. Terima kasih atas ilmu yang sudah Abah berikan kepada Syila" Ucap ku sambil mencium punggung tangan Abah. Abah mengelus puncak kepalaku.

"Abah Ridho lillahi ta'ala,Nak" Aku tersenyum.

Umi,sosok wanita hebat nan sholehah. Semenjak aku tinggal dirumah Abah. Aku selalu senang melihat Umi. Tidak hanya dari paras nya yang cantik dan suara nya yang lembut. Umi juga bak bidadari yang Allah kirimkan untuk menemani Abah dan Alena. Aku tidak pernah bosan memandang wajah cantik Umi. Dan saat ini,aku ingin memandangnya untuk yang terakhir kali nya.

Umi langsung memeluk ku. Tedengar suara isak tangis dari mulut Umi. Sebenarnya aku juga ingin menangis. Tapi jika aku ikut menangis,Umi malah tambah bersedih.

"Umi,Syila pamit ya. Jaga kesehatan Umi" ucap ku ketika melepaskan pelukan nya.

"Iya sayang. Hati-hati ya" Ucap Umi. Hanya itu yang keluar dari bibirnya.

Tatapan ku berpindah ke Alena. Si kecil ini tidak menangis. Ia hanya menatap ku sambil memainkan rambut boneka berbie nya.

"Alena janji ya harus jagain Abi sama Umi kalau nanti Kakak gak ada" aku mensejajarkan tubuh ku ke tubuh kecil Alena. Alena hanya mengangguk. Aku mencium kening dan kedua pipi nya.

"Kakak pergi dulu ya sayang" Ucap ku sambil melambaikan tangan.

Abah dan Umi mengangguk tanda sudah mengizinkan aku pergi. Aku tersenyum lalu bergegas untuk check in karena sebentar lagi pesawat ku akan take off.

Selamat Tinggal Kairo
Selamat Datang Indonesia

Jangan lupa baca Al-qur'an💕

Cintai Aku Lewat Al-Qur'anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang