36. Bolehkah aku cemburu?

3.9K 290 22
                                    

Untuk hati..
Semoga kau masih bisa terus kuat layak nya karang di lautan

-

---------------------❤️❤️❤️------------------------

Bukan ingin menjadi istri durhaka yang tak taat pada suami nya, tapi Aku, Asyila Tazkiyatunnisa Faizral hanya lah seorang wanita biasa yang tak sehebat dan semulia Ibunda Siti khadijah, juga tak setakwa Siti Aisyah dan juga tidak setabah Fatimah.

Kini langkah ku berjalan menuju tempat persinggahan ku sejak kecil. Rumah yang setelah sekian lama ku tempati, namun sudah jarang sekali ku kunjungi karena harus menemani suami tercinta ku yang kini malah membuat sayatan luka di hati ku.

Liat saja, bahkan Ilham tak berusaha mengejarku, tak berusaha menghubungi ku ,tak berusaha menghalangi ku. Ah mungkin Aku saja yang terlalu berharap lebih seperti drama-drama sinetron yang pernah ku tonton. Terlihat sangat indah, tapi ekspektasi yang ku dapat adalah..
Huftt sudah lah. Raga dan hati ini sudah terlalu lelah menahan semua beban masalah ini.

"Hasbunallah wa ni'mal wakil. Ni'mal maula wa ni'mannasir" Ucap ku ketika kaki ku sudah berada tepat di pintu rumah ku.

Aku menarik nafas panjang, membuang semua pikiran dan beban yang ku rasakan.

"Assalamu'alaikum" . Tak ada jawaban.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh" Jawab seseorang dari arah belakang ku. Suara yang sudah sedikit berubah karena termakan usia.

"Abi.." Aku langsung memeluk tubuh Abi,tak peduli apapun yang ku rasa. Aku hanya ingin keluarga ku. Aku hanya ingin merasakan kehangatan mereka lagi. Abi baru saja pulang dari masjid , ia baru saja selesai melaksanakan sholat subuh berjamaah. Subuh ? Ya, Wanita yang tengah bersuami ini nekat pergi dari rumah suami nya subuh-subuh tanpa berpikir ba bi bu lagi. Setelah kejadian tengah malam di rumah sakit itu rasanya waktu terasa begitu sangat lambat. Padahal aku sudah menangis berjam-jam tapi mengapa baru subuh ? Entah lah. Kadang karena perasaan semua berkaitan.

"Istigfar , Nak" Ucap suara lembut Abi

Jujur sudah tak bisa ku bendung semua ini. Ketika melihat wajah Abi rasanya tak bisa berbohong untuk berpura-pura biasa saja. Ku luapkan semua tangisku di pelukan Abi. Sedangkan Abi, hanya memberikan bahu dan tubuh nya untuk putri nya yang kini sedang merasakan hancur sehancur-hancur nya.

Abi mengusap kapala ku dan punggung ku,mencoba menenangkan ku. Tapi tetap saja, aku terus merengek dan menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainan nya.

"Masuk dulu ,Nak. Tenangkan dulu pikiran mu itu"

Abi menuntun ku untuk masuk ke dalam.
Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut ku kecuali air mata yang masih terus menetes membasahi pipi ku. Membuat mata ku kian menyipit dan terlihat sangat sembab.

"Assalamu'alaikum , Ummi" Salam Abi.

"Wa'alaikumussalam , Abi." Terdengar suara Ummi dari arah dapur.

"Abi udah pulang".
"Loh syila ? Kamu kenapa ?" Ucap Ummi langsung berjalan cepat ke arah ku , memastikan bahwa aku tidak apa-apa.

Ummi langsung memeluk ku erat. Aku yang tadi nya agak tenang, karena pelukan Ummi kini tangisku meledak lagi.

"Sayang, kamu kenapa?"
"Ilham mana?" Ummi tengak-tengok kearah pintu. Tak ada siapapun disana.

"Kamu sendirian ?"

Rasanya ingin ku ceritakan semua nya tapi mulut ku tak bisa berkata-kata. Sesak rasa nya.

Aku menatap kedua mata Ummi. Seakan aku ingin Ummi mengerti apa yang aku rasakan tanpa aku bicara.

Cintai Aku Lewat Al-Qur'anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang