Bab 11 - Alasan

1K 100 34
                                    

"Capeknya." Aku mengistirahatkan kepalaku diatas meja.

"Terimakasih atas kerja kerasnya First." Kata Kuroki menggodaku.

"Hentikan itu." Kataku sambil menatapnya tajam.

"Fuuh... le-leganya, Aku sangat gugup tadi." Mia menghela nafas lega sambil mengelus-elus dadanya.

"Jangan khawatir Mii〜, Kamu sekarang kan jadi pembantunya First." Eli mencoba menenangkannya.

"Oi Eli, jangan panggil Mia sebagai pembantuku." Aku merasa tidak enak

"Eh? Terus Dia siapanya First dong?" Tanya Eli.

"Katakan saja Dia sekretarisku." Kataku.

"Oh? Secretary kah? Memang cocok denganmu ya Mii."

"Be-benarkah?" Tanya Mia.

"Benar kok〜!"

"Tapi Aru, apa yang akan kau lakukan dengan itu?" Kuroki menunjuk kebelakang tanpa melihat.

Aku melihat ke arah yang ditunjuk Kuroki. Oh, itu kan cewek-cewek yang tadi pagi berbicara dengan Mia.

Mereka semua menatapku dengan wajah yang ketakutan. Saat Aku menatap mereka, salah satu cewek itu mulai menangis.

Maaf deh, kalau penampilanku menyeramkan. Bukan hanya mereka saja, hampir setiap murid kelas satu menundukkan kepalanya dengan gemetaran.

Apakah First sehebat itu? Jujur saja itu sangat mengangguku.

"Entahlah." Kataku. "Aku lebih suka ketika mereka mengabaikanku."

"Benar kah? Fuu memang aneh ya〜"

"Tu-tuan Fi-First..." Tuan?

Agak berlebihan bukan?

Aku melihat kesampingku. Cewek-cewek tadi memanggilku dengan kaki yang gemetaran.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Hii!... to-tolong a-ampuni kami." Mereka ber-dogeza* secara serempak.

"Fue?!!"

""Eh?!!""

Kenapa Kalian yang terkejut? Aku menatap orang yang berlutut di sampingku.

Entah kenapa Aku ingin berdiri menginjak kepala mereka kemudian mengatakan 'Jadilah Budakku lalu bunuhlah diri kalian sendiri!' Tunggu, ini zaman modern bukan abad pertengahan.

Sebaiknya Aku menanyakan dulu. "Kenapa Kalian meminta maaf?"

"Ma-maafkan Kami yang telah menghina Anda." Kata salah satu dari mereka. Sopan sekali ya.

Aku menghela nafas. "Sudahlah, angkat kepala kalian, Aku sudah memaafkan kalian sebelum kalian memintanya kok."

"E-eh? t-tapi..."

"Sudah kubilang kan? Aku sudah terbiasa dengan itu."

"Te-tetap saja, Kami tidak bisa pergi begitu saja!"

Merepotkan sekali. "Baiklah, apa mau kalian?"

"To-tolong hukum Kami, apa saja itu, Kami akan melakukannya." Oi, seorang perempuan tidak boleh mengatakan hal itu, tapi... hukuman ya?

"E-Efu...."
"Fuu...."

Tolong jangan menatapku seolah-olah Aku orang mesum. Aku bahkan tidak berpikiran mesum. Kenapa bukan Kuroki! Dia ngiler tuh.

"Kalau begitu, bersikaplah seperti biasa, abaikan Aku dan anggap saja Aku tidak ada."

"E-Eh?! Ka-kami tidak bisa melakukan itu!"

My Lovely Neighbour Vol.1 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang