"Shidoki, apakah Kamu tahu masalah Efu?" Tanya Shirogami-senpai.
"E-entahlah...."
Aku menundukkan kepalaku. Padahal Aku selalu dekat dengan Efu. Tapi, kenapa Aku tidak tahu masalahnya?
"Begitu ya...."
Saat ini, Aku, Elis, Kuroki dan kedelapan anggota Top Ten sedang berkumpul di ruang rapat. Kami sedang membahas tentang Efu.
Kami semua sangat khawatir dengannya. Sifatnya tiba-tiba menjadi lebih dingin, Dia lebih menjaga jarak dengan orang lain dan juga Dia terlihat benar-benar murung.
"Aru itu benar-benar misterius ya." Kata Utahime-Senpai. "Walaupun Dia selalu membantu Kita, Kita tidak bisa membalas kebaikannya..., ini benar-benar menyebalkan."
Kami semua terdiam. Setelah Efu melakukan banyak hal demi Kami. Kami bahkan tidak bisa membalasnya. Itu..., memang menyebalkan....
Terutama Aku...., A-Aku ti-tidak berguna....
"S-Shidoki! Ke-kenapa Kamu menangis?" Tanya Shirogami-senpai khawatir.
"H-habisnya..., A-Aku..., tidak bisa membantu E-Efu...." Aku menutupi wajahku yang basah karena air mata. "D-Dia..., se-selalu memperhatikanku..., se-selalu baik padaku..., t-tapi... t-tapi..., A-Akuー"
"Tolong jangan katakan itu Mii." Elis memelukku. "Mii itu penting bagi Fuu, hanya Mii yang bisa membuat Fuu tersenyum. Tidak ada lagi."
T-tidak ada... lagi?
"Benar, selain keluarganya, Kamu adalah orang yang selalu diperhatikan Efu." Kata Kuroki. "Jadi, jika Kita ingin membantu Efu, Kamulah kuncinya."
"...." Aku mengusap air mataku. "B-baiklah...."
A-Aku akan membantu E-Efu. T-tidak peduli sesusah apapun itu.
"Sekarang, bagaimana caranya untuk membantu Aru?" Tanya Utahime-Senpai.
"Kita harus bertanya dulu ke adik-adiknya." Kata Kuroki. "Untuk bagian itu serahkan saja kepada Kami bertiga."
∅*****∅
"Entahlah, Ayu juga tidak tahu...." Ayu menundukkan kepalanya. "Sudah hampir sebulan Kakak seperti ini."
Ayu menghela nafas.
"Kakak menjadi murung, jarang makan, dan selalu menolak saat diajak bermain game." Katanya. "Ini seperti Kakak waktu SMP. Ayu tidak tahan melihat ini."
Setetes air mata jatuh dari pipinya. "Ayu ingin bermain game dengan kakak..., Ayu ingin dielus Kakak..., Ayu ingin melihat kakak tersenyum lagi."
Aku, Elis, Kuroki, Rei dan Rio terdiam saat mendengar isak tangis Ayu. Dia benar-benar khawatir dengan kakaknya. Bukan hanya Ayu saja.
Aku, Kuroki, Elis, Rei, Rio, dan Anggota Top Ten. Kami semua khawatir dengan Efu.
"Maafkan Ayu tadi...." Setelah lebih dari tujuh menit, Ayu berhenti menangis.
"Ti-tidak apa-apa kok..., A-Aku tahu besarnya r-rasa peduli Ayu ke E-Efu." Kataku menghiburnya. "Ngomong-ngomong, m-mana E-Efu?"
"Ayu tidak tahu, Kakak belum pulang."
"Be-begitu ya...."
Aku menggigit bibir bawahku. Kenapa Efu menjadi seperti ini?
ーーーーーーーーーーーーーーーー
Aku menghela nafas.
Tidak berguna. Aku belum bisa berpikir jernih.
Langit sudah gelap. Sepertinya ini sudah hampir pukul tujuh. Entahlah, baterai hpku habis setengah jam yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Neighbour Vol.1 [End]
Romance[Belum direvisi] [Typo, Plot hole ada dimana-mana, mohon pengertiannya] Setelah Menyelamatkan seorang gadis, Aku mengetahui bahwa Dia adalah tetangga baruku yang akan bersekolah denganku. Terlebih lagi, Dia sekelas denganku?! Apa-apaan setting klise...