Bab 24 - Gunung Adatara

819 99 34
                                    

"Enaknya〜!"

Utahime-senpai bersandar di kursi sambil meregangkan tangannya.

"Makanan buatanmu benar-benar enak ya." Puji Kawashima-senpai.

"I-iya... e-enak sekali...."

"Ini benar-benar makanan dari dunia lain!"

"Aku minta diajarin ya."

"Saya juga berkeinginan untuk memakan makanan ini lagi."

"Un, enak...."

"M-makanan Efu memang enak ya."

"Mia sering makan makanan Efu ya? Beruntungnya."

"Rasa manis tadi sangat enak."

"Uu... A-Aku benar-benar kalah dari si hitam, ini benar-benar enak."

"..., bu-bukan berarti A-Aku me-menyukainya!"

Mereka semua menyukainya.

"Tidak usah memujiku, Aku hanya suka memasak kok."

"Fufu, rendah hati sekali ya." Kata si jepit rambut.

Nama Mereka bertiga itu siapa ya?

"Mia curang ya〜 Aku juga mau makan makanan buatan Aru〜!" Kata Utahime-senpai.

"E-eh??"

"Aru〜! Menikahlah dengー"

"Aku menolak."

"Langsung ditolak?!"

Aku menyeruput tehku.

Pernikahan itu pemakaman hidup.

Aku mengingat kata-kata seorang paman yang bekerja dengan bu Tomoya.

Dia selalu mengeluh bahwa istrinya selalu marah-marah dan terus menuntun uang.

Ketiga anaknya juga sama. Selalu meminta banyak hal walaupun Mereka sudah SMA.

Wajahnya juga selalu terlihat lelah dan lesu.

Aku tidak mau menjadi seperti itu.

"Ngomong-ngomong, setelah ini Kita kemana?" Tanyaku.

Aku menatap Mia yang sedang meminum susu yang disiapkan oleh si poni belakang.

Dia benar-benar tahu Mia ya.

"Emm... b-bagaimana kalau Kita ke gunung Adatara?"

"Boleh saja, Kami cuma ikut arahanmu."

"Be-begitu ya...."

Dia mengelus gelas dengan ibu jarinya.

∅*****∅

"Indahnya〜!"

Utahime-senpai menatap ke sekeliling.

Pepohonan terlihat dimana-mana.

Aku benar-benar lelah....

Kami sudah berjalan lebih dari 45 menit.

Aku sudah bosan melihat pepohonan.

Hanya ada warna hijau dimana-mana.

Aku tidak tahu kenapa Mereka senang dengan pemandangan ini.

Aku menghela nafas.

"Kau ini benar-benar suka menghela nafas ya?"

Aku menatap ke arah suara di depanku. Si poni samping menyindirku.

"Itu sudah kebiasaan."

Oh mungkin ini kesempatanku menanyakan nama mereka.

"Ngomong-ngomong...." Kataku.

My Lovely Neighbour Vol.1 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang