"Ekkun~! Selamat datang~!" Ibu memelukku dengan erat. "Bagaimana pestanya?"
"..., Yah, cukup merepotkan." Kataku.
"Hmm? Kenapa Ekkun terlihat lesu?"
Ibu melepas pelukannya lalu memegangi kedua pipiku. Kedua mata birunya menatapiku.
"Aku..., hanya lelah. Itu saja."
"Benarkah?"
"Benar kok. Aku mau tidur dulu." Aku melepaskan tangan Ibu. "Selamat malam."
"Selamat malam...." Jawabnya pelan.
Aku beranjak ke kamarku. Kepalaku terasa berdenyut-denyut. Kurasa Aku terlalu banyak memikirkan hal ini....
Aku menghela nafas.
Relakan saja Efu. Jangan jadi seorang pengecut.
"Kak Efu?" Ada suara kecil yang memanggilku.
"Oh, Rio." Dia berdiri di depan kamar Ayumi sambil mengusap-usap matanya. Dia memakai baju tidur berwarna biru, rambutnya juga dibiarkan terurai. "Kamu tidak tidur?"
"Aku habis ke toilet." Katanya. "Kak Efu baru pulang?"
"Iya, sebaiknya Kamu tidur ya. Jangan bergadang." Saranku.
"Baik...." Katanya sambil menguap. "..., Kakak kenapa?"
Pertanyaannya itu membuatku terkejut. "Apa maksudmu?"
"Entahlah. Kak Efu terlihat banyak pikiran, apakah kak Efu sedang sedih?"
Aku tersenyum pahit. Intuisinya benar-benar hebat. Mirip dengan Ayumi.
Aku menepuk-nepuk kepalanya. Dia membuat suara yang imut.
"Tenang saja." Kataku. "Aku baik-baik saja kok."
Bagaimana bisa Aku memperlihatkan kesedihanku pada adik-adikku? Itu bukan tindakan seorang kakak laki-laki.
Aku harus bisa menyembunyikan ini. Hanya Aku yang boleh merasakan rasa sakit. Semua orang harus mendapatkan akhir bahagia.
ーーーーーーーーーーーーーーーー
Sebentar lagi tahun baru ya?
Aku duduk di kelas bersama dengan Efu, Elis dan Kuroki. Kami sedang makan siang bersama.
"Sebentar lagi kan tahun baru nih〜!" Kata Elis girang. "Kalian semua mau ngapain?"
"Kalau Aku sih mau merayakannya bersama dengan keluarga." Kata Kuroki sambil meminum kotak jus.
"Oh〜! Ide bagus! Mungkin Aku akan memanggil Papa dan Mama untuk kesini." Dia mengalihkan pandangannya kearahku. "Kalau Mii?"
"E-eh? A-Aku? Ku-kurasa..., s-sama dengan Ku-Kuroki." Kataku. "Mu-mungkin A-Aku akan pe-pergi ke k-kuil."
"Awesome idea〜! Bagaimana kalau Kita kesana bersama-sama?"
"Ide bagus."
"Bo-boleh saja...."
Aku menatap Efu. Entah kenapa Dia terlihat lebih murung selama sebulan ini. Dia lebih jarang tersenyum dan berbicara.
"Kalau Fuu maー"
"Maaf, Aku tidak bisa." Efu menaruh sumpitnya lalu berjalan keluar. "Aku mau ke toilet dulu."
"O-oh..., begitu ya...." Kata Elis.
Aku melihat punggung Efu yang menjauh. Entah kenapa dadaku terasa sakit saat Dia melakukan ini. Aku berdiri dari kursiku.
"E-Efu." Panggilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Neighbour Vol.1 [End]
Romance[Belum direvisi] [Typo, Plot hole ada dimana-mana, mohon pengertiannya] Setelah Menyelamatkan seorang gadis, Aku mengetahui bahwa Dia adalah tetangga baruku yang akan bersekolah denganku. Terlebih lagi, Dia sekelas denganku?! Apa-apaan setting klise...