"Kita akan pindah rumah." Papa mengatakan itu ketika Kami sekeluarga sedang makan malam sekitar satu bulan yang lalu.
"Ta-tapi Papa, kenapa Kita akan pindah?" Tanyaku agak terkejut.
"Maafkan Papa, Mia, tapi ini karena pekerjaanku."
"Tapiー..."
"Mia, tolong jangan merepotkan Papa ya." Mama menyelaku dengan lembut.
"Mama..." Aku menatap Ibu. Walaupun Mukanya terkadang pucat, Beliau masih terlihat cantik.
Aku tidak mungkin membuat Mama kerepotan. "...Baiklah Aku mengerti."
∅*****∅
Baru tiga minggu yang lalu, Aku baru saja menjadi seorang murid SMA dan sekarang Aku harus pindah.
Walaupun Aku agak tidak lancar berbicara dengan laki-laki, teman-temanku selalu ada untuk menghiburku.
Saat Aku memberitahukan kepada mereka bahwa Aku pindah, Aku tidak bisa menahan Air mataku, begitu pula Mereka.
Mereka bahkan mengadakan pesta perpisahan untukku. Aku senang mempunyai teman seperti mereka. Saat Aku pergi, Mereka semua datang ke rumahku.
"Mia, ketika Kamu sampai di rumah barumu jangan lupa untuk mengabari kita ya?"
"Rin... Ai... Yuki..." Aku menatap teman-temanku dengan mata yang berair. Aku memeluk mereka satu persatu. Mereka adalah temanku sejak SD
"Santai aja, Aku juga nggak akan lupa sama Kamu kok." Kata Rin dengan nada biasanya yang agak tomboy. Tapi sebenarnya Aku tahu, Dia menahan airmatanya mati-matian.
"Mia, hati-hati di sekolah baru mu ya, Aku akan selalu mendoakanmu." Ai memelukku kembali sambil mengelus kepalaku. Dia memang dapat diandalkan seperti Kakak perempuan.
"MIMI!!, TOLONG JANGAN LUPAKAN Yuki!! *hiks* *hiks" Yuki membenamkan wajahnya ke dadaku sambil terisak. Diantara Kami berempat Dia adalah anak termuda. Seperti seorang adik perempuan.
"Aku... Aku tidak akan.... melupakan... Kalian semua!" Kataku agak tersendat. "Kita terus berhubungan lewat sosial media ya."
"Oke..."
"Tentu..."
"Baik..."
Mereka menjawabku dengan kompak.
Aku menaiki mobil Papa sambil melambaikan tangan. Mereka semua melambai balik. Sampai nanti, batinku.
∅*****∅
Setelah hampir setengah hari berkendara, Kami pun sampai di sebuah perumahan yang damai. Aku turun sambil melihat rumah baruku.
Rumah berlantai dua dengan cat kuning dan putih. Pagar yang mengelilingi rumah berwarna hitam.
Saat Aku sedang mengamati rumah, tanpa kusadari Aku menatap rumah sebelah yang berbeda dengan rumah lain. Jika rumah yang lain berwarna cerah dan terkesan hidup. Rumah ini berwarna hitam dan putih tanpa variasi lain. Bahkan, pintunya juga hitam. Jika Aku harus menjelaskannya mungkin kata monoton cocok untuk menggambarkannya.
"Arumasu ya?" Gumamku saat melihat papan nama yang ada. Nama yang agak tidak biasa.
"Mia, tolong bawa kotak ini kedalam." Ayah memanggilku.
"Ah, baik."
∅*****∅
Aku duduk di sofa sambil memeluk lututku. Aku masih belum terbiasa dengan rumah ini.
"Mia..." Aku mendengar suara Mama.
"Ah, ada apa Ma?"
"Apakah Mia belum terbiasa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Neighbour Vol.1 [End]
Romance[Belum direvisi] [Typo, Plot hole ada dimana-mana, mohon pengertiannya] Setelah Menyelamatkan seorang gadis, Aku mengetahui bahwa Dia adalah tetangga baruku yang akan bersekolah denganku. Terlebih lagi, Dia sekelas denganku?! Apa-apaan setting klise...