""Eh?"" Kami berdua mengeluarkan suara yang bodoh.
"K-Kawashima-senpai, kenapa Aku harus belajar dengan orang sepertinya?!" Tanya Ketua.
"Kenapa tidak? Nilai Efu kan tinggi? Dan Dia juga cukup menguasai bahasa Indonesia."
Bagaimana Dia tahu? Apakah Dia memeriksa berkas-berkasku?
"Aku mendengarnya dari Mia." Katanya seolah-olah membaca pikiranku.
Menakutkan.
"K-kalau itu...."
Dia menatapku dengan wajah yang agak merah.
"Apa? Kalau keberatan ya sudah." Kataku.
"B-bukannya begitu!! Ah! M-maksudku, j-jika Kau memaksa apa boleh buat?! Hmph!"
Dia melipat tangannya seperti seorang tsundere. Dia bahkan mendengus seperti tsundere sejati.
"Terserah Ketua saja, besok pagi silahkan datang ke rumahku. Jam 10."
"H-Hmph! Terserah!"
Dasar tsundere.
∅*****∅
Selesai rapat, Aku berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Selama enam bulan Aku disini, Aku belum begitu hafal dengan lingkungan sekolah.
Sekolahku adalah sebuah sekolah yang dibuat dengan bantuan dari negara lain. Sekolah ini juga merupakan bukti kerjasama antara Jepang, Indonesia dan Amerika. Aku juga tidak tahu kenapa ketiga negara itu tiba-tiba membuat sekolah internasional di sebuah kota kecil di prefektur Kanagawa, maksudku Mereka bisa saja membangun sekolah ini di Yokohama yang lebih besar.
Mungkin penanggungjawab projek ini kurang tidur. Yah, itu bukan kepentinganku.
Aku berjalan menelusuri lorong. Tidak ada seorang pun yang lewat, sepertinya Mereka semua sedang menerima pelajaran masing-masing.
SMA Internasional Sumire. Itu nama sekolah ini. Sebuah gedung besar berbentuk 'L' menjadi pusatnya. Disampingnya ada sebuah gedung olahraga yang cukup besar dan lengkap. Di belakang gedung itu adalah tempat untuk makan siangku.
Di seberang lapangan lari terdapat sebuah gudang untuk menyimpan berbagai macam benda untuk kepentingan sekolah. Seperti bendera untuk festival budaya.
Di samping gudang itu juga terdapat taman sekolah yang ーjujur sajaー benar-benar membosankan. Tidak ada hal yang bisa dilakukan disana. Hanya ada kolam ikan dan beberapa kura-kura.
Dibelakang sekolah ada kebun sayuran dan beberapa kelinci yang dirawat oleh klub berkebun.
Yah, selain itu tidak ada hal menarik lagi di sekolahku. Oh iya, atap sekolah juga bagus. Tapi Aku tidak mau makan disana. Aku bukan semacam protagonis yang suka makan siang diatap.
Biarkan saja tempat itu ditempati oleh orang lain.
Aku duduk di tangga sambil meminum teh kaleng. Minuman di mesin penjual otomatis sudah menjadi hangat.
Aku menyisip teh itu lalu menghela nafas. Sebentar lagi musim dingin. Sekitar tiga minggu lagi. Aku harus mengingatkan Ayumi dan si kembar untuk memakai pakaian yang hangat.
"Hmm? Aru? Sedang apa Kau disitu?"
Dari atas, Aku mendengar seseorang menanyaiku. Aku menoleh untuk melihat Kuriyama-senpai yang sedang berdiri sambil memegang railing tangga.
"..., seperti yang senpai lihat, Aku sedang beristirahat." Kataku
"Begitu kah?"
Dia berjalan menuruni tangga lalu duduk di sampingku. Aku meminum teh sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Neighbour Vol.1 [End]
Romance[Belum direvisi] [Typo, Plot hole ada dimana-mana, mohon pengertiannya] Setelah Menyelamatkan seorang gadis, Aku mengetahui bahwa Dia adalah tetangga baruku yang akan bersekolah denganku. Terlebih lagi, Dia sekelas denganku?! Apa-apaan setting klise...