Bab 52 - Peran Pembantu

625 86 25
                                    

Ternyata Mereka memiliki nasi goreng. Walaupun terasa agak pedas sih.

"E-E-Efu, A-A-Aku ti-tidak s-salah dengar kan?" Tanya Mia tidak percaya. "A-apakah E-Eli dan Ku-Kuroki be-benar-benar be-be-berkencan???"

Aku memasukan sesendok penuh nasi goreng, mengunyahnya lalu menelannya. "Memangnya kenapa?"

"Ke-kenapa E-Efu tidak terkejut??"

Aku menatapnya bingung. "Bukankah itu sudah jelas? Mereka berdua kan akrab, jadi tidak aneh kalau Mereka jadian kan?"

Walaupun ini terasa janggal. Eli tidak akan mengumumkan hal penting seperti itu dengan resmi. Biasanya Dia akan berceletuk tanpa memikirkan apa-apa.

Aku memikirkan sesuatu..., Mungkinkah itu?

"Be-betul juga sih...."

Benar kan? Aku melihat Eli dan Kuroki.

Mereka berdua sedang ditanyai oleh Ayumi dan Rio. Rei hanya mengikuti di belakangnya sambil menatapku dengan tatapan memelas. Sepertinya Dia tidak ingin disitu.

Ngomong-ngomong, mana kuenya?

∅*****∅

Kenapa Kuenya vanilla? Padahal Aku mau keju.

"Fuu, bisa ikut denganku sebentar?" Bisik Eli.

Dia menarik tanganku lalu membawaku ke lantai dua.

"Ada apa?" Tanyaku saat Eli melepaskan tanganku.

"Ummm... Ahaha..., Itu Aku..., bagaimana ya...."

Dia terlihat bingung.

Aku menghela nafas lalu menaruh piring yang ada kupegang di atas meja.

"Apakah ini tentang hubunganmu dengan Kuroki?" Tanyaku.

Eli mengangguk pelan.

"Kalian berdua hanya pura-pura kan?" Kataku.

"Eh?" Dia menatapku bingung. "Ba-bagaimana Fuu tahu?"

"Itu hanya perasaanku saja sih..., Kamu hanya berpura-pura berpacaran dengan Kuroki karena tidak ingin diganggu oleh laki-laki lain kan?"

"Iya...." Dia mengangguk. "Mereka semua tidak mau menyerah."

Laki-laki di sekolahku memang bodoh. Sampai-sampai Eli yang biasanya ceria bisa merasa kerepotan.

Terserah sajalah.

"Aku tidak akan mengatakan apa-apa, jadi tenang saja." Kataku.

Aku mengambil kueku lalu mulai memakannya. Krimnya terasa kering.

"Terimakasih, Aku memang bisa mengandalkan Fuu." Dia tersenyum senang. "Tolong rahasiakan hal ini ya."

"Tentu."

"Wah, wah, raja es ternyata disini."

Suaranya yang agak menyebalkan pun memasuki telingaku. Si kucing sialan sudah datang ternyata.

"Jadi Kau sudah tahu ya?" Katanya. "Maaf merepotkanmu ya."

"Iya, iya." Kataku tidak tertarik. "Lain kali jangan buat kue rasa vanilla, keju saja."

""Eh?""

Mereka berdua memiringkan kepalanya.

∅*****∅

"Ah, E-Efu. K-Kamu h-habis kemana?"

Mia menghampiriku dengan tatapan khawatir. Tidak lihat ya tadi?

My Lovely Neighbour Vol.1 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang