Pembuka 1

11.7K 308 10
                                    

•Awalan yang Kurang Manis•

Lima tahun yang lalu ...

Rahma Allyza Vierina, anak pertama dari tiga bersaudara. Memiliki saudara kembar sejenis, dan adik perempuan yang duduk di bangku SMP. Rahma yang akrab dipanggil Allyza saat ini duduk di bangku SMA kelas XI. Memiliki pacar bernama Arga Dirgantara. Cowok tajir, tampan, pintar, jago masak, dan tentunya sangat baik membuat Allyza terkadang insecure. Hubungan mereka sudah berjalan satu tahun.

Lagu dari Yovie and Nuno terputar dari ponsel Arga. Mereka sedang duduk di gazebo rumahnya.

"Kamu lagi ngapain sih, Za? Dari tadi sibuk banget sama laptop kamu," ujarnya ngambek sambil membaringkan tubuhnya di samping Allyza.

"Aku lagi nulis cerita. Kamu, kan, tau kalo aku pengin jadi penulis," jawab Allyza menyengir.

"Iya, tau ... tapi, nggak harus nyuekin aku, kan?" Arga mengerucutkan bibirnya membuat Allyza gemas. Ia menutup laptopnya, menatap Arga dengan tersenyum.

"Iya aku salah ... maaf ya?" Kalau Arga sudah ngambek seperti ini, Allyza harus meminta maaf untuk mengalah. Bukan berarti Arga seperti anak kecil, namun memang hal ini kesalahan Allyza.

"Ya sudah, aku antar kamu pulang. Bunda sudah sms aku nyuruh kamu pulang," ucap Arga.

Bunda Allyza tau kalau mereka berpacaran. Sebenarnya, Bunda Allyza—Dena kurang setuju dengan hubungan anaknya karena memilih jalan yang haram. Jalan pacaran yang mengandung zina dan seterusnya. Dena sudah sering menasehati anaknya kalau pacaran itu tidak baik karena bisa membawa kesesatan. Tapi, nasihat itu selalu mental dari telinga Allyza.

"Ayo!"

Lima belas menit kemudian, mereka sampai di rumah Allyza. Ia memberikan helm pada Arga. "Makasih, Ga," ucap Allyza.

Arga mengangguk lalu menancapkan gasnya untuk pulang.

Allyza memasuki rumahnya tanpa mengucapkan salam. Sebuah suara mengejutkan dirinya saat mau menaiki tangga.

"Mau sampai kapan kamu pacaran terus, Za?"

"Astagfirullah, Bunda!" Allyza mengelus dadanya karena terkejut. Ia menghampiri Dena yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Matanya fokus pada sebuah majalah di tangannya namun bisa tau bahwa anaknya sudah pulang.

"Jawab pertanyaan Bunda, Allyza!" tegas Dena, menutup majalahnya. Kini matanya fokus menatap anak perempuan pertamanya.

"Sampai Allyza sadar kalau pacaran itu nggak baik," jawab Allyza santai, melepas jilbabnya lalu duduk di sofa.

Dena menggeleng. "Mau sampai kamu MBA baru kamu sadar?!" tukasnya.

"Astagfirullah, Bunda! Allyza nggak akan sampai kayak gitu!" balas Allyza sedikit teriak. MBA adalah Married By Accident.

"Ya sudah terserah kamu. Sana mandi terus makan," tutur Dena mengalah.

Allyza tersenyum kecil, mencium pipi kanan Dena lalu melangkahkan kakinya menuju kamar.

Selesai mandi dan makan, Allyza memasuki kamar kembarannya, Rahmi Aliya Vierinisa.

"Al!" panggil Allyza merebahkan tubuhnya di samping Aliya.

"Hm?" jawab Aliya asik membaca buku.

"Kenapa Bunda nggak setuju sama hubunganku dan Arga?" tanya Allyza, menopang kedua tangannya di dagu.

"Karena Bunda tau kalau pacaran itu nggak baik," jawab Aliya singkat.

"Memang apa, sih, salahnya pacaran? Lagian, aku sama Arga juga nggak melakukan hal-hal yang aneh. Ya paling hanya pegangan tangan, rangkulan—"

"Dan akan merambat jadi pelukan dan ciuman," potong Aliya.

"Ih kamu!"

"Kamu yakin kalau Arga nggak bakal melakukan hal yang aneh-aneh?" tanya Aliya membuat Allyza mengangguk cepat.

Aliya menutup bukunya, menatap Allyza dengan tatapan datar. "Rahma Allyza Vierina, kamu nggak akan pernah tau apa yang ada di pikiran si Arga. Dan kamu nggak akan pernah tau apa yang dia pengin lakukan sama kamu," imbuhnya.

Allyza mengernyit. "Maksudnya?"

Aliya menghela napas. "Dia bisa aja tiba-tiba peluk dan cium tanpa kamu sadar, kan? Za, nafsu laki-laki itu susah untuk dikendalikan. Dia bisa aja melakukan apa yang dia inginkan sama kamu. Sebelum itu terjadi, kamu harus mencegah. Sadar, Za! Pacaran itu bisa menjerumuskan kamu ke hal buruk!" jelas Aliya panjang.

Entah setan yang terlalu kuat atau nafsu yang susah untuk dikendalikan, Allyza berucap yang mungkin bisa buat saudara kembarnya sakit hati. "Alah! Kamu pasti iri, kan, sama aku yang sudah punya pacar? Sedangkan kamu, masih jomlo!" ejek Allyza tertawa.

Aliya menggeleng. "Aku nggak pernah iri sama kamu yang sudah punya pacar, Za. Aku malah bersyukur karena masih jomlo."

"Terserah, deh. Aku balik ke kamar, ya. Makasih sudah beri aku nasihat." Allyza tersenyum manis.

"Mau sebanyak apapun nasihat yang diberi, kamu juga bakal lupain, kan? Karena, masuk kuping kanan, keluar kuping kiri," tutur Aliya memutar kedua bola matanya malas.

Allyza tersenyum lebar. "Kamu memang benar, Adikku!" Allyza mencium pipi kanan Aliya membuat ia berteriak.

"ALLYZAA!!" Allyza tertawa puas berhasil membuat Aliya kesal.

Allyza dan Aliya memang saudara kembar, namun sifat mereka sangatlah berbeda. Aliya penurut, Allyza keras kepala. Dan masih banyak sifat mereka yang berbeda. Terkadang Allyza bingung sendiri mengapa bisa berbeda sifat padahal kembar.

Allyza balik ke kamarnya dan mengecek ponselnya. Membuka aplikasi Line, ada sebuah notif masuk.

Arga Pacarku :
Za, tadi Bunda bilang sama aku kalau besok gak usah jemput kamu.

Allyza menghela napasnya setelah membaca pesan itu. Lalu mengetikkan sebuah balasan.

Allyza :
yaudah kalo gitu. Aku mau tidur. Good Night Arga

Arga Pacarku :
Good night too . See u tomorrow :)

«»

Re-publish, 3 Febuari 2021

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang