Isi 13

5.1K 197 5
                                    

•Sah•

Hari ini kusebut namamu dalam ikatan yang sakral. Ku jabat tangan Ayahmu, dan kukatakan janji bahwa aku akan mencintaimu sepenuh hati karena-Nya, dan akan menjagamu sampai aku kembali pada-Nya. Rahma Allyza Vierina, kukatakan padamu bahwa aku jatuh cinta padamu saat pandangan pertama. Kuharap, kamu memiliki perasaan yang sama.

-Fahmi Abizar Gaza-

Balikpapan, 01 Februari 2019. Hari pernikahan Fahmi dan Allyza segera berlangsung pukul 08.00 pagi ini. Allyza masih didandanin oleh rias pengantin, sedangkan keluarga Fahmi sebentar lagi akan datang.

Perasaan tak karuan hadir di hati Allyza, perasaan ragu dan juga lainnya. Tapi, Allyza tidak boleh ragu, dia sudah memutuskan semuanya. Allyza mungkin hanya takut, takut jika tak bisa menjadi istri yang sempurna untuk Fahmi. Tangan Allyza tak berhenti menari menghitung jumlah zikirnya. Sedaritadi ia merapalkan zikir serta doa-doa lainnya agar hatinya tetap tenang.

"Sudah selesai, Mbak. Cantik banget," puji perias pengantin setelah selesai merias Allyza.

Allyza tersenyum. Melihat dirinya kali ini sangat berbeda. Ia tampak lebih anggun, lebih feminim, lebih—ah pokoknya lebih baik dari yang lalu. Allyza tak berhenti tersenyum sambil bercermin. Berulang kali dia mengucapkan syukur dalam hati

"Allyza, keluarga Fahmi sudah datang." Allyza menoleh ke arah pintu. Safina masuk dengan wajah anggunnya.

"Iya," jawab Allyza tersenyum simpul.

"Mbak, mau dirias juga? Saya lihat Mbak sepertinya butuh dirias supaya lebih segar lagi," ujar perias pengantin.

Safina tersenyum. "Boleh," jawab Safina duduk di depan cermin.

Allyza menggeser tubuhnya lalu beralih ke tempat tidur. "Saf, kamu nginap di mana semalam?"

"Tempat Tante. Kamu lupa kalau ada keluargaku di sini?" Allyza menyengir. "Duh, calon pengantin mulai lupa."

"Nah, gini sekarang tambah segar wajahnya, cantik," puji perias pengantin selesai mendandani Safina.

"Terima kasih," balas Safina. Setelah itu perias pengantin pamit pulang karena ada job di tempat lain.

"Za," panggil Safina, menghampiri Allyza di tempat tidur.

"Iya?"

"Antara senang dan sedih, aku senang akhirnya kamu menikah, setelah melalui masa kelam, melewati cobaan yang ada, dan sekarang kebahagiaanmu akan tiba." Air mata Safina mulai jatuh. "Tapi, aku sedih karena pasti kita sudah jarang punya waktu bareng."

Allyza terkekeh. "Kita bakal tetap punya waktu. Makasih ya, Saf, sudah ada saat aku rapuh."

Safina memeluknya. "Sama-sama, Za. Aku senang kalau kamu senang."

"Janji ya nggak akan tinggalin aku?"

"Iya, janji." Mereka berpelukan cukup lama hingga akhirnya Anita masuk ke dalam kamar.

"Sayang, proses ijab kabul sebentar lagi." Allyza tampak menegang sebentar lalu mencoba netral. Anita terkekeh melihat calon menantunya gugup. "Santai aja, sayang."

"Iya, Tante," tutur Allyza tersenyum kecil.

"Panggilnya jangan Tante, panggil Mama aja, ya?" pinta Anita tersenyum.

"Iya, Ma." Tanpa terasa air mata Allyza menetes. Dia rindu sosok Ibu.

"Eh, kok nangis?"

"Allyza hanya teringat Bunda, Ma." Allyza mengusap air matanya.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang