Isi 15

5.9K 233 3
                                    

•Memulai Perkenalan•

Mengenal pasangan yang sesungguhnya adalah setelah akad.

Sudah pukul 15.30, namun para undangan masih banyak yang datang, padahal kaki Allyza dan Fahmi sudah pegal, namun mereka tetap tersenyum karena harus menghargai.

Anita menghampiri mereka dengan kebaya Jawa yang dikenakannya. "Fahmi, Mama salat dulu ya, kamu tolong stay di sini sampai Mama kembali, Mama sudah capek."

Fahmi tersenyum mengangguk. "Iya, Ma."

"Allyza mau ikut salat?" tanya Anita.

"Lagi nggak salat, Ma." Setelah itu Anita pergi menuju musala.

Allyza mengedarkan pandangannya, menjelajahi ballroom. Matanya mencari sosok seseorang yang ia tunggu namun tak jua datang.

"Allyza haus?" Allyza tersentak, menoleh pada Fahmi.

"Iya," balasnya singkat.

"Saya ambil minum dulu, ya." Fahmi undur diri dari podium lalu menuju meja hidangan.

Tak lama kemudian, seseorang yang ditunggu akhirnya datang bersama seorang wanita cantik, Allyza tau itu pasti Sania. Arga dan Sania menaiki podium.

"Selamat ya, Za," ujar Arga singkat, melemparkan senyum kecil.

"Makasih, Ga," balas Allyza.

Lalu, Sania memeluk Allyza hangat. "Selamat menempuh hidup baru, Allyza, semoga pernikahan kalian menjadi pernikahan pertama dan terakhir, dan selalu dilindungi oleh Allah. Aku minta maaf karena sudah nyakitin kamu."

Allyza membalas pelukan Sania. "Terima kasih, San." Allyza melepaskan pelukannya. "Oh iya, Ara mana?" imbuh Allyza.

"Lagi sama neneknya di Makassar, karena di sini aku rawat Arga, takut Ara nggak terurus nantinya," jelas Sania.

Allya mengangguk paham. "Kalau suami kamu?"

Sania sempat terdiam, namun mencoba untuk tetap santai. "Sudah meninggal, Za."

"San, aku-"

"Nggak apa-apa," balas Sania tersenyum. Ia menyodorkan paper bag berisi hadiah. "Ini ada hadiah dari kami, dan boneka dari Ara."

"Terima kasih, Sania, sampaikan salam rinduku pada Ara, ya,"

"Iya. Kami ke sana dulu, ya. Selamat menempuh hidup baru, Za,"

"Iya, Za, sekali lagi selamat ya. Bikin anaknya jangan lama-lama, nanti keburu tua loh suami kamu," goda Arga tertawa kecil.

Tak lama kemudian, Fahmi datang dengan membawa satu nampan kecil berisi dua gelas minuman. "Ini minumnya."

"Makasih," jawab Allyza.

Akhirnya acara resepsi pernikahan Fahmi dan Allyza telah usai. Pukul sembilan malam para keluarga sudah pada pulang, dan sebagian ada yang menginap di hotel ini. Fahmi dan Allyza menuju kamarnya di lantai 9. Sampai di dalam kamar, Allyza tercengang dengan isi kamarnya, memiliki ruangan yang luas, terdapat kasur king size, dan balkon yang mengarah langsung pada taman.

"Allyza, mau mandi duluan?" tanya Fahmi sembari membuka jasnya.

"Eh ..." Sesungguhnya Allyza bingung mau panggil suaminya dengan sebutan apa. Kakak? Mas? A'a? Akang? Sayang? Sepertinya opsi terakhir tidak. "Mas duluan saja." Akhirnya Allyza bersuara, tanpa meminta persetujuan hatinya, bibirnya berucap begitu saja.

Fahmi tersenyum lalu menuju kamar mandi.

Allyza menghela napas setelah Fahmi masuk kamar mandi. Begitu canggungnya keadaan ini. Bisakah Allyza pura-pura pingsan saja?

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang