Isi 6

5.1K 207 0
                                    

•Kembali dan Mencoba•

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik, mereka mau melakukan apa saja untuk kebahagiaan anak-anaknya.

Setelah beragumen dengan hati dan pikirannya, Allyza memutuskan untuk kembali. Pulang ke tempat asalnya dan mencoba untuk menerima. Ruang tunggu bandara Internasional Adisutjipto ramai dipenuhi pengunjung. Allyza duduk di ruang tunggu sambil memeluk tas ransel berukuran sedang.

"Halo, Tante," sapa anak kecil tiba-tiba datang duduk di sebelah Allyza.

Allyza tersentak. "Eh? Halo juga," balasnya ramah.

"Tante kenapa? Ara perhatiin dari tadi Tante melamun. Tante lagi sedih, ya? Tante jangan sedih, dong, nanti Ara ikut sedih. Oh iya, kata Mama, kalau ada yang sedih harus makan permen, biar ndak sedih lagi," ujar anak kecil panjang lebar, mungkin seumuran dengan Laura, keponakan Allyza.

Allyza tersenyum, mencubit pelan kedua pipi Ara. "Tante nggak sedih, kok."

"Beneran Tante ndak sedih?" tanya Ara khawatir.

Lagi-lagi Allyza tersenyum. "Benar, sayang. Nih, buktinya Tante senyum lebar." Allyza tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.

"Alhamdulillah kalau Tante ndak sedih, Ara senang." Ara, gadis kecil memiliki pipi gembul tersenyum manis.

"Ara ke sini sama siapa?" tanya Allyza. Tempat ramai seperti ini tidak mungkin jika gadis kecil di sampingnya sendirian.

"Sama Mama, tadi lagi ke toilet, terus Ara bosan duduk sendiri di sana, jadi Ara jalan-jalan deh, terus ketemu Tante cantik yang lagi melamun," jawab Ara menyengir.

"Ara, nakal, ya!" Allyza mencubit kedua pipi Ara lagi membuat ia meringis.

"Aduh, Tante, jangan cubit-cubit dong! Nanti pipi Ara kena rabies." Reflek Allyza tertawa terbahak karena ucapan polos Ara.

"Nggak mungkin bisa, Ara." Allyza masih tertawa sampai ada seseorang datang dan memanggil Ara.

"Ara, ternyata kamu di sini. Mama khawatir nyari kamu." Allyza mendongak, melihat orang yang memanggil Ara.

"Ara, ayo balik ke sana, pesawat kita sebentar lagi akan terbang,"

"Sania?" tebak Allyza. Perempuan di depannya mirip sekali dengan Sania. "Kamu Sania, kan? Dan berarti ini ..." Allyza menunjuk Ara di sampingnya. "Anak kamu?" tanyanya.

Sania tersentak, kenapa dia bisa bertemu dengan Allyza di waktu yang tidak tepat. "Eh ... iya dia anak aku. Makasih sudah menjaga Ara sementara. Saya harus pergi, permisi." Sania hendak menggendong Ara namun ditahan Allyza.

"Di mana Arga?" tanya Allyza to the point.

Sania terdiam sebentar, Allyza merasakan kegugupan Sania. "Saya tidak tau, permisi." Sania menggendong Ara dan lekas pergi.

"Sania! Sania, tunggu!" Allyza mengejar Sania dengan berlari "Sania!" panggilnya, namun tidak berhasil, Sania sudah boarding.

"Ck!" decak Allyza. Lagi dan lagi Allyza tidak berhasil mendapat jawaban dari Sania.

Allyza keluar dari bandara setelah landing, mencari taksi untuk menuju rumahnya. Di dalam taksi ia termenung.

Apakah ia bisa menerima perjodohan konyol ini?

Apakah ia bisa melupakan Arga untuk selamanya?

Dan, apakah ia bisa hidup dengan seseorang yang tidak dikenal?

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang