Isi 21

5.2K 193 6
                                    

•Berita Baik•

Kabar baik datangnya dari Allah dan atas izin dari-Nya.

Bau aroma obat-obatan mungkin sudah menjadi makanan Allyza, ke rumah sakit untuk kesekian kalinya. Ia menjadi akrab dengan aroma itu. Hari ketiga Arif dirawat, Allah memberi keajaiban, ia sadar dari komanya. Mendengar kabar itu, selesai mata kuliah Allyza langsung ke rumah sakit setelah mendapatkan izin dari sang suami.

"Ayah!" sapa Allyza memeluk Arif. "Allyza kangen Ayah. Ayah lama banget, sih, tidurnya," omelnya.

"Keasikan di alam mimpi," jawab Arif terkekeh.

"Ayah sudah makan?"

"Belum,"

"Kenapa belum makan? Makanannya sudah ada loh,"

"Nunggu putri sulung Ayah datang,"

"Ayah bisa aja." Allyza tersenyum malu, lalu ia menyiapkan makan siang.

Dengan telaten ia menyuapi Arif, dan membersihkan noda makanan yang tersisa.

"Ayah harus makan yang sehat supaya---"

"Permisi, selamat siang." Wanita paruh baya dengan jas putih dan stetoskop di tangannya memasuki ruangan dengan senyuman. "Maaf mengganggu, saya mau memeriksa keadaan pasien," ujar dokter ramah.

Allyza mempersilakan, lalu dokter memeriksa dan perawat di sampingnya mencatat di notes.

"Bagaimana perasaan Bapak?" Dokter memeriksa denyut jantung dan nadi.

"Baik, Dok, sudah lumayan,"

"Syukurlah. Sus, tolong berikan obatnya," titah dokter.

Perawat di sampingnya memberikan beberapa obat dan vitamin. "Minum obat setelah makan, ada yang satu kali sehari dan dua kali sehari." Perawat menjelaskan detail aturan pakai obat.

"Terima kasih, Dok, Sus," ujar Allyza.

"Sama-sama. Lekas sembuh ya, Pak, saya permisi dulu," pamit dokter dan perawat.

Berita baik tentang Arif membawa kebahagiaan untuk keluarganya. Allyza, Aliya, dan Raina berkumpul untuk menemani Ayah mereka. Suara canda dan lelucon yang dilontarkan Raina membuat suasana menjadi hangat.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun Fahmi belum datang untuk menjemput Allyza. Tidak ada pesan lagi setelah memberi izin pada Allyza.

"Kamu nginap di sini, Za?" tanya Aliya, duduk di samping Allyza.

"Nggak tau, Al, belum izin sama Mas Fahmi," jawab Allyza menatap layar ponselnya, menunggu notif dari sang suami.

"Kak Lyza nginap di sini aja sama kita. Biar bisa sama-sama jagain Ayah," sahut Raina.

"Kakak izin Mas Fahmi dulu ya." Raina mengangguk senang.

Perasaan cemas dan khawatir memenuhi hati dan pikiran Allyza saat tidak bisa menghubungi Fahmi.

"Gimana, Za?" Allyza mengedikkan bahu, mencoba menghubungi Fahmi lagi.

"Telepon lagi, Kak." Ketiga kalinya Allyza menghubungi namun tetap tidak bisa.

"Telepon di handphone satunya, Za," saran Aliya.

"Masuk," ujar Allyza saat menghubungi Fahmi ke nomor lain. Perasaannya semakin cemas saat panggilan tidak diangkat.

Suasana malam yang dingin, ditambah udara AC menambah kegelisahannya.

"Tenang, Za, berpikir baik." Aliya mengusap pundak Allyza untuk menenangkan.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang