Isi 12

5.1K 187 0
                                    

•Persiapan•

Sekeras-kerasnya hati, akan bisa lembut jika Allah berkehendak.

Anita :

Allyza, hari ini fitting baju ya. Tante tunggu jam 4 sore di butik Kalila.

Begitulah isi pesan dari Anita. Allyza menghela napas setelah membaca pesan tersebut. Sekarang pukul tiga lewat tiga puluh menit, ia segera salat asar lalu siap-siap untuk ke butik. Allyza mengenakan gamis marun disertai pasmina kuning kunyit, serta wedges berwarna putih.

"Yah," panggil Allyza memeluk Arif dari belakang.

"Iya, sayang?" Arif melepas kacamatanya, menoleh pada Allyza.

"Allyza mau fitting baju sore ini. Ayah mau ikut?" Allyza mengitari sofa lalu duduk di sebelah Arif.

"Boleh, Ayah siap-siap dulu, ya." Allyza tersenyum mendengar jawaban Arif. "Oke, Yah, Allyza tunggu."

Tiga puluh menit kemudian, Allyza dan Arif sampai di butik Kalila.

"Assalamu'alaikum," sapa Arif dan Allyza bersamaan.

"Wa'alaikumsalam. Allyza tambah cantik aja," balas Anita menyambut kedatangan mereka.

"Atas izin Allah, Tante." Allyza menunduk malu.

"Ya Allah, Rif, gadismu ini makin cantik kalau malu-malu." Arif hanya terkekeh. Lalu Anita mengajak Allyza dan Arif masuk ke dalam butik. "Laila, tolong bawa Allyza ke ruang ganti, ya," ujar Anita pada karyawannya.

"Baik, Bu." Laila mengajak Allyza menuju ruang ganti.

"Butik ini milik Bu Anita, ya?" tanya Allyza penasaran. Butik yang memiliki ukuran sederhana namun isinya terkesan mewah. Pakaian yang dipasarkan juga memiliki kualitas baik.

"Iya, Mbak. Sebelumnya butik ini milik kakak pertama Bu Anita, namun beliau wafat beberapa tahun yang lalu, jadi butik ini diserahkan pada Bu Anita." Allyza mengangguk paham lalu mereka sampai di ruang ganti.

Setelah 15 menit, Allyza keluar dengan mengenakan gaun cantik dan jilbab modern masa kini. Laila memandang takjub. Allyza memiliki kecantikan yang sederhana namun dapat memikat perhatian orang lain.

"Masya Allah, Mbak, cantik pisan. Mas Fahmi teh pasti beruntung punya istri kayak Mbak. Sudah cantik, baik, pintar, pasti pintar masak juga nih, Mbak," ujar Laila jujur membuat Allyza malu.

"Jangan terlalu memuji seperti itu, Laila, tidak baik," tegur Allyza lembut pada Laila yang umurnya dua tahun lebih muda darinya.

"Hehe iya, Mbak, maaf, Laila hanya jujur saja." Allyza mengangguk paham seraya tersenyum.

"Masya Allah," ujar Anita datang melihat Allyza memakai gaun pernikahannya. Allyza tersenyum menunduk malu. "Sayang sekali Fahmi tidak bisa datang, ya," imbuhnya. Fahmi tidak bisa datang karena sedang sibuk dengan pekerjaan, ia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum hari pernikahannya berlangsung.

"Tidak apa-apa, Tante," balas Allyza tersenyum keci.

Kemudian Arif menghampirinya dengan senyuman lebar. "Masya Allah." Arif mencium kening Allyza membuat ia tersenyum. "Kamu cantik seperti Bundamu," tuturnya.

"Kecantikan Bunda menurun pada Allyza, Yah," ujar Allyza terkekeh.

"Foto dulu yuk, sayang," ajak Anita. Mereka menuju sebuah tempat photoshoot yang terletak di lantai dua. Lantai dua memang sengaja dijadikan tempat photoshoot.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang