Isi 40

4K 182 28
                                    

•Kesalahan Terbesar•

Waktu sebelum musibah terjadi.

Seusai salat magrib berjemaah dengan rekan kerjanya, Fahmi pamit pulang duluan. Sebenarnya bukan hanya acara reuni saja, namun ada acara syukuran rekan kerjanya yang kebetulan satu hotel dengan acara reuninya.

Fahmi keluar dari hotel, menatap langit yang gelap tanpa bintang dan bulan. Sepertinya hujan akan turun. Ia segera memasuki mobil.

Fahmi menghela napas saat jalanan macet dan ada tronton besar di depannya.

Berkali-kali ia menekan klakson namun mobil di depannya tak jalan. Lalu ada seseorang yang mengetuk kaca mobilnya.

"Ada kecelakaan di depan, Pak," lapor laki-laki paruh baya.

Sebagai seorang dokter, Fahmi keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan korban. Kecelakaan yang terjadi mengakbitkan seorang anak kecil berumur tujuh tahun terluka parah.

Fahmi meraih peralatan medisnya yang selalu sedia di mobil. Menolong anak kecil dengan keahlian yang ia punya

"Darahnya terlalu banyak, tolong panggilkan ambulans. Segera!"

Kemudian Fahmi memeriksa detak jantung korban dengan stetoskop. "Tekanan darah rendah, di mana ambulans?!" teriaknya lagi.

Fahmi menepuk kedua pipi korban untuk menyadarkannya, berulang kali namun korban tidak sadarkan diri.

"Shit!" umpatnya karena bagian tengkuk korban bengkok. Ia melepas jaketnya lalu meletakkan sebagai bantal untuk menyangga leher anak kecil itu. Tak lama kemudian ambulans datang.

"Hati-hati lehernya bengkok!" seru Fahmi memberitahu petugas medis.

Ia segera berlari ke arah mobil setelah lalu lintas kembali lancar.

Fahmi melangkahkan kakinya ragu memasuki rumah setelah memakirkan mobilnya. Sayup-sayup ia mendengar suara teriakan dari dalam.

"Dosen gila! Bahkan Anda tidak pantas dipanggil dosen. Dasar manusia gila!"

"Jangan pernah ganggu saya lagi!"

Fahmi mempercepat langkahnya memasuki rumah, matanya terbelalak saat melihat Allyza terguling dari tangga.

"Allyza!"

«»

Fahmi duduk di depan ruang inap Allyza setelah lima belas menit yang lalu dipindahkan ke sana.

Ia menangis sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Musibah yang terjadi adalah kesalahan besar yang ia perbuat dalam hidupnya, walau bukan dia sang pelaku.

"Fahmi!"

Fahmi meringis saat sebuah tamparan mengenai pipi kirinya.

"Kamu apakan anak saya?!"

Setelah kecelakaan itu, ia mengubungi keluarga Allyza mengenai musibah itu.

"Apa yang terjadi?!" teriak Arif mengundang perhatian pengunjung rumah sakit.

Fahmi tersungkur, berlutut di hadapan mertuanya. "Maafkan saya, Yah ...."

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang