ISI 22
•Sindiran Halus•
Lidah bisa melukai perasaan seseorang. Maka, hati-hatilah dalam berbicara.
Setelah menjalani perawatan beberap hari, Arif boleh pulang karena keadaannya sudah membaik. Sebagai bentuk rasa syukur, keluarga Allyza mengadakan syukuran di rumahnya dan mengundang keluarga besar.
"Ada yang kurang, Za?" tanya Fahrim, menghampiri Allyza yang sedang menata makanan.
"Kayaknya air mineralnya kurang, Pa. Allyza bilang ke Mas Fahmi dulu ya." Allyza menghampiri Fahmi yang sedang memindahkan sofa ke teras.
"Mas," panggilnya.
"Kenapa, Za?"
"Kayaknya air mineral kurang, Mas bisa beli di supermarket?"
"Bisa." Fahmi mendorong sofa dibantu oleh Revan. "Selesai," ujarnya. Ia membenahi sofa agar lebih rapi lagi.
"Sama anu, Mas,"
"Anu apa?"
Allyza melirik Revan sekilas, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Fahmi, membisikkan sesuatu.
"Titip apa, Za? Pembalut?" sahut Revan usil melirik adik sepupunya.
Allyza berdecak, ia sudah berbicara pelan tapi masih terdengar oleh abangnya.
"Pembalut yang warna pink itu ya?" lanjutnya usil.
"Abang, ih! Nggak boleh buka aib, apa lagi saudaranya sendiri," tegur Allyza.
"Mas tau loh, Za." Lagi, Revan melanjutkan tingkahnya.
"Bang, dalam surah---" ucapan Allyza terpotong saat mau mencerahami Revan.
"Bercanda, Za," ujarnya menyengir.
"Kamu lagi uzur memangnya?" tanya Fahmi menyelidik.
"Nggak, sih, Mas, tapi mau stok aja." Fahmi mengangguk paham.
"Mas pergi dulu ya. Jangan ganggu istri gue, Van," titah Fahmi lalu ia pamit.
Bukan Revan namanya kalau tidak mengganggu.
"Cie pengantin baru," ledeknya.
"Apaan, sih? Sewot aja!" balas Allyza sinis.
"Santai aja kali, lagi hamil ya lo makanya sensi?" Mata Allyza melotot ke arahnya, siap melemparkan satu pukulan.
"Jangan marah dong, nanti cantiknya hilang," lanjutnya lagi.
"Bang!"
"Abang atau Kakak?"
"Sama aja!"
Revan terkekeh, lalu mencolek hidung Allyza. "Kamu tuh sudah nikah aja ya, masih nggak nyangka."
"Makanya Abang nikah, jadi nggak perlu usilin Adiknya lagi,"
"Carikan dong, Za," pintanya memelas.
"Cari sendiri! Atau minta carikan Mama Abang aja. Mau Allyza bilangin?" Revan menahan Allyza untuk tidak berbicara sembarang dengan Mamanya.
"Bercanda kali. Abang sudah ada cewek tau,"
"Masa?" Revan mengangguk antusias. "Mana? Coba lihat." Revan menyodorkan ponselnya, memperlihatkan seorang gadis memakai jilbab merah sedang tersenyum manis.
Refleks mata Allyza membulat. "Abang, itu foto Allyza!" teriaknya.
Revan terkekeh lagi, berhasil mengusili Allyza. "Cantik, kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Until the dust
Romance[COMPLETED-REPUBLISH] Rahma Allyza Vierina, gadis yang akrab dipanggil Allyza. Menjalin kasih dengan seorang pria untuk pertama kalinya di masa SMA membuat Bundanya tak tinggal diam. Nasihat sudah menjadi makanan pokok setiap hari yang mental begitu...