•Pertanda•
Rumah sakit bukan hanya untuk orang-orang yang salit. Melainkan untuk mengecek kandungan misalnya. Seperti Allyza yang mau mengecek kandungannya hari ini. Ia duduk di ruang tunggu setelah mengambil nomor antrean.
"Ibu Rahma Allyza Vierina."
Allyza menenteng tasnya di bahu, memasuki ruangan dokter
"Langsung ke ranjang, ya, Bu. Mari saya bantu."
Sang dokter mulai memeriksa kandungan Allyza. Terpapar pada monitor seperti kacang merah. "Usia kandungan Ibu 8 minggu, ya. Pada usia 8 minggu, mata bayi mulai terlihat di wajah dengan terbentuknya lipatan mata dan retina yang berpigmen, Bu, telah terlihat di monitor," jelas dokter.
Allyza memerhatikan monitor, dan menyimak penjelasan dokter.
"Telinga bagian luar, bibir, dan hidung bagian atas bayi telah terbentuk. Jantung bayi pun saat ini berdetak sekitar 140-170 denyut per menit. Selain itu, tabung saraf bayi juga telah terbentuk sepenuhnya. Meskipun alat kelaminnya mulai terbentuk, namun ini belum cukup untuk mengenali jenis kelamin bayi. Jadi, jenis kelaminnya belum bisa diketahui ya."
Allyza mengangguk paham, bibir tipisnya tersenyum.
"Pada tubuh bayi juga mulai terbentuk tangan dan kaki yang kecil, jari-jari tangan dan kaki, tulang, dan otot. Lucu ya, Bu, bentuk janinnya," ujar dokter tersenyum.
Kemudian dokter menyudahi pemeriksaannya. Lalu menunggu hasil USG. Dokter membantu Allyza untuk turun dari ranjang.
"Mohon dijaga kandungannya ya, Bu." Dokter menuliskan resep obat untuk ditebus. Obat serta vitamin memang penting untuk kehamilan.
"Terima kasih, Dok."
"Jangan lupa untuk datang pemeriksaan berikutnya, ya. Ini resepnya, ada beberapa obat dan vitamin yang harus Ibu minum, silakan ke bagian pharmacy." Allyza menerima resep lalu keluar ruangan.
Ditatapi selembar gambar hitam yang berbentuk kacang merah di dalamnya. Ia menaruh hasil USG di cermin, menempelkannya di sana. Mengusap perut buncitnya dengan lembut, berdoa agar anaknya selalu sehat.
Lalu ia menghubungi Fahmi untuk memberitahu kabar kandungannya, namun nomornya tidak aktif. Allyza menghubungi lagi, jawabannya tetap sama.
Tiba-tiba ia mendengar suara yang berasal dari balkon kamarnya. Seketika ia teringat atas mimpi bayangan hitam. Dengan langkah ragu ia menuju balkon.
Langkahnya terhenti di ambang pintu, menatap kertas gumpalan itu. Tangannya gemetar meraih, untuk kesekian kalinya, entah sudah berapa kali dia mendapatkan kertas yang isinya sama.
Allyza mengedarkan pandangannya, tak ada orang. Lekas ia membuang kertas itu lalu mengunci pintu.
Layar ponsel di nakas menyala, sebuah notifikasi muncul. Allyza mendekat, lalu menggeser pesan.
0896xxxxxxxx
How are you?«»
Di tempat lain, sirine mobil ambulans terdengar 100 meter dari RSUD Nunukan. Dokter penjaga UGD pun bersiap untuk menyambut pasien yang akan datang.
Beberapa menit kemudian, ambulans berhenti di depan UGD.
"Keluhannya apa?"
"Dehidrasi, Dok, tekanan darah rendah," ujar salah satu medis.
"Bawa ke ruang UGD!"
Ruang UGD yang cukup ramai sedikit menyulitkan dokter untuk menangani para pasien, namun itu sudah menjadi tugasnya. Harus bisa mengutamakan pasien mana yang membutuhkan bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until the dust
Romance[COMPLETED-REPUBLISH] Rahma Allyza Vierina, gadis yang akrab dipanggil Allyza. Menjalin kasih dengan seorang pria untuk pertama kalinya di masa SMA membuat Bundanya tak tinggal diam. Nasihat sudah menjadi makanan pokok setiap hari yang mental begitu...