Isi 27

4K 168 13
                                    

•Hari yang Indah•

Kebahagiaan akan ada jika diciptakan.

Waktu terus berjalan, masalah yang terjadi biarlah berlalu, hubungan mereka juga mulai membaik. Hari ini hari sidang Allyza, Fahmi berjanji untuk menemaninya.

Pukul tujuh pagi, Allyza sudah siap dengan kemeja putih dan jas hitam serta rok span panjang dibalut dengan pasmina berwarna hitam. Ia berdiri di depan cermin, tersenyum manis melihat penampilannya.

"Sudah siap?" tanya Fahmi tersenyum di belakang Allyza.

"Sudah." Allyza mengangguk, menetralkan detak jantungnya yang berdetak cepat. "Ayo, Mas!"

Sesampai di kampus, Allyza menemui Alin yang menunggunya.

"Alin!"

"Hai! Semangat, ya! Aku yakin kamu pasti lulus," ujar Alin tersenyum.

"Thanks, Alin, aku tunggu kamu sidang juga,"

"Doain aja semoga bisa nyusul kamu."

Para mahasiswa lainnya pun sedang menunggu di depan ruang tunggu. Allyza duduk di samping Alin dan juga Fahmi.

Tak lama kemudian nama mahasiswa sudah mulai dipanggil, satu per satu mahasiswa bergantian masuk ke dalam ruangan. Allyza semakin gugup, ia takut tak bisa jawab pertanyaan dari sang dosen.

"Jangan gugup, kamu harus yakin." Fahmi menggenggam tangan Allyza untuk memberi kekuatan.

"Takut, Mas," balasnya meringis.

"Kebiasaan kamu tuh, takut diawal padahal belum perang,"

"Aduh Mas, ini pertama kalinya, loh!"

"Sudah, biasa aja, jangan terlalu tegang,"

"Nggak bisa, Mas. Lihat nih kaki Allyza gemeteran." Rasa gugup memang sering hadir saat mau melakukan sesuatu atau berhadapan dengan suatu hal yang memengaruhi diri.

"Kamu sudah latihan dan pasti hasilnya nanti akan bagus. Sekarang kamu berdoa aja, oke?" Allyza mengangguk lalu memejamkan mata dan berdoa.

Satu menit kemudian namanya dipanggil. "Rahma Allyza Vierina!"

Fahmi dan Alin menunggu Allyza di luar ruangan dengan gusar. Sudah hampir empat jam mereka menunggu namun Allyza belum keluar. Laki-laki berprofesi dokter dan seorang suami itu mondar-mandir di depan pintu, ia khawatir jika istrinya pingsan di dalam karena terlalu gugup.

"Kak, nggak capek mondar-mandir?" sindir Alin mulai jengah.

"Sorry," jawab Fahmi, duduk di ujung bangku.

Suara pintu terbuka dan terdengar langkah kaki dari dalam. Fahmi menoleh, nampak sosok Allyza dengan wajah lelahnya.

"Za?" Fahmi menatap kedua bola mata istrinya penuh harap. "Gimana?"

Sedetik kemudian seukir senyuman terbentuk. "Lulus!" soraknya.

"Alhamdulillah." Fahmi memeluk Allyza erat.

"Ekhm!" tegur Alin berdeham. "Ada orang jomlo di sini, permisi suami orang, temannya mau ikut peluk juga," sindir Alin terkekeh.

Fahmi melepas pelukannya. "Mau ikutan peluk boleh juga, nggak?"

"Mas!"

Fahmi terkekeh lalu mempersilakan Alin untuk memeluk istrinya.

"Selamat ya, Za, senang banget teman aku lulus sidang,"

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang