Isi 30

4.5K 184 14
                                    

•Bukti•

Satu minggu lagi Fahmi akan berangkat ke Nunukan, walau dengan berat hati meninggalkan istrinya seorang diri. Tapi, ia harus melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab.

Allyza menyiapkan pakaian dan keperluan lainnya yang akan Fahmi bawa.

"Berkas-berkas sudah aman, Mas?"

"Alhamdulillah aman. Kemeja favorite Mas jangan lupa dimasukkan, ya,"

"Iya, sayang." Allyza membuka lemari, mencari kemeja kesukaan suaminya.

"Za, kamu suka foto yang mana?" Fahmi memperlihatkan beberapa foto pernikahan di tangannya.

"Yang ini, Mas. Kamu mau bawa?"

"Iya. Yang kamu suka biar di sini aja, sisanya Mas yang bawa, boleh, kan?"

"Boleh, Mas." Allyza menutup lemari setelah menemukan kemeja Fahmi, lalu menata bingkai foto yang akan dibawa suaminya.

Setelah menyiapkan pakaian dan keperluan lainnya, ia menaruh koper di samping lemari.

"Za,"

"Hm?" Fahmi mengambil gitar lalu duduk di depan Allyza. "Mau main gitar?"

"Iya dong,"

"Memang bisa?"

"Lumayan. Mas dulu pernah jadi gitaris waktu SMA," jawab Fahmi tersenyum simpul.

"Kok Allyza nggak pernah tau?"

"Mau saranin lagu?"

"Terserah Mas aja."

Fahmi mengangguk, mulai memetik gitarnya.

Memenangkan hatiku bukanlah satu hal yang mudah
Kau berhasil membuat 'Ku tak bisa hidup tanpamu

Menjaga cinta itu bukanlah satu hal yang mudah
Namun sedetik pun tak pernah kau berpaling dariku

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu

Fahmi melirik Allyza membuat ia salah tingkah. Petikan yang terdengar begitu sangat indah.

Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat kubernyanyi Tentang terang dan gelapnya hidup ini

Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu

(Bukti-virgoun)

Allyza tepuk tangan usai mendengarkan suaminya bernyanyi. Rasa takjub pada Fahmi makin menambah.

"Nggak nyangka suara Mas sebagus itu, bisa main gitar juga," ujar Allyza.

"Pujian, nih?"

Allyza tersenyum malu. "Bisa dibilang begitu."

"Makasih,"

"Buat?"

"Pujiannya,"

"Makasih juga,"

"Karena sudah dinyanyiin?"

"Iya, Allyza suka."

Fahmi tersenyum manis, ia memandang istrinya yang akan ditinggal sebentar lagi. Mengingat hal itu membuat Fahmi tak rela meninggalkannya. "I love you, honey."

Ungkapan cinta dari sang suami membuat Allyza malu, pipinya merah.

"Mas, malu!"

Fahmi tertawa. "Kok masih malu?"

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang