Isi 14

5.4K 199 2
                                    

Resepsi

Sekarang, dirimu telah menjadi bagian hidupku. Aku harap, kita bersama sampai kita kembali pada-Nya.


-Fahmi Abizar Gaza-

Setelah acara akad, selanjutnya acara pertemuan antara keluarga Fahmi dan Allyza. Semua keluarga berkumpul ada yang dari Yogya, Malang, Banjarmasin, dan Samarinda. Para sahabat Fahmi dan Allyza juga datang. Saat ini setengah para tamu undangan yang hadir, besok akan banyak lagi saat resepsi.

Hari sudah malam, satu per satu para keluarga pulang menuju tempat penginapan mereka, sebagian juga ada yang menginap di rumah Allyza untuk membantu acara resepsi besok serta keluarga Fahmi yang akan menginap di rumah Fahmi.

Keluarga Fahmi memutuskan untuk membawa Fahmi pulang ke rumahnya, kata Anita—Mama Fahmi acara kangen-kangenan untuk terkahir kalinya sebelum dia tinggal bersama Allyza. Walaupun nanti Fahmi akan sering menemui Anita, namun Anita tetep kukuh membawa Fahmi pulang. Allyza tidak keberatan akan hal itu, selain untuk mempersiapkan diri tinggal bersama Fahmi, dia mencoba untuk belajar tidak canggung saat bersamanya nanti.

Hari sudah semakin malam, pukul 01.00 Allyza masih saja belum bisa tidur, berulang kali dia mengucapkan kata syukur pada Allah, karena masih diberikan kesempatan untuk menikah, nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Allyza ingat salah satu surah tentang kebesaran Allah, "Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." (Q.S Ar-Rum (30) : 21)

Ia menuju kamar mandi, mengambil air wudu untuk melaksanakan salat malam, sebagaimana diperintahkan oleh Allah, "Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari." (Q.S Al-Insan (76) : 26)

Pukul 05.00 Allyza terbangun saat azan berkumandang, semalam ia hanya tidur sekitar 4 jam. Rasa kantuk menghampirinya, namun ia tepis karena hari ini adalah hari terbahagia selama 23 tahun hidup. Entah keberuntungan atau kebuntungan, ia datang bulan jadi tidak bisa salat dan tidak bisa malam pertama? Ah, membayangkannya saja membuat bulunya bergidik.

Aliya memasuki kamarnya. "Za, pengantin riasnya sebentar lagi akan datang. Dan sekitar pukul setengah delapan kita otw hotel," jelasnya.

Allyza mengangguk. "Yang lain pada di make-up juga, kan?"

"Iya, pengantin riasnya kan ada 3, jadi bisa dibagi-bagi. Aku sama Raina mau siap-siap dulu, jangan lupa rapikan kamarmu, Za!" Aliya terkekeh saat keluar kamar.

Allyza melihat sekeliling kamarnya, tidak begiu berantakan, namun ia segera merapikannya. Tiga puluh menit kemudian perias pengantin datang memasuki kamarnya dengan satu asisten yang membawa satu koper kecil di tangannya, Allyza tebak itu pasti alat make-up.

"Maaf yo, Mbak, aku telat datang, iki Yuna telat bangun, Mbak," ujar perias pengantin dengan bahasa Jawa-nya.

Allyza terkekeh. "Nggak apa-apa, Bu."

"Walah, jangan panggil Ibu, panggil saja Mayu, Mama Yuna." Perias pengantin itu yang biasa dipanggil Mayu tertawa kecil.

"Baik, Mayu."

"Sini mbak duduk, Mbak cantik tenan iki, pasti suaminya ganteng deh," puji Mayu.

"Mayu bisa aja, jangan terlalu berlebihan dalam memuji Mayu, nanti hidung Allyza tambah mancung." Allyza tertawa kecil, duduk di depan cermin. Kali ini perias pengantin sangat lucu.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang