Isi 38

3.6K 173 5
                                    

•Bertemu•

Gedung pernikahan sudah didekorasi dengan begitu indah. Bunga terpajang di sisi-sisi ruangan. Suasana bahagia menyelimuti sang pengantin.

Allyza berjalan di atas karpet merah dengan saudara kembarnya di sisi kanannya. Menuju pelaminan menemui sang pengantin.

"Selamat Arga, Sania," ujarnya ramah dengan senyuman. Datang ke pernikahan mantan mungkin rasanya menyakitkan bagi yang belum bisa ikhlas, namun tidak bagi Allyza, ia bahagia melihat Arga dan Sania bersatu.

Gadis kecil di tengah mereka tersenyum senang. "Tante cantik!

Allyza mensejajarkan tubuhnya dengan Ara. "Halo, Ara. Cantik banget," pujinya.

"Makasih sudah datang ke pernikahan Mama dan Papa,"

"Sama-sama, sayang. Tante ke sana dulu, ya. Sekali lagi selamat Arga, Sania, semoga bisa segera buat adik untuk Ara," ujarnya terkekeh.

Setelah sesi salaman dan foto, Allyza dan Aliya menuju hidangan makanan.

"Za, aku ke toilet dulu," ujar Aliya usai mengambil makanan.

"Jangan lama-lama. Aku tunggu di situ," tunjuk Allyza ke meja kosong.

Acara pernikahan Arga dan Sania cukup ramai, beruntung masih ada sisa meja yang kosong. Ia makan dengan khidmat, hingga sebuah suara familiar terdengar di dekatnya.

"Boleh saya gabung?"

Allyza menoleh ragu.

"Boleh?"

Tanpa menunggu jawabannya, Pak Bian menarik kursi di seberang meja.

"Kamu sendiri?"

Allyza menggeleng pelan. Dosen di depannya selalu datang tiba-tiba tanpa perkiraan. Dalam hati ia berdoa agar Aliya segera datang hingga keadaan tidak canggung seperti ini.

Tak ada lagi pertanyaan yang dilontarkan, Allyza kembali makan dengan risau. Matanya menjelajah ruangan mencari keberadaan Aliya yang tak kunjung datang.

"Kamu cari siapa?"

Allyza tersentak. "Adik saya, Pak."

"Adik kamu di---"

"Sebentar, Pak." Ponsel Allyza berdering, menjauh dari Pak Bian lalu mengangkatnya.

"Kamu di mana, Al?!"

"Sorry, Za. Aku pulang duluan ada urusan di rumah sakit,"

"Terus aku pulang gimana?"

"Naik taksi aja, ya? Maaf banget, Za."

Allyza menghela napas kasar. Tanpa menjawab pertanyaan saudaranya, ia mematikan panggilan.

"Kenapa?" tanya Pak Bian saat Allyza kembali duduk.

"Nggak, Pak."

Seketika selera makan Allyza menurun, padahal makanannya masih banyak.

"Adik kamu ke mana?"

"Pulang duluan, Pak."

Allyza segera menghabiskan makanannya. Ingin segera pulang agar tidak berhadapan dengan dosennya sendiri.

"Saya pamit pulang duluan, permisi," ujar Allyza, meraih tasnya buru-buru.

"Naik apa?"

"Taksi, saya---" Allyza tersentak saat Pak Bian menahan lengannya.

"Boleh saya antar?"

"Maaf, Pak, tidak perlu. Saya bisa sendiri." Allyza menepis pelan tangan Pak Bian.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang