Isi 37

3.8K 170 12
                                    

Alur Hidup

Jika semalam Allyza bermimpi pesawat Fahmi akan jatuh, maka kali ini Fahmi bermimpi bahwa Allyza akan dibunuh oleh seorang pria bertubuh besar dengan baju serba hitam.

Fahmi tertidur saat waktu istirahat dari jaganya. Keringat di dahi bercucuran, dan tangannya gemetar. Rasa khawatir sangat jelas terlihat dari raut wajahnya.

Ia mengusap wajahnya kasar sembari beristigfar.

"Dokter Fahmi, ada panggilan untuk dokter." Terdengar suara dari luar ruangan Fahmi menyadarkan ia dari lamunannya.

Fahmi segera menuju ruang resepsionis.

"Maaf, Pak, untuk penerbangan pekan ini sudah penuh. Akan ada penerbangan lagi pekan depan."

Fahmi menghela napas pelan mendengar penjelasan dari bawahannya.

"Ya sudah, pekan depan tolong cari penerbangan paling pagi," balas Fahmi lalu menutup panggilan.

Semoga semua akan baik-baik saja.

Di kota lain, Allyza bergegas menuju sekolah TK Paud Alydrus. Waktu menunjukkan pukul 08.00, ia melangkahkan kakinya dengan cepat menyusuri koridor.

"Assalamu'alaikum," salamnya sampai di kelas dengan terengah-engah.

"Wa'alaikumsalam," jawab para murid serempak.

"Maafkan Ibu terlambat. Sebelum memulai pelajaran, mari kita berdoa."

Selesai mengajar, Allyza tak langsung pulang. Ia harus menemani salah satu murid di kelasnya. Alika, gadis kecil dengan lesung pipinya sedang menanti jemputan.

Mereka duduk di kursi jemputan dekat gerbang. Tidak hanya ada mereka, namun ada satu murid lagi yang sedang berdiri membelakanginya.

Lima menit kemudian Alika dijemput oleh orang tuanya. "Makasih, Bu!"

Allyza melambaikan tangan ke arah Alika. Saat ia mau menuju parkiran, sebuah mobil berhenti di depan anak kecil yang sedang berdiri tadi. Perempuan dari dalam mobil keluar dengan senyum manisnya melihat anak kecil itu.

"Mama!" teriaknya.

Allyza memicingkan mata, seperti mengenali sang pemilik suara.

"Hai, sayang. Maaf Mama telat jemput," ujar perempuan itu.

Mata Allyza membulat, firasatnya tidak salah.

"Sania?"

Perempuan itu adalah Sania. Seseorang yang pernah bersangkutan dengan masa lalu Allyza.

"Apa kabar?"

"Alhamdulillah baik," jawab Sania ramah. "Ara, masih ingat Tante cantik ini?"

Ara mengangguk antusias, lalu memeluk Allyza. "Hai, Tante," sapanya.

"Hai anak manis. Kamu sekolah di sini?"

"Iya, tapi baru masuk hari ini. Ara murid baru," jawabnya.

"Ara tinggal di mana sekarang?"

"Rumah Papa." Allyza mengernyit heran, ia melirik Sania meminta jawaban.

Sania mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Nama Sania dan Arga jelas terpampang di sana.

"Dua minggu yang lalu aku udah akad dengan Arga, dan acara resepsinya minggu ini," jelas Sania.

Mungkin saat mendapat undangan dari seseorang masa lalu akan menyakitkan. Namun tidak berlaku bagi Allyza, justru ia senang mendapat kabar itu.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang