Isi 34

3.9K 172 18
                                    

Kabar

Allyza menyendiri ketakutan, tulisan 'congarts' ada di seluruh kamarnya. Di cermin rias, cermin kamar mandi, dinding-dinding kamarnya, meja, dan kursi.

Ia duduk di sudut kamarnya sambil memeluk dirinya sendiri. Tubuhnya gemetar, ia mengamati tulisan-tulisan itu dengan air mata yang bercucuran. Dalam hati ia bertanya-tanya, "siapa sang pelaku?"

"Pergi!" teriaknya.

Hening, tak ada orang selain dirinya di dalam kamar.

"Aku mohon jangan ganggu aku ...." lirihnya.

Bug!

Bunyi keras berasal dari balkonnya. Allyza berdiri, berniat untuk mengecek keadaan balkon. Dengan langkah ragu ia melangkah, matanya terbelalak saat melihat sesuatu yang membuat ia semakin berteriak.

"Aaaaa!!!"

Allyza terbangun dari mimpinya dengan napas yang tak beraturan. Keringatnya bercucuran. Ia beristigfar sambil berdoa meminta perlindungan. Bayangan hitam besar di balkon masih terjelas dalam ingatannya.

Ia meraih ponselnya di nakas, sebuah pesan semalam yang belum ia buka masih tertera di sana.

Congrats!

Untuk pertama kalinya ia mendapatkan pesan itu lewat whatsapp.

«»

Pagi ini Safina sampai di rumah Allyza. Beruntung sekali ia memiliki sahabat seperti gadis berkulit kuning langsat itu. Sesuai janji, Safina membawakannya cake redvelvet kesukaan Allyza.

"Terima kasih, Safina!" sorak Allyza senang saat diberi kue itu. Rasa ketakutannya perlahan menghilang, ia berniat untuk tidak menceritakan tentang mimpi semalam dan sebuah pesan misteri pada sahabatnya.

"Jadi, kamu di sini sama Aliya dan Raina aja?"

Safina menyusun kue lainnya yang ia bawa di piring.

"Ya untuk sementara, setelah itu tinggal sendiri," jawab Allyza.

"Yakin sendirian? Ini lagi musim penculikan dan teror loh, Za." Ucapan Safina membuat Allyza terdiam.

"Insyaallah aman, Saf."

Safina menghentikkan aktivitasnya, melirik Allyza dengan serius. "Tapi bisa aja orang dewasa diculik, Za. Apa lagi masalah teror meneror."

Allyza meraih kue di depan Safina, menyusunnya di piring.

"Memang ada kejadian orang dewasa kayak kita diculik?"

"Ada, Za. Baru-baru aja, nih, aku dengar berita si penculik memakaikan obat bius lewat makanan gitu, dan si penculiknya ini pelayan kafe, dia kasih obatnya ke pelanggan, terus setelah obatnya bereaksi, si korban diperkosa. Nyeremin banget," jelas Safina.

"Terus si penculik ketahuan?"

"Iya, karena rekaman cctv di tempat pekerjaannya, bego banget, kan? Masa dia nggak sadar kalau ada cctv. Pas itu, sih, malam hari dan cuman ada satu pelanggan cewek, jadi kesempatan si penculik memperkosa di korban."

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang