Isi 5

5.5K 217 3
                                    

•Menghilang Sementara•

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 153)

Sudah tiga hari Allyza kabur. Satu hari setelah malam itu, dia kabur dari rumah dan membuat semua orang panik. Terutama Arif dan Dena. Saat Dena mendengar kabar putri sulungnya kabur dari rumah, Dena jatuh pingsan dan dibawa ke rumah sakit.

Arif, Aliya, dan juga Fahmi sibuk mencari keberadaan Allyza. Sedangkan Raina menjaga Dena di rumah sakit. Ponsel Allyza pun mati. Sama sekali tidak bisa dihubungi.

"Al, kamu sudah tanya teman-temannya Allyza?" tanya Fahmi khawatir. Andai Allyza tau, tubuh Fahmi kini mulai mengurus, dan kantong matanya mulai menghitam. Sudah tiga hari dua malam dia tidak tidur. Memikirkan di mana Allyza berada.

Apakah Fahmi mencintai Allyza?

Cukup hatinya dan Allah saja yang tau. Namun, bukankah sikap khawatir dia pada Allyza sudah membuktikan perasaannya?

Aliya mengangguk pelan. "Sudah aku tanyain teman-teman satu fakultasnya, tapi mereka nggak tau keberadaan Allyza."

Fahmi mengembuskan napasnya kasar. Gadis itu sudah membuat pikiran Fahmi berantakan akhir-akhir ini.

"Allahu akbar ... Allahu akbar ...."

"Aku ke masjid dulu ya, Al," ujar Fahmi setelah mendengar suara azan berkumandang. "Kamu mau ikut?"

"Lagi nggak salat. Aku tunggu di sini aja." Fahmi mengangguk lalu dia menuju masjid yang tak jauh dari taman. Aliya duduk termenung memikirkan Allyza. Kakaknya satu itu berhasil membuat satu rumah pusing memikirkannya.

Di tempat lain, Allyza duduk di balkon sambil menatap langit yang mulai gelap. Menurut Allyza, perjodohan ini tidak adil baginya. Allyza berhak memilih pasangannya. Allyza berhak mendapatkan kebahagiaan yang ia inginkan. Tidak seperti perjodohan ini.

Jujur, hati Allyza sakit. Mengapa Ayah dan Bundanya tega menjodohkan dia dengan seseorang yang bahkan belum genap satu minggu Allyza kenal. Fahmi hanya orang asing yang mengusik dunianya. Fahmi hanya orang asing yang mengganggu ketenangan hatinya. Dan Fahmi hanya orang asing yang mencoba meruntuhkan prinsipnya.

Allyza memiliki prinsip, yaitu mencintai Arga sampai ia kembali. Arga adalah cinta pertama sekaligus mantan pertamanya telah membuat Allyza jatuh sedalam-dalamnya. Seperti ikan terjebak pada batu karang di dasar laut yang tidak bisa berenang sampai permukaan. Itulah Allyza, seperti ikan yang tidak bisa berenang sampai permukaan karena terjebak.

"Allyza, makan dulu." Sebuah suara membuyarkan lamunan Allyza. Itu suara Safina, sahabat Allyza saat SMA. Dia adalah orang yang tau bagaimana hubungan Allyza dan Arga saat dulu. Safina meletakkan nampan berisi satu piring nasi ayam bakar dan segelas air putih di samping Allyza. "Makan, Za, kamu belum makan tiga hari," ujarnya, suara lembut Safina terdengar di indra pendengaran Allyza. Namun ia tidak menhiraukan.

"Kalau kamu nggak mau makan, jangan biarkan tenggorokan dan perutmu kering tanpa air." Safina mengambil satu gelas air putih di nampan lalu memberikannya pada Allyza.

Allyza diam.

"Minum, Allyza!" tegas Safina. Allyza mengambil gelas itu, meminumnya walau hanya dua tegukan. Safina tersenyum. Dia tau kalau sahabatnya itu tidak bisa lama-lama membiarkan tenggorokannya kering.

"Aku butuh waktu sendiri, Saf." Suara lirih Allyza terdengar begitu memilukan.

Sudah tiga hari Allyza menginap di rumah Safina, kabur dari masalah karena perjodohan. Saat itu, Allyza tiba-tiba menghubungi Safina bahwa ia sudah di Yogyakarta. Safina yang tak tau apa-apa langsung menjemput sahabatnya di bandara. Setelah itu, Allyza menceritakan semuanya kenapa ia berani kabur seperti ini.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang