Isi 18

5.2K 214 1
                                    

•Meluangkan Waktu•

Meluangkan waktu bersama orang yang disayang itu perlu.

Sudah dua minggu usia pernikahan Fahmi dan Allyza, mereka mulai akrab dan saling terbuka. Namun, mulai minggu ini Allyza akan sibuk dengan dunianya, menyelesaikan skripsi. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, ia harus bertanggung jawab dengan pendidikannya yang telah ditempuh hampir empat tahun. Sedangkan, Fahmi sebagai dokter harus bertanggung jawab dengan para pasien.

"Mas hari ini lembur, Allyza nggak usah masak, kalau lapar nanti go-food aja, ya," ujar Fahmi sambil merapikan bajunya di depan cermin.

"Iya. Tapi, Mas jangan lupa makan. Allyza hari ini pulang siang, habis bimbingan langsung pulang," balas Allyza mengambil alih dasi yang dipegang Fahmi, ia membuat simpul pada dasinya. "Ganteng," imbuhnya memuji.

"Mas memang ganteng, kamu aja yang baru sadar," sahut Fahmi terkekeh.

"Sudah sadar dari lama sih, tapi ... baru bilang sekarang." Allyza mengedipkan sebelah matanya.

Fahmi mendekat ke arah Allyza, membisikkan sesuatu lalu memeluknya. "Berani godain Mas, ya?"

Allyza tertawa, mengaitkan kedua tangannya di tengkuk Fahmi. "Nggak godain, sih." Ia memperhatikan wajah suaminya dari dekat, Allyza tidak bohong jika suaminya memang ganteng.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Fahmi curiga.

Allyza diam tak menjawab, tangannya mengusap pipi Fahmi. "Pepatah 'cinta tumbuh karena biasa' sepertinya benar, Mas."

"Hm?" Allyza mendekatkan bibirnya ke telinga Fahmi, membisikkan sesuatu, kemudian Fahmi tertawa mendengar ucapan Allyza.

"Kamu aneh," ujarnya.

"Julukan aneh sudah berpindah ke Allyza?" balas Allyza tertawa. Ia jadi ingat bahwa julukan aneh pernah dibuatnya untuk Fahmi.

"Bisa jadi." Fahmi mengedipkan sebelah matanya, saat mendekatkan bibirnya pada pipi Allyza, nada dering yang berasal dari telepon Fahmi menggagalkan rencananya.

Refleks Allyza melepaskan tangannya. "Angkat dulu, Mas," ujarnya terkekeh.

Fahmi mengambil ponselnya di atas kasur, mengangkat telepon.

"Assalamu'alaikum,"

"..."

"Baik, Pak, 30 menit lagi saya sampai,"

"..."

"Wa'alaikumsalam." Fahmi menutup teleponnya, lekas mengambil jas yang menggantung di lemari.

"Kenapa?" tanya Allyza.

"Mas mau rapat. Ayo kita berangkat."

Seusai Allyza bimbingan, ia pergi ke Kafe setelah mendapat izin dari Fahmi. Sebagai seorang istri, dia wajib meminta izin dan mendapat rida dari suaminya ke mana pun ia pergi.

Allyza duduk di dekat kaca yang langsung mengarah pada taman bunga. Kemudian, pelayan menghampirinya. "Selamat siang, mau pesan apa, Kak?"

"Cake dan milshake red velvet,"

"Apa ada lagi?" Allyza menggeleng, lalu pelayan pamit.

Suasana kafe siang hari tidak terlalu ramai, tapi tidak terlalu sepi juga. Kebanyakan pengunjung yang datang para mahasiswa seperti dirinya. Pergi ke kafe untuk makan siang, mengemil, atau hanya sekedar minum, sambil mengerjakan tugas. Begitulah kebiasaan mahasiswa, kadang ada juga yang hanya pesan satu gelas minuman tapi nongkrong berjam-jam.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang