Isi 2

6.2K 246 0
                                    

•Tamu•

Allyza mengerjapkan mata saat sinar matahari masuk ke indra penglihatannya. Sinar matahari yang silau membuat seseorang yang berada dekat jendela seperti bayangan. Lalu, bayangan itu mendekat ke arahnya.

"Bunda?" tebak Allyza.

Dena tersenyum, menghampiri putri sulungnya. "Anak gadis pertama Bunda sudah bangun. Nyenyak ya tidur semalam?" tanyanya seperti menyindir.

"Nyenyak banget, Bun," balas Allyza menyengir.

"Ya sudah. Sana mandi terus belanja ke supermarket ya," ujar Bunda.

Allyza mengangguk, bangun dari ranjang lalu menuju kamar mandi. Setelah mandi dan berdandan simpel, ia mengingat kejadian semalam terakhir sebelum tertidur. Kejadian apa yang membuat Bundanya senyum-senyum pagi ini. Saat mengambil tas selempang di gantungan, seketika ia teringat sesuatu. Mampus! Aku tadi malam disuruh Bunda untuk siap-saiap ke ruang makan, tapi aku malah tertidur. Kenapa Bunda nggak marah ya? Pasti ada sesuatu! Batinnya.

Allyza lekas pergi ke ruang makan. Langkahnya terhenti saat di tangga terakhir. Ada sosok laki-laki yang tidak ia kenali sedang duduk di sana. "Kamu siapa?" tanya Allyza menghampiri laki-laki itu.

Laki-laki dengan kemeja kotak-kotak berwarna hijau menoleh, melemparkan senyuman.

"Ngapain kamu di sini? Masuk-masuk rumah orang sembarangan. Kamu pengemis minta makan sama Bunda, kan?" tukas Allyza, memicingkan mata memperhatikan tampilan laki-laki itu. Tampilannya tidak seperti seorang pengemis. "Nggak ada pengemis pakai pakaian rapi gini. Oh aku tau, kamu mau nagih utang ke Bunda, ya? Eh, tunggu, memang Bunda punya utang?" Allyza menebak-nebak sendiri siapa laki-laki itu.

Tak ada jawaban dari lai-laki itu, ia hanya tersenyum.

"Kamu bisu, ya?" tukasnya lagi. Allyza memutar kedua bola matanya malas karena tidak dapat respon dari lawan bicara. "Dasar aneh!"

Allyza ke dapur mencari Bundanya, namun tidak ada. "Bunda! Bunda di mana? Jadi belanja nggak, nih?" teriak Allyza. Tidak ada tanggapan dari Dena, ia teriak memanggil lagi. "Bun? Bunda di mana, sih?"

Allyza menoleh saat dengar suara pintu terbuka. "Kamu ngapain teriak-teriak gitu, sih? Nggak enak sama Fahmi," omel Bunda keluar dari kamar mandi.

"Cowok di ruang makan siapa, Bun?"

"Namanya Fahmi,"

"Fahmi siapa, Bun? Terus ngapain dia di sini? Sambil makan lagi di ruang makan." Allyza melirik ke arah ruang makan, laki-laki itu memperhatikannya. Refleks Allyza melotot ke arahnya.

"Heh kamu ini! Nggak boleh melotot gitu ke dia!" tegur Dena.

"Memang dia siapa, Bun? Penagih utang Bunda, ya? Memang Bunda punya utang?"

"Hust! Kamu itu kalau bicara dijaga. Dia Fahmi," ujar Dena, menyentil dahi Allyza.

Allyza mengusap dahinya. "Allyza serius, Bunda."

"Bunda juga serius, Allyza," balas Dena meniru ucapan anaknya. "Ini daftar belanjaan kamu hari ini." Dena menyodorkan satu lembar kertas catatan pada Allyza.

"Banyak banget, Bun." Allyza mengambil kertas itu, membacanya.

"Iya memang banyak. Sudah sana kamu pergi, gih! Fahmi yang akan temanin kamu," ujar Dena.

"Sama dia?" Allyza melirik ke arah Fahmi, dia masih saja memperhatikannya dengan tersenyum. "Allyza sama Aliya aja ya, Bun?" tawarnya.

"Aliya hari ini ada jadwal kuliah,"

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang