Isi 17

5.4K 190 1
                                    

•Mencari Waktu untuk Pacaran•

Hari ini Allyza mulai berkuliah dan Fahmi mulai bekerja. Saat ini mereka sedang sarapan bersama. Allyza membuat sandwich dan nutrishake rasa stroberi.

"Mas, hari ini Allyza pulang jam 4 sore. Mas bisa jemput?" tanya Allyza selesai mengunyah sandwich.

"Mas hari ini pulang jam setengah empat, jadi bisa, kan?" jawab Fahmi.

"Oke. Ayo, Mas, buruan habisin nutrishake-nya. Sudah mau jam tujuh." Selesai sarapan dan mencuci piring kotor, Fahmi mengantar Allyza ke kampus.

"Mas," panggil Allyza sesampai di depan gerbang fakultasnya. Allyza meraih tangan Fahmi lalu mencium punggung tangannya. "Ridai apa yang Allyza lakukan hari ini ya, Mas. Karena ridamu memudahkan langkahku," ujarnya.

"Insyaallah Mas selalu ridai kamu. Jangan nakal di kampus, kalau ada yang gangguin kamu, segera lapor ke Mas. Karena Mas nggak mau istri Mas yang cantik dan menggemaskan diganggu sama laki-laki lain." Fahmi mencium kening Allyza dan pipinya.

"Pasti, Mas. Allyza nggak nakal, kok," balas Allyza tersenyum malu atas perlakuan Fahmi.

"Selalu berdoa sebelum melakukan apa pun. Have a nice day, my wife."

Allyza tersenyum lalu melambaikan tangannya.

Suasana kampus ramai, mungkin pikirnya akan ada mahasiswa baru, terlihat dari pakaian dan gerak-gerik mereka yang sedang melihat kampus. Ia melangkahkan kakinya ke ruang dosen pembimbingnya untuk mengajukan judul skripsi.

"Bismillah," ucapnya sebelum mengetuk pintu ruang dosen pembimbingnya. "Assalamu'alaikum. Permisi, Pak," salamnya mengetuk pintu.

Setelah mendapatkan jawaban, ia masuk ke ruangan dan duduk di depan dosen. Seketika tubuhnya gemetar dan merasa gugup, karena dosennya terkenal dingin. Namanya Pak Bian, dosen duda karena istrinya meninggal saat umur pernikahan mereka baru satu bulan. Baru sebentar, kan? Namun, umur tidak ada yang tahu selain Allah.

Allyza duduk dengan sopan. "Ini, Pak, beberapa judul yang ingin saya ajukan." Allyza memberi beberapa judul pada Pak Bian. Beliau membaca setiap judul dan tujuan dari judul tersebut dengan teliti. Sepuluh menit berlalu, Allyza menunggu jawaban dari dosennya. "Bagaimana, Pak?"

Pak Bian nampak berpikir sebentar, dua detik kemudian ia berusara. "Saya accept judul kamu yang ini."

Allyza terkejut, berkali-kali ia mengucapkan kata syukur dalam hatinya. Pasalnya, dosen pembimbingnya ini dikenal juga sebagai dosen yang susah untuk meng-accept judul skripsi mahasiswanya.

"Alhamdulillah, terima kasih, Pak. Kapan saya bisa mulai bimbingannya?"

"Minggu depan, temui saya sebelum waktu zuhur,"

Allyza mengangguk paham. "Baik, Pak. Kalau gitu saya permisi." Pak Bian mengangguk lalu mempersilakan Allyza keluar ruangan. Allyza segera menghubungi Fahmi untuk memberi kabar bahagia ini.

"Halo, Assalamu'alaikum," sapa Allyza setelah panggilan tersambung.

"Ya? Wa'alaikumsalam. Mohon maaf, untuk saat ini dokter Fahmi sedang tidak bisa diganggu. Mohon tinggalkan pesan jika penting." Setelah itu sambungan terputus. Allyza menghela napas, berpikir positif mungkin suara wanita yang ia dengar di telepon adalah asisten suaminya.

«»

Sampai di rumah sakit, Fahmi langsung menangani pasien anak kecil yang tertabrak mobil hingga harus di operasi. Butuh waktu tiga puluh menit untuk Fahmi menyelesaikan operasinya.

Until the dustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang