19. hemmmm

777 39 0
                                    

Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa.

kini lia duduk di tengah keluarga dan siap menjawab pertanyaan pak dinarwan tadi.

"bismillahorohmanirohim, saya mengambil keputusan jika saya bersedia menerima lamaran ini"

sontak seluruh keluarga mengucap hamdalah, dan Iwan yang senyum sambil menatap Lia yang kini tengah menundukan kepalanya dengan pipinya yang memerah.

"Kalau begitu sebaiknya langsung saja kita bicarakan waktu resepsinya pa" kata ayah iwan

"bisa, lebih cepat lebih baik" sahut pak Sulaiman yang kini ikut bahagia dengan jawaban anaknya itu.

" Bagaimana jika 3 bulan lagi mereka menikah" kata pak Dinarwan namun perkataan pak iwan berhasil di kalahkan oleh pemikiran pak Dinarwan itu sendiri.

"kata pak Sulaiman lebih cepat lebih baik, dan papah juga setuju akan hal itu, bagaimana jika satu minggu ini kita siapkan untuk pernikahan dan resepsinya nggak papa kalo harus 3 bulan lagi karna itu membutuhkan saktu " kata Iwan yang mampu membuat seluruh keluarga sontak tersenyum melihat tingkah Iwan.

"Om sih terserah kamu sama Lia aja Wan, kalo kalian sanggup dalam waktu satu minggu silahkan"

"Ya, apa ada syarat yang ingin kamu ajukan untuku sebelum kita menikah, dan apa kamu setuju dengan keputusanku" tanya Iwan dengan nada yang begitu lebut

Lia hanya membalas dengan angukan kepala, yang mampu membuat iwan bahagia akan calon istrinya itu.

Malam ini di malam yang seakan langit bulan dan bitang menjadi saksi betapa bahagianya Iwan.

"Nak" kata ibu lia

"Iya bu"

"Makanan udah siap mari kita makan dulu" kata bu Ana

"Oh makasih banyak bu"

"Iya ayo kita makan"

Kini mereka makan dengan penuh kebahagian malam yang menjadi saksi kebahagiaan malam yang akan membawa begitu banyak cerita indah, malam yang akan menjadi malam pertama dan terakhir bagi lia merasakan Semua ini.

next

pagi yang begitu cerah, pagi yang begitu terik, pagi yang kini tengah bahagia dengan sinar nya, begitu pula dengan Lia yang kini bahagia akan keputusanya, semoga keputusan ini menjadi keputusan terbaik untuknya dan masa depannya.

kali ini Lia hanya tersenyum sambil memainkan handpon gengamnya, iya hanya tersenyum tak jelas hingga satu suara memecahkan keheningan

"Ya"

"Hah iya"

"Nggak sholat"

"Apa"

"Sholat duha"

"Astagafirullah aku lupa"

"Yaudah sholat gih"

Lia hanya membalasnya dengan senyum

JAGA AKU DAN HATIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang