Pagi ini begitu mendung sepertihalnya mewakilkan perasaan seorang wanita yang tenagah bersedih, dengan fitnah yang meluas lebar di luar sana. Terdengar suara lembut dari seorang lelaki yang memangilnya dengan penuh cinta.
"Humairah Ku sayang "
"Ya" sahutnya dengan memutar kepalanya kebelakang
"Kamu nggak ikut kerja hari ini" tawarnya dengan mengelus kepala istrinya itu.
"Oh iya aku lupa, tunggu sebentar ya mas" katanya yang sontak berdiri dan bergegas memasuki kamarnya, namun langkah kakinya terhenti ketika Iwan menarik tangan Lia.
"Loh kenapa" kata Lia yang spontan menatap suaminya itu.
"Kalo nggak mau jangan di paksa"
"Nggak kok nggak papa"
"Kalo mau istiharat di rumah yaudah istirahat aja"
"Nggak usah mas, pagi ini aku ingin menemanimu untuk mengambil undangan di percetakan"
"Oh iya aku lupa loh ya"
"Hari ini mas siap mengumumkan itu di seluruh karyawan mas"
"Aku selalu siap humairah ku sayang, aku malah sudah menunggu itu sedari lama"
"Yaudah aku ganti baju kamu tunggu di sini" Ujar Lia
"Dandan yang cantik ya" pinta suamimya itu
"Loh suka suka aku dong mas"
"Heh nggak boleh pokoknya hari ini dandan yang cantik dan manis"
"Iya iya"
********
15 kemudian, terdengar suara langkah kaki dari balik pintu kamar yang sontak membuat iwan menatap wanita itu dari ujung kaki hingga kepala dan memberikan respon dengan senyum yang begitu manis.
"Loh kenapa senyum senyum"
"Ya suka suka aku dong" sahut Iwan.
"Jangan natap terus entar jatuh cinta"
"Loh kalo akunya nggak cinta entar aku cari yang lain gimana"
"Berani kamu cari yang lain awas" katanya sambil memukul bahu suaminya itu.
"Lah tadi bilangnya jangan di tatap"
"Tau ah"
"Wah ada cewe ngambek" katanya sambil menarik kerudung istrinya yang spontan terlepas itu.
"Astagafirullah, mas kan jadi hancur lagi"
"Yah nggak sengaja"
"Hemm"
"Sini aku aja yang benerin kerudungnya"
"Emang situ bisa"
"Ya bisa dong, sini duduk"
Sontak Lia ingin membuktikan perkataan suaminya tadi ia hanya berfikir positif namun di balik kebaikan Iwan tersirat otak mesum yang saat ini membuatnya cengengesan, hampir selesai melilitkan serudung Lia Iwan memintanya untuk menoleh ke arah kiri sontak Lia menuruti perintah suaminya itu yang sebenarnya bukan untuk menyelesaikan melainkan mencium pipi istrinya yang spontan membuat Lia memalingkan wajahnya dan membulatkan matanya.
"Duduh jangan marah"
"Nggak nggak marah kok cuma kesel aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGA AKU DAN HATIKU
RandomDi pagi yang begitu panas, seakan langit tengah berbahagia bersama matahari yang bersinar begitu cerah di pagi ini. Namun bukan hal nya dengan wanita yang tengah duduk di bangku sekolah menengah Atas yang satu ini, dia merasa sekakan hidupnya di pen...