26. ku turuti kemauanmu

802 40 4
                                    

Umar Radhiallahu anhu mengatakan:

"Begitulah seharusnya kalian bebuat untuk mereka. Demi Allah mereka suka kalian untuk berdandan untuk mereka sebagaimana kalian suka mereka berdandan untuk kalian"

    Hari ini Lia terus saja memandangi handponnya, sekali kali ia menatap wajahnya di layar telpon ia engan untuk membuka kaca bedak yang ada di tasnya jadi yang ia lakukan adalah memainkan camera hp nya sebagai cermin, dan beberapa notifikasi dari suaminya juga masuk bahkan beberapa chat unfaedah yang di tulis Iwan untuk Lia, namun yang Lia lakukan hanyalah menghiraukannya. Jika ia terus terusan meladeninya maka yang lain akan merasa iri, kenapa di jam kerja ada yang memainkan hpnya, itu lah yang terfikir di kepalanya dan ia lebih memilih tidak menghiraukan notifikasi itu.

  Di lihatnya jam dinding menunjukan 10 siang dan saat ini pekerjaannya pun sudah selesai kini Lia pergi bergegas ke musola belakang kantor, di tengah perjalan di temuinya bu Sinta seorang atasan yang begitu cuek dan angkuh, namun Lia selalu kengatakan bahwa Sinta adalah wanita yang baik dan manis. Meski sifat Sinta berbanding terbalik dari apa yang Lia katakan.

" Duh duh baru masuk kantor nih ceritanya, enak banget ya bisa libur kapan aja, emang di kira ini kantor punya nenek elu."

"Astagafirullah bu, bukan seperti itu" jawab Lia yang spontan di potong Sinta

"Nggak usah banyak bacot, bilang aja kalo elu emang udah nggak betah kerja, kalo udah nggak betah biar langsung gua pecat sekarang!" kata Sinta dengan nada tinggi namun Mata Lia kini bukanlah tersorot pada Sinta melaikan sosok Iwan yang tengah berdiri di belakang Sinta, Lia hanya tertunduk dan diam.

"Sinta!" kata Iwan dengan nada amarah

"Iya pak" sahut Sinta dengan suara getar ketakutan.

"Siapa yang memberimu hak untuk memecat karyawan, ingat itu bukan tugas mu" tegas Iwan

"Tapi pak"

"Tidak ada tapi tapian, dia udah ijin sama saya jadi kamu tidak perlu mengurus kehidupan karyawan, tugasmu hanya mengabdi pada prusahaan" Ujar Iwan yang spontan membuat Lia mengedipkan mata dan memberi kode " Sudah cukup" katanya. Ia tak sanggup melihat Sinta yang di marahi habis habisan oleh Iwan.

"Maafkan saya pak" kata Sinta dengan kepala tertunduk

"Baiklah sekarang silahkan kamu pergi" Usir Iwan dengan ketusnya.

       Kini Iwan menatap Lia dengan tatapan yang tak dapat di deskripsikan dan ini adalah moment bagi Iwan untuk mengajaknya berbiacara karna saat ini tak ada satupun orang yang lewat.

"Ya" kata Iwan

"Iya mas" sahutnya dengan menengok kanan kiri

"Sini" katanya sambil mengajak Lia berjalan berdampingan.

"Hah ada apa" sahutnya

"Kamu mau kemana humairah ku sayang"

" Ke musola, mau sholat mau ikut"

"Aku udah tadi"

"Dih curang duluan"

"Yeee siapa suruh diem diem kan jadi nggak bisa barengan"

JAGA AKU DAN HATIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang