Atap Merah

3.4K 568 23
                                    

Hujan masih turun, tetapi intensitasnya sudah mulai mereda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan masih turun, tetapi intensitasnya sudah mulai mereda.

Di dekat situ ada tempat berteduh berukuran tidak terlalu besar. Cukup untuk dua orang. Bisa sedikit melindungi tubuh dari terik sinar matahari atau dari rintik air hujan seperti hari ini. Tempatnya mudah di ketahui, walaupun dari jarak lumayan jauh. Penyebabnya tidak lain karena atapnya berwarna merah menyala, dan besi penyangganya juga berwarna senada. Warna yang mencolok di antar warna hijau dari pepohonan, tanaman yang mengitari di lokasi tersebut.

Hanya ada Rosie di tempat ini, ia sedikit menggigil. Mengusap kedua lengannya bergantian, juga menggosok kedua telapak tangannya. Sesekali meniupkan angin dari mulutnya agar kedua telapak tangannya hangat. Basah pada pakaian yang di kenakan membuat dingin seluruh permukaan tubuh. Angin yang berhembus tidak berhenti menyapa dirinya. Rasanya menembus hingga ke dalam darah.

Jungkook?

Ah, iya... Lelaki itu pergi sejak lima menit lalu.

Suara langkah kaki ke arahnya semakin jelas, karena menginjak air yang menggenang di permukaan tanah, menarik perhatian Rosie.

Ternyata Jungkook benar kembali sesuai perkataannya. Ia membawa beberapa barang. Jaket hitam dipasang pada puncak kepala Rosie tanpa ijin dari wanita itu, satu tangannya meletakkan minuman hangat di atas meja di depan Rosie. Setelah itu ia duduk, mengeluarkan beberapa barang kecil dari kantong kresek berwarna putih. Ada plester luka, salep pereda nyeri, tisu kering.

"Pake jaketnya, badan lo basah semua."

Rose berdecih, jengkel. Ia menatap sinis pada Jungkook.

'Gara-gara lo, nih.'

Jungkook memegang pergelangan tangan Rosie, mengoleskan salep di atas kulit yang berwarna merah. Wanita ini mengira akan terasa perih, nyatanya rasa dingin yang ia rasakan ketika bersentuhan dengan kulit.

Setelahnya lelaki ini menempelkan plester luka.

Dia bangkit, sebelum pergi hanya melirik singkat pada Rosie. "Maaf."

"Hmmm," Rosie berdehem cuek agar Jungkook segera enyah dari hadapannya.

"Bukan ke lo, itu gue ngomong sama pergelangan tangan lo."

Lalu melangkah pergi.

"What, dasar cowok gilaaaaaaaa." Rosie setengah berteriak.

Suara langkah beriringan setelah kepergian Jungkook lebih banyak dari sebelumnya.

"Ya ampun Annemarie..." Teriakan salah satu dari orang-orang yang datang menemuinya.

"Gue yang basah kena cipratan air hujan udah gak enak, dingin rasanya. Apalagi lo kayak begini sengaja hujan-hujanan. Pulang yuk, nanti lo demam."

"Je, ngomong apa aja tadi bayi piranha yang berasa paling cakep satu fakultas." Tanya Sejeong.

"Jangan berurusan sama mereka lagi. Apalagi cowok tadi." Joy berkomentar.

"Tangan lo sampai begini ?" Mina yang selalu bersikap lembut jika menyangkut teman-teman dekatnya panik, wajahnya sedih.

"Lo kenapa pukulin Bambang temennya siiiiihhhh. Aduuh." Lisa membahas masalah lain.

Mina, Joy, Sejeong menodongnya dengan banyak pertanyaan. Rosie tidak tertarik untuk menjawab. Otaknya sedang berfungsi pada satu kata dari kalimat Lisa.

"Bambang ??? oh, itu temennya. Baru tau gue."

Joy memandang pada Lisa, Lisa pada Mina. Mina pada Sejeong. Mereka saling bertelepati melalui mata.

"JADI BENER ??? ITU GARA-GARA LO ???"

Rosie sampai harus menutup kedua telinga, juga memaksa kedua kelopak matanya tertutup agar suara-suara melengking tidak merusak gendang telinganya.

Regnbue || Jeon - Rosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang