Jungkook POV.
Aku membuka seluruh pakaianku. menyalakan pancuran, lalu berdiri di bawah kucuran air—rasanya lebih dingin. Apakah karena tubuhku masih belum pulih. Atau karena selama dua hari, air dalam jumlah besar tidak boleh menyentuh tubuhku.
Memposisikan kepala tepat di bawah kucuran air, saat ini aku hanya ingin mendengar suara air seperti suara instrumen dalam orkestra musik di kedua telingaku. Memisahkan diri dari semua hal yang terjadi. Kelelahan, kegelisahan, kekhawatiran yang kualami. Aku mengajak laki-laki itu untuk berbicara baik-baik. Tetapi, dia lebih menyukai bermain keras. Alasan klasik karena dia sudah lama menyukai kekasihku.
'Hentikan Jung, semakin dipikirkan, nama Rosie akan semakin memenuhi seisi ruang di dalam kepala.'
Aku mematikan keran pancuran air, melilitkan handuk putih di pinggang, mengusap rambutku yang masih basah dengan handuk kering lainnya. Tidak ingin berlama-lama berada di dalam sini.
Berjalan membuka lemari pakaian, mengambil pakaian bersih dan mengenakannya. Takdirku saat ini adalah menerima kenyataan atas kemarahan semua orang. Rosie marah padaku, begitu juga dengan Bambam, Yugyeom dan Mingyu. Sampai saat ini semuanya tidak ada yang mengajakku berbicara.
Ponsel, dan sebuah buku. Aku mengarahkan tubuh ini berjalan dan melesak berhati-hati di atas tempat tidur. Menempelkan punggungku di bedframe.
Tanganku bergerak mengecek isi pesan. Tidak ada pesan masuk dari Rosie. Saat ini hanya bisa membaca ulang isi pesan kami. Aku merindukannya. Merindukan tingkahnya yang sesuka hati melakukan apapun. Merindukan senyumnya.
Sepertinya memar yang sesungguhnya terjadi di dalam otakku.
'Arrgh, sudahlah.'
Aku mematikan layar ponsel, melanjutkan membaca buku, mungkin bisa mengalihkan isi pikiranku. Membuka pada halaman yang sebelumya sudah sempat aku baca, ada pembatas buku yang terdapat disana.
Tanaman bambu Cina. Terdengar biasa saja. Aku hanya tau bentuknya tinggi, kurus dan berwarna hijau. Aku tidak melihat sesuatu yang istimewa. Dikatakan setelah benih di tabur. Kita tidak akan bisa melihat apa-apa selain tanah dan tunas kecil selama lima tahun. Waktu yang tidak sebentar. Semua pertumbuhannya terjadi di dalam tanah, tempat sistem akar kompleks yang akan menembus ke atas dan keluar sedang dibangun.
Lalu, pada akhir masa lima tahun bambu tersebut tiba-tiba mencuat keluar sampai mencapai tinggi 25 meter. Perumpamaan untuk satu kehidupan yang harus dimulai dengan membangun kekuatan pada pondasi utama dalam diri sendiri. Tidak apa, memerlukan waktu lama. Setelahnya akan menjadi pribadi yang kuat dalam segala terpaan badai kehidupan.
Halaman pada buku masih terbuka, tetapi mataku memandang objek lain.
Mingyu datang membawakan nampan berisi bubur, sup sayur dengan daging sapi asap dan segelas air putih. Dia tidak menyapa, apalagi menayakan keadaanku. Meletakkan nampan dalam diam.
Tidak lama setelah kedatangan Mingyu terdengar langkah susulan. Dengan menampilkan siapa lagi jika bukan Bambam dan Yugyeom. Rupanya mereka sudah menyudahi kegiatan tutup mulut tidak menyapaku.
"Kadang kalau ada orang yang kebiasaannya bercanda, omongan orang itu gak dianggap serius ya kan?" Mingyu bersedekap berkata dengan sarkas.
"Kita bertiga gak masuk kategori temen ya Jung? Omongan kita dulu yang larang keras buat suka sama cewek itu gak pernah lo anggap, ini baru June—gue garansi bakal ada lagi cowok lainnya bakal lakuin hal yang sama. Lama-lama muka lo berubah bentuk kalau begini terus." Tukas Bambam bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regnbue || Jeon - Rosé [END]
Fanfic[ C O M P L E T E D] "Beauty is formed from the many wounds of the past. Life that isn't easy will still be someone who goes through a lot." Dalam satu malam, setelah cahaya putih membias tubuh Jungkook dan Rosie, ada bagian dari diri mereka yang bi...