Girl like you

2.5K 438 11
                                    

Angin berhembus dengan intensitas sedang, langit tidak berwarna biru hari ini, hanya ada awan putih menutupi langit bumi. Daun yang menguning menjatuhkan diri dengan indah mengiringi irama angin. Jika Jungkook pergi ke tempat ini, tandanya dia tidur di rumah rahasianya.

Sebuah senyuman digoreskan pada wajah tampannya, mengangkat kedua tangannya di udara. Menghirup oksigen yang berbeda dari biasanya, khas alam. Dan pemandangan yang menyenangkan.

Semua perlengkapan untuknya sendiri dan untuk Justin, sudah ia bawa dari dalam mobil.

"Hi Justiiiiinn." Sapanya antusias dalam langkah yang tersisa, yang disapa hanya mengeluarkan suara ringkikan saat Jungkook mendekat.

Seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun, mengenakan topi berwarna putih dengan kumis yang rimbun di bawah hidung, kumis berwarna senada dengan warna tubuh Justin tersenyum saat mendengar suara Jungkook menggema di kandang. Salah satu pengurus yang merawat dan melatih Justin jika dirinya tidak bisa datang kemari.

Seperti Jungkook–––Justin memiliki sifat tidak jauh berbeda dengannya. Kuda ini sangat pemilih, dia tidak bisa ditangani oleh sembarang orang. Tempo hari Justin marah, dan membuat satu orang pengurus terlempar oleh tendangan dua kaki bagian belakang milik Justin. Untungnya tidak terjadi luka serius. Atau patah tulang.

Kadang itu membuat Jungkook bangga sekaligus frustrasi jika menerima laporan, jika tidak ada yang berani mengurus Justin.

Pintu kandang dibuka sehabis Jungkook selesai memberikan makan untuk kuda ini, dia juga sudah berganti pakaian bersiap mengajak Justin berlatih.

Dalam langkah menuju area pacu, iris matanya menyusuri luas lokasi, sampai menangkap sosok seseorang yang juga sedang berbicara dengan seekor kuda berwarna putih, seluruh aksesori yang dikenakan kuda itu berwarna merah muda.

Jungkook berjalan bersama Justin dimana terdapat keberadaan wanita yang familiar sempat terlihat olehnya, dari apa yang ia kenakan. Wanita itu baru saja selesai berlatih.

Rosie menoleh singkat, karena mendengar suara langkah dari tapal kuda, dan langkah manusia di dekat tubuhnya.

Dari mimik wajahnya, Jungkook sedikit terlonjak ketika mengetahui. Benar dugannya.

Sedangkan–––

Dalam benak Rosie, dari sekian banyak manusia di muka bumi, haruskan ia bertemu lagi di tempat ini dengan lelaki yang aneh menurutnya.

Lelaki ini memang membelai kepala, dan leher Justin tetapi arah tatapannya melirik pada seseorang di sekitarnya.

Senyum tertahan di dalam pipi Jungkook, ada yang terlihat berbeda pada Rosie. Salah satu alasan dirinya sempat tidak mengenali jika wanita ini adalah warna rambut panjangnya menjadi hitam seperti sedia kala.

Rosie mengabaikan dan tidak perduli dengan kehadiran Jungkook ataupun kuda yang bersama dengan lelaki itu, ia sibuk tertawa dan bermain bersama Nochu.

Tidak berhenti Jungkook membelai bahu, punggung, dan leher bawah Justin, agar kudanya tenang dan bisa ditunggangi. Dirinya juga tidak melepaskan pandangan pada Rosie selama beberapa detik. Setelahnya ia bersiap naik ke atas punggung Justin. Saat itulah ia melepaskan tatapan sepihak dari sosok Rosie.

Keduanya saling mengetahui sama lain—tetapi tidak ada yang ingin menyapa.

Setengah hari hingga menjelang sore menyita waktu keduanya di tempat yang sama.

Rosie kembali ke mobil sekitar pukul tiga sore. Dirinya tidak mengetahui jika Jungkook ternyata masih bertahan di area parkir dan belum pergi. Sebaliknya Jungkook terlihat duduk santai pada bagasi belakang mobilnya yang terbuka lebar sambil bermain dengan rumput yang ia tarik paksa di dekat ban mobil.

"Pergelangan tangan lo sudah sembuh?"

Rose menengok kiri dan kanan dari tubuhnya sekarang, setelah terdengar bunyi dentuman dari pintu bagasi belakang mobilnya yang baru ia tutup.

'Suara orang bukan ?'

'Itu nanya ke gue ya ? tapi gak ada siapa-siapa.'

Dia mencari di sekitar mobilnya. Tidak ada siapapun.

Jungkook menurunkan kedua kakinya ke bawah, keluar dari bagasi belakang mobil berjalan ke arah Rosie dan mengulang pertanyaan yang sama.

Rosie menautkan kedua alisnya.

'Oh, belum pergi juga ni anak.'

"Kayaknya lo terobsesi sama pergelangan tangan gue ya..."

Jungkook menurunkan pandangan pada pergelangan tangan Rosie, wanita ini ikut memandangi pergelangan tangannya.

Masih ada plester luka bergambar kelinci merah muda disana. Rosie melepaskan segera benda lengket itu, dan menempelkan di lengan Jungkook dengan acuh.

"Sudah sembuh." Jawab Rosie sekali lagi.

"Yakin??? tadi masih lo pake?"

Rosie menaikkan kedua bahunya. "Ngapain sih nanya-nanya? udah gue lepas barusan gak liat."

Jungkook tersenyum miris menatap objek lain. Satu tangannya bertumpu di pinggang. Jari telunjuknya menggaruk puncak kepala. Lidahnya bergerak pada pipi kiri dalam mulutnya. Terlihat mengembang dari luar. Rosie tidak seperti wanita yang biasanya ia temui. Jika dikatakan bertingkah seperti laki-laki—jawabannya tidak, Rosie berpenampilan selayaknya wanita pada umumnya. Sikapnya kasar? tidak juga. Rosie hanya menjadi dirinya sendiri. Tidak memperdulikan penilaian orang lain untuk disukai atau tidak. Wanita ini tetap menjadi dirinya sendiri dalam konteks yang baik.

"Gue mau cari makan deket sini. Mau ikut gak? gue tau lo juga belum makan siang."

Regnbue || Jeon - Rosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang