Seluruh lampu jalan sudah menyala, warna langit juga sudah berganti hitam. Sudah pukul delapan malam. Rosie hanya membeli fast food drive thru. Agar cepat pulang, mengakhiri kesialannya hari ini. Ia sesekali memperhatikan seseorang yang berada di samping kursi kemudi. Jungkook tidak menyentuh makanan maupun minuman yang Rosie berikan padanya. Sepertinya Jungkook benar-benar hanya ingin pulang. Berbicara pun ketika mengatakan alamat rumah saja. Selebihnya diam seperti tuna wicara.
'Gue jadi mirip supir taksi ih.'
Rosie mulai ragu–––ketika memasuki wilayah ini. Tempatnya lebih dari sunyi, juga sepi. Hilir mudik lalu lintas bisa di hitung dengan jari, penerangan pun tidak seberapa banyak. Ditambah jarak antar rumah satu dengan yang lainnya bisa dibilang jauh. Ukuran rumah disini besar dengan tiang penyangga yang tinggi. Tidak dapat dibedakan rumah yang berpenghuni atau tidak jika dilihat dari luar.
'Serem ya kalo malam disini. Mana banyak banget arahnya. Kalo nyasar kelar urusan ketemu setan sepanjang jalan.'
Deru mesin mobil berhenti setelah Rosie menemukan nomor rumah yang Jungkook katakan. Lelaki ini langsung keluar dari mobil begitu berhenti, menutup pintu hingga berbunyi tidak wajar. Jujur Rosie khawatir pada dirinya sendiri, tetapi tidak bisa dipungkiri dia juga mengkhawatirkan Jungkook yang sudah masuk ke dalam rumah.
Jungkook mengatakan Rosie agar membawa saja mobilnya. Tetapi apakah sopan? Tidak—tidak.
Wanita ini mematikan mesin mobil, segera mengikuti jejak kepergian Jungkook. Memeluk erat dan mengusap kedua lengannya, angin dingin dengan hawa aneh menyusupi kulitnya.
Debu, pasir yang dia temukan terdapat pada beberapa bagian di depan rumah. Dedaunan kering juga menyebar memenuhi lantai.
Setelah masuk, hanya ada satu lampu yang mengeluarkan cahaya. Mungkin Jungkook yang baru saja menyalakan.
Rosie menggigit bibir bawahnya, bingung harus pergi kearah mana. Ada banyak ruangan, dan di dalam sini juga luas.
"Banyak debu, pasir, daun kering kerontang. Ini rumah atau tempat apa sih? kotar banget." Suara pelan yang Rosie ucapkan dengan melirik kiri dan kanan dari tempatnya berdiri.
Semua ruangan tidak ada cahaya berpendar. Semuanya sama berlatarkan kegelapan. Rosie diam di tempatnya berdiri memandang menyeluruh pada seisi rumah. Ada satu ruangan yang pintunya tidak tertutup sempurna. Sedikit cahaya keluar dari dalam sana.
"Semoga bener dia disitu, semoga bener.'
Rosie berjalan cepat menjajaki tangga. Berhenti di ujung, menggeser sedikit posisi tubuhnya agar berada di depan pintu. Dia tidak sepenuhnya yakin dengan pilihan ini. Jari jemarinya mulai mendorong daun pintu perlahan. Hingga tidak kuasa membelakkan kedua bola mata.
Sangat berantakan, banyak pecahan kaca di lantai yang berasal dari lampu, gelas, cermin apapun. Menjadi benda tak berharga berserakan di atas lantai. Keadaan ruangan ini sangat parah.
Rosie semakin terkejut saat mendengar bunyi benda keras terjatuh. Dia masuk tidak memperdulikan di bawah pijakan sepatunya dengan sisa-sisa kaca. Memegang lengan Jungkook, agar lelaki ini berhenti.
"Ya Tuhan...lo kenapa sih? STOP...STOP. Astaga, badan lo."
Jungkook menepis tangan Rosie. Untungnya wanita ini tidak terjatuh. Bunyi yang memekik telinga, Rosie sampai harus menutup kedua telinganya setelah Jungkook kembali melemparkan sebuah kursi yang terbuat dari pohon akasia menghantam lantai.
Rosie mengambil langkah lebih berani, sekarang berdiri tepat di depan tubuh Jungkook. Tidak ada jarak diantara keduanya. Sama-sama bisa merasakan hembusan udara dari lawan bicara. Rosie dapat merasakan nafas kemarahan Jungkook. "Lempar ke gue. Biar gue tau rasa sakitnya." Tantang Rosie.
Pandangan mata yang ia tujukan pada Jungkook tidak kalah tajam dengan emosi yang lelaki ini keluarkan.
Jungkook diam, Rosie melihat luka segar mengeluarkan cairan merah dari bahu lengan dan perut lelaki ini. Jungkook menanggalkan pakaian yang dia kenakan saat berada di dalam sini. Hanya mengenakan celana ripped jeans yang menempel pada tubuhnya.
"Lo siapa berani atur-atur gue!!!." Kata Jungkook dingin, dia kembali akan mendorong tubuh Rosie kesamping. Rosie juga menahan dengan kuat lengan lelaki ini. "Gue gak perduli lo marah atau apalah ini!!! gue gak ngerti. Tapi yang gue gak bisa terima. Lo bikin badan lo luka-luka. BERHENTI GUE BILANG. Lempar itu ke gue. Bikin gue luka. BIAR KITA SAMA-SAMA LUKA, BIAR GUE BISA RASAIN SAKITNYA."
Jungkook mendongakkan kepalanya dengan seringai dingin, setelahnya menatap lantai tempatnya berpijak, melempar lemah pada sisi yang berbeda gelas yang sebelumnya ia pegang erat. Suara isikan tangis pelan keluar dari bibirnya, mengangkat kedua tangan. Menutup wajahnya.
"Jangan duduk disini, banyak pecahan kaca." Rosie dengan sabar membantu Jungkook berjalan ke tepi tempat tidur.
Lelaki ini menurut, mengikuti setiap langkah kaki yang Rosie buat. Suara tangisnya yang lirih masih dapat Rosie dengar.
Dalam keadaan duduk, Rosie tidak berbicara. Tangannya membuka tas yang tersampir ditubuhnya, mengeluarkan dari dalam sana sebuah sapu tangan berwarna merah muda pastel dengan lukisan bunga rosela.
Kemudian menyingkirkan kedua tangan Jungkook yang menutup wajahnya. Rosie memegang dagu, dan membuat lelaki itu menoleh padanya. Dia menghapus air mata yang keluar dari kedua sudut mata Jungkook.
"Gue gak akan tanya apa-apa, gue bantu obatin badan lo. Kalo gak ada–––kekuatan kayak limbad atau orang yang punya ilmu kekebalan, gak usah pake acara debus segala. Setelah selesai gue obatin, gue balik." Suara Rosie parau setelah berbicara sambil berteriak tadi.
Jungkook menahan tangan Rosie ketika wanita ini akan beranjak mencari perlengkapan obat-obatan.
"Tenang aja, gue gak akan ikut campur, habis gue obatin. Gue per–––." Rosie meyakinkan Jungkook dengan ucapannya.
Lelaki itu menatap intens pada kedua mata Rosie.
"Jangan pergi."
Kalimat yang membuat Rosie mengatupkan kedua bibirnya, menurunkan sedikit sorot mata pada tangan Jungkook yang memegang tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regnbue || Jeon - Rosé [END]
Fiksi Penggemar[ C O M P L E T E D] "Beauty is formed from the many wounds of the past. Life that isn't easy will still be someone who goes through a lot." Dalam satu malam, setelah cahaya putih membias tubuh Jungkook dan Rosie, ada bagian dari diri mereka yang bi...