Jisoo sudah kembali ke Indonesia, dan apa yang akan dilakukan hari ini, tidak semata-mata begitu saja, dia setujui. Sebelumnya, menolak dengan tegas, menyangkal dan tidak ingin menuruti permintaan Rosie. Tetapi keputusannya berubah karena wanita itu terus saja mendesaknya. Kaki Jisoo mematung, langkah ini tidak semudah bagaimana respon otaknya bekerja. Setelah ia memikirkan motornya, tepat di depan sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal Jungkook bersama tiga temannya yang lain. Di luar pagar, sudah banyak alat transportasi terparkir asal-asalan. Tetapi tidak mengganggu penguna jalan lain yang melintas di daerah sini.
Selain tiga sahabat Jungkook. Ada Lisa, Joy, Mina dan Sejeong yang merupakan teman-teman terdekat Rosie juga sepertinya sudah datang.
Ada empat orang di teras depan yang sedang berbincang-bincang. Dua orang wanita berhenti bercengkrama, bertanya-tanya atas keberadaan Jisoo di tempat ini. Sekarang dia menjadi pusat atensi semua orang yang mulai keluar dari dalam rumah. Kecuali satu orang. Tubuh Jisoo ikut bergetar, tangannya juga mulai dingin.
"Jeon-nya ada?" Jisoo melewati pagar, berbasa-basi, sebetulnya ia sudah tahu dengan wajah lelaki itu. Rosie menyimpang banyak fotonya di dalam galeri ponsel.
Mingyu tersenyum singkat, meminta Jisoo menunggu sebentar. Tidak sampai satu menit ia keluar bersama seseorang.
Selanjutnya Jisoo tidak membuang-buang waktu, lalu merogoh isi tasnya. Ada lima surat yang memiliki perbedaan desain dan warna pada amplopnya, untuk Lisa amplop berwarna kuning, Joy berwarna merah, Mina berwarna hijau, Sejeong berwarna biru. Jisoo menyerahkan kepada mereka ber-empat. Menyisakan surat terakhir dengan amplop berwarna pelangi dan sebuah ponsel.
"Ini apa?," celetuk Sejeong, dia lebih tertarik untuk bertanya dari pada membaca isi suratnya. Jisoo belum mebuka suara atas pertanyaan Sejeong.
"Ini buat lo," Jisoo menyerahkan surat terakhir dan ponsel milik Rosie pada Jungkook. Lelaki itu meletakkan di atas meja cangkir yang berisi minuman kopi yang baru saja ia seduh.
Setelah semua surat berada di tangan yang tepat. Jisoo tersenyum getir. "Baca aja isinya." Katanya singkat.
To: Sejeong
Gue gak bisa temenin lo lagi di rumah, cari temen biar gak kesepian di rumah, makasih ya sudah jadi sahabat gue Se. Maaf gue sering ngerepotin lo. Gue bakal kangen sama lo
To: Lisa
Jangan terlalu capek olahraga. Sampe lo lupa makan. Kebiasaan deh lis. Gue Bakal kangen tingkah absurd lo, kangen berdebat sama lo, berantem sama lo :')
To: Mina
Minaaaaa, kalau kakinya sakit, jangan dipaksakan buat latihan balet. Nanti minta Lisa, Joy sama Sejeong buat habisin makanan yang lo bikin, sebagai pengganti gue, satu lagi tolong ingetin Lisa di jam-jam makan ya Mina. Dia suka lupa soalnya. Gue harap June bisa menyadari keberadaan lo ;)
To: Joy
Hai, gimana latihan panahannya? Ah, gak usah ditanya. Joy selalu bagus. Kalo gak semangat latihannya. Anggap aja gue nari-nari di sekitar lapangan. Biar lo senyum. Sayang banget sekarang kita udah gak bisa latihan bareng lagi :'(
Tidak terkecuali untuk Jungkook, lelaki itu kembali menunjukkan sikap dinginnya dari hari ke hari. Jungkook lah yang meminta semua orang berkumpul disini, tentunya dengan bantuan Mingyu, Bambam dan Yugyeom, karena tidak mudah meyakinkan semua sahabat Rosie yang sudah terlanjur marah plus menjauh darinya. Sesuai dengan sebuah pesan yang tidak diketahui siapa pengirimnya. Dalam pesan itu juga menyebutkan tentang, keberadaan kekasihnya. Pesan itu menjadi kebahagian untuknya, setelah semua kerja kerasnya untuk menemukan Rosie tidak memberikan hasil apapun. Dari membayar jasa detektif yang pernah membantu Boa. Diikuti oleh Bambam yang kembali meminta jasa intel untuk mendapatkan informasi tentang Rosie.
Semuanya nihil
Love...
Kamu apa kabar? Kamu sehat kan? hmmm, pasti masih suka begadang ya. Masih suka marah-marah gak?
Aku harap kamu gak begitu lagi.
Aku minta maaf atas semuanya, semua kekacauan yang aku timbulkan. Harusnya aku ketemu kamu, dan kita bicara secara langsung. Tapi waktu yang aku punya gak banyak. Maaf aku tetap pergi, waktu kamu minta aku stay. Cincin yang kamu bawa cantik. Aku harap cincin itu nantinya kamu sematkan di jari seseorang untuk pendamping hidup kamu.
Oh iya, satu lagi.
Aku sayang kamu, Terima kasih sudah jadi pelangi buat kehidupan aku. Baik-baik ya sayang...sekalipun aku sudah gak ada. Dan kita gak bersama lagi.
- Rosie Annemarie -
"Gue gak ngerti." Jungkook segera mengangkat wajahnya, ia juga mengangkat tangannya ke udara dengan secarik surat itu, hatinya terluka, ini memang benar...goresan tinta ini, milik Rosie. Ingatannya kembali ketika mereka berdua saling bertukar Q and A menggunakan tulisan tangan. Saat Rosie menginap di rumahnya. Jisoo menengadahkan wajahnya ke langit, agar air matanya tidak jatuh. Tetapi usahanya sia-sia. Cairan bening itu tetap merosot turun.
"Rosie sudah meninggal, dia lompat dari mobil. Gue gak tau mobil siapa yang dimaksud, waktu dilakukan pengecekan. Plat mobil yang dipake itu palsu. Kalo lo bingung siapa gue. Rosie tinggal sama gue dan ortu gue dari usianya lima belas tahun. Anggap aja gue kakak angkat dia. Gue dihubungi sama pihak rumah sakit. Pas sampe disana, salah satu perawat, menyerahkan beberapa barang yang Rosie bawa. Termasuk semua surat dan ponselnya ke gue. Perawat itu bilang suratnya harus sampai ke semua nama yang tertera disana. Dan untuk ponsel itu harus dikasihkan ke cowoknya yang namanya Jeon. Itu pesan terakhir Rosie."
Jungkook berusaha menyentuh tubuh Jisoo, ada api kemarahan yang muncul tiba-tiba dalam dirinya, bagaimana bisa kekasihnya meninggal. Tidak—terakhir kali bertemu wanita itu baik-baik saja. Bambam, dan Mingyu mencegahnya. Yugyeom membawa tubuh Jisoo menjauh dari mereka.
"LO BOHONG KAN !!! GAK. GAK MUNGKIN."
"Dia cewek Jung, jangan main TANGAN!!"
"Sabar, sabar. Tenang Jung. Posisinya kita di depan rumah. Nanti tetangga sekitar sini pada keluar karena ada ribut-ribut. Jaga emosi lo."
Mina dan Joy sudah menangis sejak membuka isi surat, kesedihan mereka bertambah dengan pernyataan mengejutkan dari Jisoo. Mereka juga mengetahui perihal Rosie pergi dengan sekelompok orang yang tidak mereka kenal dan ketahui. Keduanya saling memeluk satu sama lain, Mina meraung-raung sejadi-jadinya dalam tangisan.
Sejeong terduduk lemas. "Kak Jisoo, gue bener kan, itu nama lo. Gue udah lakuin supaya dia baik-baik aja. Joy, Lisa sama Mina juga. Tap—tapi kenapa? Rosie, gak mungkin. " Sejeong baru mengenali Jisoo setelah wanita itu menyebutkan statusnya terhadap Rosie. Sesekali memang, Rosie akan berkomunikasi dengan Jisoo dan Sejeong mengetahuinya. Tetapi tidak dengan isi pembicaraaan mereka berdua. Ini adalah kali pertama bertemu secara langsung dengan Jisoo. Lisa berusaha mengangkat tubuh Sejeong yang lemas. Tapi wanita itu menolak.
Bambam masih ada di samping tubuh Jungkook, ia memegang erat bahu sahabatnya yang mengeras. "Cewek itu gak bohong, denger gak barusan tadi Sejeong bilang apa ! Kalau kenal dia, tau sama dia."
Mingyu memegang, dan mengusap, rambut Jungkook, sebagai tindakan penenang. "Ikhlas ya, udah gak ada lagi selain ikhlas. Jangan bikin dia sedih di atas sana."
Semuanya dalam perasaan yang hancur, udara dan waktu seakan berhenti. Jungkook terduduk lemas, hatinya sudah tidak bisa merasakan apa-apa. Keinginan agar Rosie baik-baik saja tidak Tuhan kabulkan.
"Kak, bisa anter kita ke makamnya Rosie," pinta Yugyeom lebih tenang. Wanita tersebut mengangguk, sambil membersihkan kedua pipinya yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regnbue || Jeon - Rosé [END]
Fanfiction[ C O M P L E T E D] "Beauty is formed from the many wounds of the past. Life that isn't easy will still be someone who goes through a lot." Dalam satu malam, setelah cahaya putih membias tubuh Jungkook dan Rosie, ada bagian dari diri mereka yang bi...