Aku mencintai luka terbesar dalam masa kehidupanku
◽◽◽
Flashback on
Rosie POV.
Aku ingin pulang, disini setiap detik bergerak lambat. Berkeliling tidak jelas di dalam kamar, hingga melompat terbang merebahkan diri dan menutup paksa kedua kelopak mata. Semuanya tidak membuatku mengantuk. Sekarang sudah larut malam. Tubuhku lelah, tetapi otakku masih saja terus bekerja. Jika aku pergi mengendap-endap sekarang, mungkin Jungkook tidak akan mengetahui. Satu pemikiran bagus baru saja ku buat. Jika aku bisa terlelap di tempat ini, aku tidak akan gelisah seperti penjahat dalam kejaran pihak berwajib.
Aku bangkit tanpa mengeluarkan suara. Berjalan mengendap-endap menuju pintu, memengang gagang pintu tanpa suara, setelah sedikit terbuka, aku mengintip dari balik daun pintu. Keadaannya tidak jauh berbeda ketika aku baru masuk ke dalam rumah, hanya sekarang ada sedikit cahaya di depan kamar ini.
Kamar tempatku untuk tidur berada di samping kamar yang dia gunakan. Kami menggunakan lantai dasar, jika ada sesuatu yang buruk terjadi, aku bisa langsung melesat pergi ke depan. Tanpa harus menggunakan akses tangga penghubung. Itu permintaanku, dia setuju. Rumah ini seperti tempat tinggal siluman. Jika dugaanku benar, dia tidak tinggal permanen di tempat ini. Sungguh menyeramkan, aku tidak mau mati terbunuh karena sekawanan hantu yang berkeliaran.
"Ah, dia belum tidur." Kataku setelah melihat cahaya remang di celah bawah pintu kamarnya.
Cepat sekali hati ini berubah-ubah, tadi aku ingin pergi, sekarang aku tidak tega meninggalkannya sendiri. Bagaimana jika dia bunuh diri? bagaimana jika terjadi hal yang mengerikan karena ulahnya sendiri? Amarah yang dia lakukan, saat aku menemukannya. Masih tergambar jelas. Segala sesuatu bisa terjadi dengan keadaan jiwa yang tidak stabil.
'Ishh, ini kan bukan urusan gue. Kenapa gue harus bersusah payah berfikir sejauh itu.'
Aku melanjutkan langkah, tertuju pada kamarnya. Aku ingin berpamitan agar lebih sopan. Kasihan Sejeong pasti tidak akan bisa tidur karena memikirkanku. Mendekatkan satu sisi telingaku di depan pintu kamarnya.
"Sepi."
Aku kembali menegakkan kepala, "Jeon..Jeon..Jeon," tanganku bergerak mengetuk pintu dari lirih hingga meninggi. Berharap semoga suara ini terdengar olehnya. Melirik ragu-ragu gagang pintu. "Bodo ah, mau pulang." Gagang itu bergerak ke bawah karena genggaman tanganku.
'Katanya gak dikunci biar kalau ada apa-apa bisa langsung masuk.'
"Oh, iya bener." Daun pintu terbuka perlahan, aku menelisik lewat mata sekedar menemukan sosok lelaki itu
Kamarnya kosong, aku langsung masuk ke dalam. Mencoba memeriksa seluruh ruangan. Pintu kamar mandi tertutup, tetapi tidak ada suara apapun–––
Banyak kasus bunuh diri di dalam kamar man––––
Aku terlonjak panik, berjalan cepat memutar sisi tempat tidur. Jungkook baik-baik saja, dia baru keluar dari dalam sana, menggunakan jubah mandi berwarna hitam, sambil menggosokkan handuk kering di atas rambutnya yang masih basah.
Lelaki itu berjalan menutup pintu kamar. Aku, mendengar bunyi 'klik'. Wajahku rasanya terbakar, emosi menyeruak hingga ke ubun-ubun. Setelah mengetahui dia mengunci pintu kamar dan menaruh kunci itu di saku jubah yang terpasang di tubuhnya.
"Jeon, eh...gue di dalam sini. Buka gak." Kataku berusaha mengambil kunci dari sakunya. Dia terus menghindar. Berarti sejak aku masuk, lelaki ini sudah tahu.
"Nggak, salah lo sendiri masuk ke kamar orang sembarangan. Gue sudah kasih peringatan pertama. Masih inget setelahnya apa?," katanya berdiri di depanku melepaskan handuk dari puncak kepalanya.
Aku serius menatap matanya. "Sebelum masuk, gue udah ketuk pintu, tapi lo gak nyaut. Jadi gue langsung masuk. Lo sendiri kan, yang bilang–––kalo ada apa-apa, tinggal masuk. Gue mau pulang. Gue gak bisa tidur disini."
Ekpresi yang Jungkook tunjukkan mulai melunak, memasukkan satu tangannya ke dalam saku. Mengulurkan kunci padaku.
"Oh, ya udah. Hati-hati di jalan, tau kan tempat gue taruh kunci mobil?," katanya, kemudian berjalan menjauh dari posisiku. Atensi ku masih memperhatikan kunci yang dingin kontras dengan suhu telapak tangan.
Aku memutar tubuhku. Dia sudah tidak ada. Sepertinya, masuk kembali ke dalam kamar mandi. Aku menghela nafas, berjalan dan memilih duduk di tepi tempat tidur sambil memainkan kuku jari jemari tangan, membiarkan kedua kakiku berayun kecil. Pintu kamar mandi terbuka kedua kalinya menampilkan sosoknya yang terlonjak saat mendapati aku belum pergi. Bedanya dia sudah mengenakan pakaian lengkap. Kaus berwarna putih polos dan celana drawstring hitam tiga inci di atas lutut.
"Are you okay? mau cerita. Kita belum ngobrol banyak." Tawarku, serius sambil menatap matanya. Menepuk tempat kosong di sisi kanan tempat tidur dari tempatku duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regnbue || Jeon - Rosé [END]
Fanfic[ C O M P L E T E D] "Beauty is formed from the many wounds of the past. Life that isn't easy will still be someone who goes through a lot." Dalam satu malam, setelah cahaya putih membias tubuh Jungkook dan Rosie, ada bagian dari diri mereka yang bi...