Written in the stars

2K 366 40
                                    

"Hattttchiii."

Rosie bersin tepat mengenai wajah Jungkook.

Lelaki ini menutup kedua kelopak mata dengan menjauhkan sedikit wajahnya.

"Baru juga dibilangin."

Melirik saja tidak, apalagi meminta maaf. Wanita itu memilih menjauh dengan menggeser paksa tubuh Jungkook dari hadapannya. Ia menghindar, tetapi gagal. Setelah sebuah genggaman tangan melingkar di lengan kirinya. Satu telapak tangan yang kosong diletakkan menempel di dahi.

"Aku anter pulang, badan kamu panas." Kembali dengan perlakuan yang sama, Rosie mengembalikan tangan Jungkook tanpa mau memandang kekasihnya.

Berulang kali ia mengindar dari lawan bicaranya. Mulai dari tidak ingin menatap matanya, tidak ingin melihat pada wajahnya. Mengubah langkahnya, setiap Jungkook mencoba menghentikannya. Satu hal yang tidak dapat dihentikan adalah bertambahnya intensitas bersin Rosie. Menahan agar virus tidak menyebar, ia mengangkat kedua telapak tangannya menutup area hidung dan mulut. Setelah berhenti, baru menatap lurus ke depan dimana terdapat sosok seseorang dengan wajah mencemooh. Menurunkan kedua telapak tangannya sambil menghembuskan nafas panjang.

"Aku mau tidur di hotel, gak mau ketemu siapa-siapa dulu. Termasuk kamu." Kata Rosie lambat-lambat. Kedua matanya berair dan sayu.

"Sudah reservasi?" Tanya Jungkook seolah tidak perduli pada 'satu baris' kalimat terakhir yang Rosie ucapkan.

Menggeleng singkat sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Kedua sudut matanya semakin merah karena pengaruh hidungnya yang gatal ingin bersin. Sepertinya flu benar-benar akan bersarang di dalam tubuhnya selama beberapa hari ke depan.

Jungkook mendekat, menggenggam kedua telapak tangan Rosie, mengusap-usap agar hangat.

"Gak semua hotel buka pelayanan dua puluh empat jam. Udah jam segini, ditambah kamu lagi sakit. Lebih banyak waktu di jalan nantinya. Kita ke apotek, istirahat di rumahku kalau gak mau ketemu siapapun. Biar aku bisa jagain kalau kamu perlu apa-apa."

Rosie melepaskan tangan Jungkook, mengangkat tangannya mengusap matanya yang berair.

"Aku gak bisa tidur disana, rumah kamu serem. Mirip kastilnya vampire. Apalagi sakit begini—nanti muncul banyak penampakan. Aku gak mau."

Jungkook menahan senyumnya dengan memainkan lidah di dalam pipinya, satu hal lagi yang dia baru ketahui. Kekasihnya bisa berubah seperti anak kecil jika sedang sakit.

"Nanti aku temani, tidur di kamar kamu."

"Nggak—kamu mau ketularan ?."

Jungkook menekan bibirnya sendiri, jika perdebatan ini diteruskan. Tidak akan ada hasilnya.

Dia mengamit lengan Rosie, membuat kedua langkah kaki wanita itu mengikuti kedua langkah kakinya.

"Ya udah, kita sakit berdua."

❇❇❇


Obat flu dan batuk, multivitamin tablet, minyak aromaterapi. Satu botol air mineral dan juga sebuah gelas yang berisi seperempat air putih, satu pack roti tawar taro. Semuanya rapi berada di atas nakas. Rosie sudah meminum obatnya, dan memakan dua lembar roti. Sepuluh menit berlalu sia-sia, hanya mengerjap tanpa ada perubahan. Tubuhnya ingin untuk istirahat, sedangkan kedua matanya masih terjaga, menatap langit-langit kamar. Setiap sudut kamar. Panas sudah menjalar ke dalam kedua bola matanya. Kepalanya terasa semakin berat, pening.


"Aku gak bisa tidur, hidungku mampet." Tidak membalikkan tubuhnya, hanya mengucapkan, mengawasi dengan pikiran jauh melayang.

Tidak terdengar jawaban setelah pertanyaan ini. Hanya suara khas dari pergantian halaman buku pada halaman selanjutnya.


"Aku sumpahin, telinga kamu beneran gak bisa denger Jeon."

"Katanya gak mau bicara sama siapa-siapa." Jungkook menyahut dengan menutup sempurna buku yang berada ditangannya, meletakkan di tempat terdekat. Mengubah poros tubuh, kepalanya bertumpu sebentar pada tangannya. Kemudian memindahkan bantal miliknya di bawah kepala Rosie dengan hati-hati.

"Gimana? Masih susah?"

Wanita itu membuka kedua kelopak matanya menoleh pada lelaki yang ada disampinya. "Gak enak di kepala yang bagian belakang."

Bantal itu diambil kembali perlahan, mengubah seperti keadaan semula. Jungkook merebahkan kepalanya di atas bantal, membuka lengan kanannya "Coba taruh kepalanya disini." Ia menunjuk pada lengan bagian atas.

Kepala Rosie bergerak perlahan, mengikuti titah dari Jungkook.

Jarak tubuh mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Posisi yang membuat Rosie bisa melihat dengan jelas setiap inci wajah Jungkook. Kekasihnya ini menggunakan sebelah kakinya untuk menarik selimut agar bisa menutupi tubuhnya dan tubuh Rosie. Mencegah Rosie supaya tidak bertambah rewel. Segera tidur.

"Masih mampet gak?"


Memberikan gelengan kepala sebanyak dua kali sebagai jawaban. Dilihatnya Jungkook hanya memberikan tatapan muram. Lelaki ini kemudian memejamkan matanya. Ingin tidur. Masih terlihat jelas oleh Rosie goresan luka yang sudah mengering di sudut bibir. Mengangkat satu tangannya perlahan menyibakkan sedikit rambut Jungkook agar dapat melihat dengan jelas bekas memar yang terdapat disana. Lalu mengusap lembut. "Jangan luka lagi ya sayang, dalam bentuk apapun. Aku gak tega liat kamu nahan sakit, liat kamu berdarah. Aku kepikiran." Rosie mengangkat sedikit kepalanya. Mengecup singkat pada kedua bekas luka yang tersebut.

Jungkook menepuk tangannya sebanyak dua kali, lampu utama kamar redup dan mati. Penerangan sekarang hanya berasal dari lampu di atas meja pada kedua sisi tempat tidur. Terdapat sensor otomatis di dalam kamar ini, hanya mengikuti perintah Jungkook saja.

Keadaan kamar remang, membuat Rosie terperanjat.

Terjadi gerakan kecil dari lengan Jungkook, masih dengan kedua mata yang terpejam. Tiba-tiba memeluk leher Rosie, membuat wajah wanita itu menyentuh dadanya. Mereka memeluk satu sama lain.

"Maaf bikin kamu khawatir."



Semesta sepertinya berada dalam harmoni sempurna. Seperti mencintai seseorang dalam ketengan hati. Mencintai seseorang dalam kekhawatiran. Dan mencintainya dalam diam.

Regnbue || Jeon - Rosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang