Leo Stannard, Chiara Galiazzo -Gravity-
If ever that you're distressed
I'll comfort you
If ever that you're sad
I'll be your tears
When you walk a rough road on a daerk night
I'll be your light
When you feel empty and lonely
I'll be your friend
I'm your forever family
I'm your forever husband
I'm your forever love
Ada perubahan yang terjadi pada Jungkook, setelah menemani istrinya menjalani proses melahirkan di ruang bersalin. Menyaksikan sendiri perjuangan Rose dalam rintihan menahan rasa sakit. Satu lagi pelajaran hidup yang ia dapatkan tentang makna pengorbanan seorang ibu. Menyambut dengan haru, sekaligus bahagia. Seorang anak laki-laki dengan berat tiga kilogram, panjang tubuh 53 cm.
Sekarang usia Haime satu tahun, anaknya sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan sejak dini di bidang seni. Walaupun tidak begitu jelas apa yang ia ucapkan, Haime sudah bisa bicara sejak usia sepuluh bulan. Sekarang saja, ia suka sekali berlari-lari entah di dalam rumah atau di halaman rumah. Rasa ingin tahunya sangat besar. Aktif bertanya untuk segala sesuatu yang tidak diketahui.
Hari ini Rose ada kepentingan untuk menemani ibunya dalam rangka urusan pekerjaan yang kebetulan ada di Indonesia. Sedangkan Jungkook mengatakan mengambil libur satu hari untuk menemani Haime.
"Coba pakai warna hijau," aroma parfum tercium di ruangan itu dan suaranya, sebelum sosoknya muncul dari balik kamar, tidak canggung mengambil tempat duduk di samping putranya. Haime melirik crayon yang dimaksud oleh ayahnya, masalahnya ada banyak tingkatan pada masing-masing warna. "Ini lho," Tangan Jungkook menunjuk warna chartreuse. Haime melihat jari Jungkook, ia diam sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya, "No dad...ang ini aja"
Tangan Jungkook bergerak mengacak-acak puncak kepala Haime, "Oke, itu juga bagus. Haime, mau ketemu Justin gak. Sebelum mum pulang, nanti gak boleh pergi."
"Austin...mauuuuuu," Sekarang buku gambar dan crayon tidak menarik, Justin lebih menarik. Haime memegang jemari Jungkook mengajak ayahnya ke kamar mandi. Ia harus mandi sebelum pergi.
Sudah wangi, rapi, dan tampan. Jungkook membawa putranya sebelum istrinya kembali, bahaya jika Rose ada di rumah. Hanya menitipkan pesan pada orang rumah, jika ia pergi untuk bertemu Justin, tidak menjelaskan secara gamblang tempat tujuannya.
Lima belas menit kepergian suami dan anaknya, Rose kembali seorang diri ke rumah. Meninggalkan ibunya yang masih belum selesai dengan urusan pekerjaan. Terus terang saja, Rosie masih tidak bisa berlama-lama pergi dari putranya. Padahal, ia meninggalkan ASI perah di dalam lemari pendingin untuk Haime. Tetapi rasa khawatirnya terlalu berlebihan. Tiba di rumah menjelang sore hari. Melempar tanya di atas sofa. Bukan suster pengasuh yang muncul setelah Rosie memanggilnya. Melainkan asisten rumah tangga dan supir, "Haime belum bangun ya mbak." Jika sudah memiliki anak, ia jarang menanyakan suaminya. Lebih sering menanyakan putranya. (Hehe...lol)
"Keluar bu, sama bapak katanya jalan-jalan mau ketemu Justin."
"Oh ya udah," merasa aman karena suster putranya ikut bersama Jungkook. Tetapi dalam dua detik muncul pertanyaan baru dalam pikiran. "Ini Justin siapa mbak, temen bapak. Atau Justin kuda...?"
"Bapak cuman bilang JUSTIN bu, gak tau itu kuda apa manusia."
"Kayaknya yang kuda nih. Pasti mau ajarin Haime naik kuda. Kalau ada apa-apa gimana, masih kecil juga. Seminggu lalu ngajarin anaknya taekwondo. Astagaaaaaaaaa dipikir boneka kali ya anakku." Rosie yang heboh dan panik mengambil tas dan berlari ke garasi. Menyusul Jungkook. Sangat yakin suaminya pergi kesana.
❄️❄️❄️
Tiba di tempat tujuan tidak sempat menghirup banyak udara, bernafas seadanya. Rosie berlarian ke pinggiran area pacu, dengan mudah menemukan suaminya dari postur Jungkook. Dalam dekapan ada putranya yang sangat senang sekali, mereka sedang terlibat pembicaraan, bercanda, tertawa. Ada Justin dan Nochu yang tidak mengenakan perkakas pacu.
"JEOOOOON," Suara Rose menggema bersama semilir angin. Jungkook merasakan ada yang memanggil namanya. Mencari sumber suara, terkejut mendapati istrinya dengan wajah seperti ingin memakan manusia. Kemudian menyerahkan Haime kepada Rosie setelah wanita itu sudah di dekatnya. Karena Haime ingin minta gendong oleh mamahnya. "Jangan ngaco kamu, itu kuda pacu. Bukan kuda poni. Yang bener aja. Kalau jatuh. Keinjek, terus kelempar gimanaaa."
"Enggak sayang, aku cuman ngajak liat Justin aja. Gak ngapa-ngapain."
Tidak yakin begitu saja dengan penuturan suaminya, Rose melirik dengan tatapan intimidasi kepada suster pengasuh Haime yang ketakutan, sehingga mengangguk dengan cepat, kemudian pengurus Justin juga mengangguk. "Bener bu yang pak Jungkook katakan." Dirasa sudah mendapat jawaban yang ia inginkan, Rosie baru tersenyum tetapi untuk anaknya bukan tersenyum pada suaminya, ia mengajak bicara Haime dengan bahasa inggris. Jungkook meringis dengan senyum terpaksa, sungkan: karena tidak hanya mereka yang ada disana, tetapi ada orang lain atau keluarga lain. "Maaf, istri saya memang agak bar-bar orangnya kalau panik, bayangin aja pak, kalau saya selingkuh, pasti lebih serem dari pada tadi."
Reaksi bersahabat ditunjukkan oleh orang-orang itu, mereka tidak bisa menahan gelak tawa, kemudian memulai obrolan ringan.
S E L E S A I
Ini udah benar-benar selesai. Kehidupan yang Jungkook sama Rosie jalani seperti keluarga pada umumnya. Aku pamit ya, sehat selalu untuk kalian semua....
Salam sayang
Liu 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Regnbue || Jeon - Rosé [END]
Fanfiction[ C O M P L E T E D] "Beauty is formed from the many wounds of the past. Life that isn't easy will still be someone who goes through a lot." Dalam satu malam, setelah cahaya putih membias tubuh Jungkook dan Rosie, ada bagian dari diri mereka yang bi...