Kalimat menggunakan kata-kata kasar, harap jangan ditiru.
•••••••••
Begadang lagi, tanpa melirik jarum jam yang terus saja bergerak. Jungkook sudah bisa mengukur, sekarang memasuki fase dimana tubuh harus beristirahat.
Sayangnya, kedua mata miliknya masih belum mengantuk, tetapi digunakan untuk melakukan kegiatan bermanfaat dengan membaca halaman modul secara berurutan juga catatan agenda yang ia rangkum pada semua mata kuliah.
"JUNG." Yungyeom membanting pintu tanpa permisi, matanya menyiratkan kekhawatiran berlebih.
"Lo berantem lagi sama anak teknik?" Spontan saja ia menanyakan ini kepada Jungkook.
Terkejut karena tidak melakukan hal-hal di luar batas akhir-akhir ini, ia menoleh ke belakang menatap heran pada Yugyeom yang bersandar di daun pintu.
"Gue berantem urusan apa sama mereka." Jawab Jungkook membalas tanpa senyum sedikit pun.
Yungyeom menaikkan rambutnya kesal, "Kok Bambam kena sih."
"Bambam, maksud lo?"
"Gak tau. Kiming telpon gue barusan."
Jungkook mendorong kursi ke belakang dengan punggungnya, hingga benda itu terjatuh membentur lantai, ia langsung menyambar ponsel dan berlari menyusul Yungyeom yang sudah tak terlihat.
❄️❄️❄️
Udara dingin dini hari menggelanyut pada sekujur badan, keduanya baru saja tiba dengan pikiran berkecamuk. Mingyu ada disana, berdiri di samping Bambam. Dia tidak berhenti berbicara, seperti orang marah. Bisa di asumsikan demikian, karena kedua tangannya yang dilipat di depan dada dan nada bicaranya yang ketus.
Lalu Yungyeom turun dari jok motor, merapikan rambutnya, setelah Jungkook mematikan mesin motor di area parkir. Mereka berjalan cepat karena sudah melihat dua orang duduk di teras minimarket.
"Uuhhh, perih itu pasti, goresan ditangan lo kelihatan sampe sini." Yungyeom menatap Bambam, menahan ngilu pada dirinya sendiri.
Jungkook merebut bongkahan kecil dari es batu dibalut sepotong kain kecil dari tangan bambam.
"Berapa orang." Tukasnya singkat.
Mingyu menggeleng lemah memandang Jungkook, "Percuma lo nanyain ini setan. Gue nanya dari gue jelek sampe ganteng, gak ada satu pun pertanyaan yang dia jawab."
Bambam menatap sinis pada semua yang manusia riweh di hadapannya.
"Apaan sih, ribut bener lo pada."
"EH DUGONG, LO YANG BIKIN ORANG JADI RIBUT. MASA KALAH DUEL SAMA ANAK TEKNIK, MALU-MALUIN. JATUH HARGA DIRI GUE SEBAGAI TEMEN LO." Yungyeom menekan setiap kata dengan detail maksimal.
Suara berisik dan gaduh menguntungkan bagi mereka kali ini karena lokasi minimarket sedang sepi pengunjung, di tengah malam dimana manusia sedang beristirahat.
Bambam menarik kasar bongkahan es yang di rebut oleh Jungkook, ternyata luka lebam ada di tulang kering dan sekitarnya.
"Anak teknik apaan sih. Dia CEWEK, satu fakultas sama kita. Gue gak kenal orangnya. Siapa tadi namanya. Rose, Risa, Rosie, Rusa. Pokoknya itu dah."
Tetapi dengan jumlah mahasiswa dan mahasiswi yang banyak. Menemukan nama yang dimaksud Bambam sulit. Kemungkinan di bawah satu persen. Nama yang disebutkan pun belum tentu nama sebenarnya bisa jadi nama panggilan saja.
Giliran Yungyeom yang melakukan sesuatu, ia menempelkan jari telunjuk didepan bibirnya, kedua matanya melebar bibirnya terus menerus memberikan aba-aba pada Bambam. Harusnya sih dimengerti.
Mingyu melihat gelagat Yungyeom. Anehnya lelaki ini lebih tenang.
Pertama: Bambam tidak mampu menangkap maksud tingkah Yungyeom, kedua: lelaki ini baru mengerti setelah otaknya mencerna pelan-pelan, dan berfikir. Oke, sekarang ia gugup, mengatupkan bibirnya rapat 'menyesal' telah menyebutkan nama-nama tadi.
Terlambat, perkataan tidak bisa di tarik kembali. Jungkook tentu sudah mendengar semuanya dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regnbue || Jeon - Rosé [END]
أدب الهواة[ C O M P L E T E D] "Beauty is formed from the many wounds of the past. Life that isn't easy will still be someone who goes through a lot." Dalam satu malam, setelah cahaya putih membias tubuh Jungkook dan Rosie, ada bagian dari diri mereka yang bi...