31 - Níu

1.7K 328 20
                                    

Bernafas terlebih dahulu sebelum membaca...

❇❇❇

Bukan karena segala persiapan, atau permintaan yang baru saja Jungkook ajukan padanya. Atau terkesima dengan kinerja para pelayan yang bekerja keras agar acara berlangsung lancar. Atensinya justru teralihkan. Mereka berdua memandang searah pada ponsel Rosie yang menyala-nyala di atas meja. Wajahnya berubah menjadi tak nyaman. Jungkook tidak membaca dengan jelas nama yang tertera, karena Rosie segera menutup identitas nama si pemanggil. Ia tidak membiarkan ponselnya terlalu lama mengeluarkan bunyi.

"Ha—."

"Lo dimana, pergi dari sana, ajak Sejeong...BURUAAAAAN."

"Kenapa ? Jangan bilang kalau—." Rosie berharap tebakannya tidak tepat.

"Pindah ke tempat lain Ci. Dia udah tau tempat lo."

Jungkook menyadari perubahan drastis sebelum dan sesudah Rosie menerima panggilan telepon. Tubuh wanita itu bergerak gusar ke semua arah mata angin. Bahasa tubuhnya juga menunjukkan jika ada sesuatu yang tidak beres. Menyugar berulang kali rambut yang sebenarnya baik-baik saja.

"Gue lagi di luar, gak tau kalau Seje—."

Koneksi panggilan dia matikan sepihak, mengakhiri pada satu kalimat yang sengaja tak diselesaikan. Mengambil ancang-ancang untuk segera pergi. Kekhawatiran menyerang otak dan tindakan, 'Bahwasannya ia tidak bertemu dengan Sejeong setelah terakhir kali melakukan aksi penghindaran massal.'

Tidak, tidak. Semoga belum.

Jungkook berlari mengejar Rosie dan mencegahnya sebelum wanita ini di ambang batas pintu keluar.

"Ini ada apa? Siapa yang hubungi kamu..."

"Tolong, jangan tanya. Aku makin benci sama diriku sendiri. Aku capek. Rasanya mau mati."

"Oke aku gak akan tanya. Tapi jangan pernah keluar lagi omongan ngaco. Mati-mati. Aku gak suka dengernya."

"Harusnya kamu gak jatuh cinta sama aku Jeon."

Jungkook menahan luapan emosi, dia melampiaskan pada gerakan kasar di atas kepalanya sendiri. Memegang erat kedua sisi kiri dan kanan rambutnya. "Sayang, STOP. Omongan kamu makin gak bener," dirinya dapat mendengar penekanan kalimat yang Jungkook ucapkan.

Maafin aku Jeon, maaf.

"IYA MEMANG, AKU BUKAN CEWEK YANG BENER. BUKAN WANITA BAIK-BAIK. APA YANG KAMU HARAPKAN DARI AKU. BAHAGIA KAYAK KEHIDUPAN ORANG LAIN. SEPERTI ORANG LAIN. GAK AKAN PERNAH BISA."

Jungkook menggeleng, "Sini ponsel kamu. Tingkah kamu aneh setelah terima telepon."

Sekuat tenaga dia berusaha untuk mengambil benda itu, berbanding lurus Rosie yang berusaha menghindar, menghindar dan menghindar. Bersikeras untuk pergi. Jungkook sudah tidak bisa menahan kekasihnya, hembusan nafasnya berubah menjadi panas, dadanya terasa sesak. Perdebatan mereka menyita sedikit atensi beberapa orang yang ada disana. Jika semakin diteruskan. Banyak pihak yang akan merasa terganggu.

"Kalau langkah kaki kamu melebihi batas pintu. Tandanya kamu yang pilih akhiri hubungan kita."

Kalimat ini sangat jelas menusuk pikiran dan relung hatinya. Langkahnya berhenti. Dia menahan dirinya sendiri untuk tetap pada pendiriannya. Menoleh sekedar memperhatikan detail wajah tegas milik seseorang dengan kedua iris mata mulai memerah menatap balik padanya. Biarkan seperti ini, memilih tidak menjawab semua pertanyaan. Seulas senyum tipis sarat makna terpendam dia berikan untuk Jungkook.

'Aku sayang kamu Jeon.'

Rosie pergi dari sana...

Regnbue || Jeon - Rosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang