I'm Done with it

2.4K 385 19
                                        

Jangan menaruh rasa percaya berlebihan terhadap setiap perkataan yang ku ucapkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan menaruh rasa percaya berlebihan terhadap setiap perkataan yang ku ucapkan.

Aku tidak sebaik seperti dalam bayangan dan pikiranmu

Aku tidak sebaik seperti dalam bayangan dan pikiranmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◽◽◽

Seperti baik-baik saja jika dilihat hanya dari tampilan luarnya. Wanita ini melangkah dengan tergesa-gesa. Membawa pakaian kotornya dengan tangan kosong. Delapan pasang mata sekarang ditujukan hanya pada wanita itu. Jelas, karena hari ini dapat ditemukan di tempat ini berjalan santai di depan mereka, setelah kemarin hampir seharian penuh tidak bisa dihubungi.

Kembali dengan penampilan berantakan. Kegaduhan terjadi serentak di dalam rumah. Pertanyaan beruntun dia terima, ada Lisa, Joy, Mina, Sejeong tidak berhenti bersuara. Kemungkinan semuanya menginap menemani Sejeong. Berbagai macam tatapan di berikan pada Rosie, yang memiliki banyak makna tersirat.

Sekarang meletakkan pakaian itu di atas mesin cuci. Membiarkan begitu saja.

"Joy, bisa minta tolong. Tutup pintunya."

Kalimat ini mengakhiri kebisingan berganti pada menatap satu benda yang sama yaitu daun pintu. Bertambah saja, pertanyaan dalam benak mereka.

Diantara mereka, Lisa yang lebih penasaran, mendekatkan dirinya kepada wanita yang memiliki tinggi badan sama dengannya. Sedangkan Mina menaruh kecurigaan di luar rumah. "Ada apaan? kok pintunya ditutup ?" Mina berjingkit-jingkit dari tempatnya berdiri.

Rosie membelah garis rambutnya ke samping kanan.

"Pertamanya gue gak sadar, karena beda-beda orang. Sama yang hari ini. Totalnya ada tiga orang. Cuman, ada satu orang yang bakal kayak begini. Kirim orang buat awasin gue. Dari tempo hari, gue pikir cuman orang yang arah pulang atau pergi sama kayak gue. Searah. Ternyata bukan. Mereka gantian, memang sengaja ikutin gue."

Semuanya terlonjak. Bergerumun di depan jendela yang samar, karena terhalang tirai tipis seperti perisai.

"SERIUS..." Ucap mereka serentak.

Rosie menekan jari telunjuk di depan bibirnya. "Jangan berisik, nanti kedengeran."

"Masa sih, mana? Itu yang gendut ya Je ? orangnya item. Cuman itu yang gue lihat dari sini."

"Mana gendut? gue gak liat siapa-siapa." Lisa protes karena tidak melihat apapun.

Rosie merebahkan tubuhnya di atas sofa. "Ada–––kalo gak kelihatan sembunyi kali."

Joy berjalan ke arah Rosie berbaring, mendaratkan tubuhnya untuk duduk di samping tubuh Rosie. "Siapa maksudnya? satu orang? Ini arah omongannya ke cowok lo, yakin cowok lo?, dia orangnya baik gitu."

Mina menggeleng, "Gak gitu juga kali Joy. Sayang gak mesti sampai harus begini. Namanya bukan suatu hubungan, kalau gak dilandasi rasa saling percaya. Belum jadi suami sudah begitu. Apalagi jadi suami, bisa-bisa satu kompi pasukan tempur dia suruh awasin. Gue pribadi bakal risih."

Rosie termangu, meresapi perkataan Mina.

Malam harinya...

Jika, dia mengatakan tidak mencintai, itu semuanya bohong. Berusaha membuktikan sekuat tenaga agar terlihat biasa saja.  Berusaha menutupi agar terlihat baik-baik saja. Berusaha sabar agar terlihat seperti tidak terjadi apapun. Menginginkan kehidupan normal seperti pasangan pada umumnya. Sudah tidak lagi, Hubungan yang semula terjalin baik, sekarang mulai rapuh juga hambar.

Katakan saja, ini sesuatu yang seharusnya tidak dia pikirkan. Hampir keseluruhan isi pikirannya saat ini tertuju pada lelaki yang dia kenal baru-baru ini. Berkali-kali menepis, tidak berarti bayangan Jungkook menghilang dari pikirannya. Kemarin malam, banyak hal yang di ceritakan oleh lelaki itu pada Rosie. Wanita ini berusaha menjadi pendengar yang baik. Memberikan saran, atau sekedar masukan. Jungkook juga menyebutkan beberapa permintaan yang ditujukan untuk wanita yang seharian menghabiskan waktu bersamanya.

Rosie melepaskan tangannya, sudah lima belas menit bertahan menopang dagu. Menggantikan dengan merebahkan dirinya di atas hangatnya tempat tidur. Menggerakkan jarinya untuk menggeser layar ponsel, setelah mendapat sebuah panggilan video.

"Kamu belum tidur?"

"Hmmm." Rosie berdehem lirih saja. Lelaki di ujung sambungan menautkan salah satu alisnya.

"Kenapa gitu ekspresinya."

Rosie menutup mulutnya yang tidak berhenti menguap, kedua matanya sudah meredup, "Ini mau tidur, ngantuk...mau istirahat."

Lelaki itu tersenyum lebar menampilkan kedua lesung pipi yang sudah dimiliki sejak lahir. "Iya, bentar–––hampir aja lupa. Mau kasih kabar ke kamu. Kita nanti gak jauh-jauhan lagi. Aku balik ke Indonesia, tiga hari lagi."

Jawaban sederhana dengan anggukan kepala dan memilin sedikit rambutnya. Ingin bertanya pada sang kekasih perihal para penguntit yang mengikuti dirinya. Tetapi ia urungkan, dirinya belum memiliki cukup bukti untuk saat ini.

Rosie tersenyum, melambaikan tangannya. "Iyaa. Aku tidur duluan ya? kamu baik-baik disana."

Lelaki di dalam panggilan video, juga melakukan hal yang sama. Panggilan video berakhir. Rosie meletakkan ponselnya jauh dari pembaringan. Kedua tangan, menarik keatas agar selimut wol merah muda menutupi seluruh tubuhnya tanpa kecuali.

Baru terpejam, seperkian detik. Sebentar berpindah tempat–––di alam mimpi. Kedua kelopak mata Rosie kembali terbuka setengah, Sejeong menerobos masuk ke dalam kamarnya. Menggerakkan tubuh Rosie berkali-kali dari balik selimut.

"Lo, yang suruh dia kesini?," kepanikan menguasai nada bicara Sejeong.

Rosie terganggu, ia menjauhkan tangan Sejeong dari tubuhnya "Aaaaaa, gue ngantuk Se. Gak ngerti maksud lo, dia...dia ?." 

Sejeong menarik kedua yang Rosie yang lemah. "Nah lho, terus ngapain tu anak di depan. Gak mungkin gue yang suruh dia kesini. Dan kenapa dia bisa tau rumah yang kita sewa."

Bangkit dengan pasrah, menyibak selimut yang sudah sangat nyaman, mengenakan sandal kamar boneka tupai merah muda miliknya. Berjalan sambil menghentakkan kedua kakinya. Di belakang tubuhnya, Sejeong terus mengekor tidak berhenti panik.

Kunci pintu utama di depan rumah diputar, sehingga menyebabkan daun pintu terbuka lebar. Sosok seseorang tersenyum saat mengetahui Rosie muncul, membuat wanita yang semula ingin tidur karena lelah. Dalam Sekejap membuka lebar kedua matanya.

Sejeong, memegang erat lengan Rosie, "Sebenarnya lo kemarin kemana? tidur dimana? lo pasti bohong waktu bilang ke luar kota karena ada urusan. Ya kan? ini ADA APAAN SEBENERNYA..." Sejeong berbisik lirih penuh penekanan di samping telinga Rosie.

Ingin meneruskan kedua langkah kaki ke depan sana, Sejeong kembali menahan tubuh Rosie, "Gue bener-bener tanya Je, Ini lo sama Jungkook gak ada apa-apa kan..."

Regnbue || Jeon - Rosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang