P E R Y G L O N

2.1K 329 4
                                    

Penggambaran sederhana. Sudah tiga hari mereka tidak melakukan komunikasi intens seperti sebelumnya. Tidak rutin bertemu, tidak pula sekedar mengirim pesan singkat. Atau berbicara melalui sambungan telepon. Jungkook sibuk dengan dunianya. Begitu pula Rosie. Wanita kebanyakan akan menuntut untuk bertemu, menghabiskan waktu bersama. Rosie tidak menyukai kegiatan berlebihan seperti itu, katanya jika bertemu setiap saat akan cepat bosan. Bisa jadi berubah menjadi benci. Siapa yang tahu?


Wanita itu terlihat sedikit berantakan setelah menyelesaikan lukisannya yang kedua dan lukisan pada sepuluh buah tembikar jadi. Mengatur tata letak cinderamata keramik mungil dengan bentuk berbeda-beda di dalam kabinet kaca, dan lemari kaca etalase berbentuk unik. Semula rambut yang terikat rapi, sedikit mencuat mengitari kedua sisi kepalanya. Berulang kali dirapikan. Tetap saja kembali berantakan.


Ada dua pintu masuk, pintu pertama adalah pintu berputar. Ketika dibuka, pintu ini tidak mengambil area ke belakangnya terlalu banyak. Designnya sederhana, dengan warna merah membuat tampilan mencolok pada tempat ini. Pintu kedua seperti berlapis kaca dengan material kayu di dalamnya. Namun, bagian kacanya memperlihatkan aksen retak yang melebar karena seakan-akan telah dipukul pada satu titiknya.


"Nona seniman."


Rosie menoleh, menemukan laki-laki, sedikit lebih tinggi darinya, berambut brunette, memakai kacamata hitam bingkai perak emas bak supermodel berdiri pada pintu pertama setengah pintu itu sudah terbuka terhalang badannya.

"Wah, banyak barang baru." Kebahagiaan menyinari wajahnya. Menyerang rasa penasaran dengan pemandangan yang ada di dalam sini.


"Aku kemarin kesini, tapi gak liat yang di susun dekat kabinet kaca."

"Itu baru selesai tadi pagi pengerjaannya."


Jimin mengangguk bijaksana. "Yaap," Matanya memandang berkeliling di sekitar toko. Kali ini dia mengurangi nada yang keluar dari pita suaranya. "Vinan gak ada kan?"


Rosie mengangguk nyaris tak tampak dan membuka mulutnya, "Mas Vinan mau buka exhibition lagi. Jadi ke VHW art foundation katanya."


"Ya, ya, menyibukkan diri karena makin patah hati—cowok yang antar kamu tempo hari. Itu si Jeka sepupu Vinan."

Kentara sekali Rosie bingung. Dia memikirkan seluruh rangkaian kalimat yang Jimin ucapkan.


"Sepupu mas Vinan? maksudnya—mereka keluarga?."

Wajah Jimin berubah datar, garis sudut bibirnya yang tersenyum berubah lurus. "Itu Jeka? Atau aku salah liat sih." Ia kembali bertanya pada Rosie agar yakin.


"Jeka, Jeon, Jungkook, Kuki. Kalau itu yang dimaksud. Iya bener."

Jimin merasakan perubahan dari raut wajah Rosie. Wanita ini benar tidak mengetahui sesuatu.


"Kamu gak tau sama sekali, Jeka gak cerita? atau Jeka gak tau kamu kerja di tempat Vinan? Atau Vinan gak kasih tau. Padahal tu anak liat Jeka waktu anter kamu."


Beberapa detik Rosie diam dari tempatnya berdiri. Dunia besar dan luas, nyatanya sebaliknya.

❄️❄️❄️

"Pak, di depan ada yang nyari?" laki-laki berusia sekitar tiga puluh tahun mengatakan kepentingannya setelah mengetuk pintu.

"Siapa?"

"Dia bilang namanya Jennie."

Tangannya bergerak meletakkan pena, membiarkan lembaran kertas berantakan di atas meja kerja.

Regnbue || Jeon - Rosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang