36 - Sunflower

1.7K 288 37
                                    

Waktu yang terus berjalan, tidak bisa diputar kembali. Begitu pula dengan orang-orang yang sudah pergi dari dunia.

Apa yang ia perlihatkan dari wajahnya hari ini—tidak jauh berbeda dengan kemarin, senyuman dari seorang lelaki dewasa, yang sudah menyelesaikan pendidikannya. Kemarin Jeka serta mahasiswa dan mahasiswi lainnya sudah melaksanakan wisuda kelulusan di universitasnya. Jika dihitung, hari ini genap satu tahun, delapan bulan. Ya... hampir dua tahun. Rosie pergi dari kehidupannya.

Sendirian, di depan bingkai foto yang berukuran 12 x 15 cm menempel di dinding, terdapat potret dirinya, Bambam, Yugyeom dan Mingyu dengan mengenakan toga yang sama. Potret kebahagiaan.

"Gimana?" suara Mingyu keluar dari kamar mandi, tubuhnya kembali segar. Setelah sebelumnya menggunakan waktu santainya untuk bermain tenis, sedangkan Bambam dan Yugyeom sedang pergi membeli oleh-oleh, karena besok mereka akan kembali ke daerah asal mereka masing-masing.

"Fix jadi pergi, gak bisa di wakilkan sama si Tony. Relasi yang disana, mintanya gue sendiri yang turun tangan." Jeka mengangkat kedua bahunya pasrah, Mingyu mengangguk menunjukkan jempol jari tangan. "Seneng gue punya sahabat bermutu kayak lo Jung, gak nyangka aja. Sahabat gue ternyata pinter cari duit. Dan berhasil kibulin gue selama ini."

Jungkook mendorong lengan Mingyu dan tertawa terbahak-bahak. "Yakali masa gue teriak. Woi gue hebat lhoooo." Jeka membela dirinya dengan argumen pribadi.

"Iya juga sih. He, he...gue bahagia aja, hubungan lo sama keluarga lo, sama Bang Vinan membaik. Sikap lo makin dewasa, dan udah bisa ikhlasin Rosie. Gue sempet khawatir lo depresi. Tapi ternyata enggak. Udah bisa nemuin pengganti Rosie."

Seperti perkataan Mingyu, lelaki ini tersenyum dan mengamini. "Gue tetep inget dia sebagai bagian dari orang yang gue sayang. Tapi gue harus tetep cari istri. Sedih berkepanjangan gak bagus juga Gyu."

Mingyu bertepuk tangan, setengah kagum dan mengejek atas jawaban yang Jungkook berikan.

❄❄❄

Brisbane, Queensland. Australia.

"Liatin ponsel mulu kak, kalo kakak mau ada urusan yang penting, kita pulang aja gak papa kok." Rosie merasa tidak enak hati, karena Jisoo menyempatkan pergi jauh-jauh dan tiba disini kemarin sore, untuk merayakan hari spesialnya. Jisoo menggeleng dan memainkan rambut Rosie seperti tali yang mengikat kuda. "Gak sibuk kok Chaeng. Bentar ya. Bentar aja, ntar gue balik. Tunggu disini, jangan kemana-mana. Liatin aja foto yang gue kirim, biar lo gak bosen." Jisoo melambaikan tangan, meminta Rose mengingat pesannya.

"Eh, jangan lama-lama kak," diliputi perasaan khawatir setengah berteriak melihat punggung kepergian Jisoo, kemudian kembali menatap pantulan wajahnya dari layar ponsel. Selama ini ada supply informasi dan beberapa foto yang Jisoo berikan padanya. Rasanya sudah lebih dari cukup untuk sekedar mengetahui kabar seseorang. Layar ponsel kembali dinyalakan, memeriksa foto tertentu milik seseorang, mengulang-ulang tidak bosan hal yang sebelumnya sudah ia dilakukan. Berakhir selalu berbicara sendiri dengan foto-foto itu.

"Harusnya kita foto berdua pas wisuda, ya...tapi mau gimana lagi. Nah, kamu kayak gini kan bagus— lebih rapi, ganteng kalo poninya ke atas. Ini perasaanku aja, atau badan kamu lebih tinggi. Masih rajin olahraga kan...makin kangen. Hiks." Atensi yang ia gunakan terbagi menjadi dua objek, dari layar ponsel dan bunga-bunga matahari yang berdiri tegak serta mekar di sebelah kanan tubuhnya. Sampai tidak menyadari jika sedari tadi berjalan sampai ke area ini menyebabkan keberadaannya cukup jauh dari tempat sebelumnya.

'Astaga, sampe sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Astaga, sampe sini. Mesti balik nih, kalo gak kak Jisoo bakal nyariin.' Rosie membatin, niatnya harus kembali kesana, agar Jisoo tidak khawatir mencari keberadaannya.

Terlonjak hampir terjerembab setelah berbalik seratus delapan puluh derajat—ada seseorang yang berdiri di belakang tubuhnya, dengan senyuman yang sulit digambarkan seperti apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlonjak hampir terjerembab setelah berbalik seratus delapan puluh derajat—ada seseorang yang berdiri di belakang tubuhnya, dengan senyuman yang sulit digambarkan seperti apa. Membuatnya membeku di tempat.

"Jalan itu jangan sambil liat hp, bahaya. Kamu bisa jatuh. Ganteng banget kayaknya fotoku, sampe segitunya kamu liatin," senyuman yang sudah lama tidak Rose lihat secara langsung.

Mulut Rosie menganga, bibirnya tidak mengatup dengan benar, karena masih dalam keadaan sangat terkejut.

"Selamat ulang tahun sayang, my Roseanne."

"Hah, kok. KAMU. INI-INI APA? NGAPAIN? Bisa tau aku disini, salah orang. Sori. Bukan-bukan." Semua kalimat yang keluar dari mulutnya adalah kalimat yang tidak beraturan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Regnbue || Jeon - Rosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang