Jika membenci seseorang yang pernah mengisi hati kita, bukankah itu sama saja seperti kita masih mencintainya.
▫▫▫
Ada dua benda yang sedang ia pandangi, pertama: jaket berwarna hitam, kedua: plester luka yang menempel di kulitnya. Sisa plester masih banyak di dalam kotak.
Dan menarik perhatian Rosie, mula-mula ekspresinya biasa saja. Tetapi ia mengangkat kedua sudut bibir perlahan. Tersenyum, melihat plester transparan dengan gambar kepala kelinci.
"Beli dimana ? kok lucu. Warnanya pink, cute nya. Ada gambar bunga mawar gak ya..."
Kesadarannya kembali tidak lama setelah itu. Ia menjauhkan pandangan dari plester luka. "Aduuuh, ngapain sih gue tadi!"
Kali ini fokusnya mengarah pada benda pertama yaitu jaket hitam. "Jam berapa sekarang?" Rosie menelisik menengok pada kedua jarum jam yang bergerak menunjukkan saat ini sudah pukul sembilan malam. "Kalo di kembalikan sekarang gimana ya."
Gerakan jari jemari yang menari diatas meja, pertanda Rosie sedang berfikir sebentar sebelum mengambil keputusan.
"Iya deh, sekalian ketemu sama June."
Wanita ini mengambil coat dan mengenakannya, meletakkan jaket Jungkook di dalam paper bag merah muda miliknya.
Baru menutup pintu kamarnya, Sejeong sudah bangkit, dari tampilannya ia sedang dalam kondisi perawatan wajah menjelang tidur.
"Jangan keluar, udah malem. Ngalong mulu lo."
"Sebentar doang." Rosie menjawab seadanya.
Sejeong tidak bisa berbicara dengan leluasa karena benda yang menutup wajahnya, "Kemana sih? gak enak kalo ada tetangga yang lihat. Nanti di sangka mereka apaan."
Rosie mengangkat dagunya, memikirkan sesuatu. "Ya udah gue bawa modul, jadi nanti kalo ada yang liat. Bilang ada urusan kampus."
'Luar biasa Rosie Annemarie, cerdas sekali. Ada aja idenya.' Bathin Sejeong.
"Itu paper bag isinya?," Sejeong mencuri pandang ke bawah. Kemudian mengembalikan pandangannya pada Rosie.
"Siapa nama cowok yang hujan-hujanan sama gue?" Rosie menaikkan kedua abisnya bertanya.
'Kejadiannya kapan, nanya-nya kapan?'
"Namanya Jungkook, biasanya dipanggil orang-orang Kuki. Gue gak tau alamatnya karena bukan emaknya."
Sejeong menutup matanya menghembuskan nafas kemudian melepaskan paper mask dengan terpaksa lahir batin.
"Demi jaket, lo pergi kesana malam-malam. Nanti pulang-pulang ada lagi yang lo hajar."
Rosie melenggang pergi, Sejeong berisik.
Tetapi Sejeong tidak putus asa.
"Gue temenin, oke. Mencegah sesuatu yang tidak di inginkan." Penawaran untuk Rosie.
Ucapan Sejeong, membuat langkah Rosie secara otomatis berhenti. "Gue mau ketemu June juga, jadi balik ke rumah agak lama. Memangnya lo mau?"
Sejeong diam, sekarang menarik nafas dalam-dalam sebelum di hembuskan perlahan, niatnya untuk menghilangkan garis halus pada kulit dan mengencangkan kulit. Harus berakhir dengan kegagalan karena Rosie membuat kulit wajahnya kendor kembali. "Ya udah, jangan sering keluar malem. Angin malam itu penyakit. Lo mau, masih muda sakit-sakitan? oh, iya...lupa kasih tau sesuatu." Sejeong berlari ke dekat kabinet kaca. Kembali dari sana dan mengulurkan tangannya pada Rose.
"Nih buket bunga mawar merah mix merah muda. Gak ada nama pengirimnya, cuman ada nama lo."
Rosie merogoh bagian dalam buket bunga, mungkin bisa diketahui siapa pengirimnya.
"Aduh, apaan sih bunga-bunga segala. Memangnya gue kuburan. Dikasih bunga. Buat lo aja Se. Gue pergi ya? Jangan lupa kunci pintunya. Gue bawa kunci cadangan."
Rosie pergi,
Sejeong diam mengheningkan cipta karena tingkah wanita itu. Memegang buket bunga. Malang sekali engkau bunga.
We walking the wire....L. O. V. E
KAMU SEDANG MEMBACA
Regnbue || Jeon - Rosé [END]
Fanfiction[ C O M P L E T E D] "Beauty is formed from the many wounds of the past. Life that isn't easy will still be someone who goes through a lot." Dalam satu malam, setelah cahaya putih membias tubuh Jungkook dan Rosie, ada bagian dari diri mereka yang bi...