Dua Puluh Tujuh - Mantel Bewarna Khaki

1.2K 228 39
                                    

Bola mata Sinb sedari tadi tak berhenti menatap Eunha yang tengah mondar-mandir diruangannya. Sejak ia terjaga dari tidurnya, ada saja yang dilakukan gadis itu untuk mencairkan suasana. 

"Sinb kau mau makan apel yang dibawakan nenek at---" 

"Eunha..." 

Mendengar Sinb yang memanggil namanya, gadis itu menyahut, dan dengan cepat menarik kursi disamping ranjang Sinb lalu duduk disana.

"Ada apa Bi kau membutuhkan sesuatu ?"

"Tidak" Sinb menggeleng "Aku hanya ingin kau duduk diam sebentar saja..." 

Ucapan Sinb, membuat Eunha menunduk, sedetik kemudian gadis itu kembali mengangkat wajahnya. Memperlihatkan ekspresi menyesal bercampur sedih yang sangat tidak ingin Sinb lihat. 

"Aku minta maaf" lirihnya 

"Aku benar-benar tidak tahu kalau kau alergi pada buah anggur..." 

Sinb yang mendengar ucapan penyesalan Eunha lalu tertawa terbahak-bahak "Ah jadi ini alasan kenapa sejak tadi kau jadi sok perhatian padaku ? padahal kemarin-kemarin kau hanya mempedulikan Jungkook" 

Eunha membulatkan matanya "A-a-apa ?! Ah maafkan aku, Sinb apa kau cemburu karna tingkahku pada Kookie? Ah seharusnya aku sadar jika sekarang dia sudah punya istri. Sinb ini tidak seperti yang kau pikirkan! aku tidak ada hubungan apapun dengannya!" Eunha meraih tangan Sinb dan menggenggamnya erat. Gadis itu menatap mata Sinb dengan lekat. Berusaha menyalurkan mantra 'percayalah pada ucapanku, aku tidak berbohong, sumpah!' 

"Jadi hubunganmu dan Jungkook ?"

"Dia sahabatku, sahabat sejak kami masih kecil"

"Sahabat ?" Sinb kembali  bertanya pada Eunha. Sahabat apa yang dimaksud gadis ini. Apakah sahabat seperti ia dan Moonbin ? Tapi Sinb merasa jika ia tidak pernah begitu menempel pada Moonbin seperti yang dilakukan Eunha pada Jungkook. 

"Dulu aku menyukainya... tapi dia menolakku.." Eunha memelankan nada bicaranya 

Sinb tersenyum kecil. Sudah bisa ditebak pasti ada cerita lain dibalik kata 'sahabat sejak kecil'.

"Dia menolakku karna katanya aku pendek. Bukankah dia sangat kejam ?!" Eunha mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Gadis itu kembali mengulang memori dimana ia ditolak mentah-mentah dengan Jungkook dulu. 

Ucapan Eunha sontak membuat Sinb kembali tertawa terbahak-bahak . Gadis itu seolah lupa jika semalam ia hampir kehilangan nyawa karna sulit bernafas. 

"Tapi sekarang aku sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi padanya selain sebagai seorang sahabat. aku bersyukur karna dia akhirnya menikah denganmu, aku hampir saja percaya pada berita yang mengatakan bahwa Jungkook adalah seorang gay. Sampai akhirnya aku mendengar dari nenek dan kakek bahwa dia akan menikah denganmu" Eunha tersenyum senang sambil terus mengelus punggung tangan Sinb 

"Lalu kenapa kau bisa tinggal serumah dengan nenek dan kakek ?"

"Ah itu... semenjak Jungkook, paman, dan bibi memutuskan untuk meninggalkan Busan, nenek dan kakek jadi tinggal sendirian, aku tidak tega, makanya aku berinisiatif untuk tinggal bersama nenek dan kakek sambil merawat mereka. Lagipula aku juga bekerja di Busan. Dan kau harus tahu,  nenek adalah orang yang baik. Percayalah! Sikapnya memang seperti itu diawal. Tapi nenek sangat baik, pagi tadi saat kau belum sadar, nenek dan kakek datang kemari untuk menjengukmu dan membawakan apel itu untukmu. Mereka bahkan mau menjagamu saat aku pulang sebentar kerumah tadi" 

Sinb hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan Eunha.  Ternyata wanita tua itu tidak seperti apa yang ada dipikiran sinb.

"Dan kau seharusnya memanggilku dengan sebutan unnie, Hwang Sinb! apa kau tidak tahu ? meskipun tubuhku lebih kecil darimu tapi aku lebih tua satu tahun darimu!"

All Of a SuddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang