Aku tidak percaya dengan semua ini. Matanya dapat kutatap dari dekat, mata nya menatapku dalam,kulihat bibir yang memikat itu tersenyum,senyum yang selalu membuatku terpesona.
Aku masih tidak percaya, Kedua tangannya menyentuh pinggangku, perlahan...
Aku ingin dicintai olehmu suatu saat, Marc. Sebagaimana embun selalu menemani fajar, Sebagaimana matahari selalu menemani siang, Seperti itulah aku ingin menemanimu, disetiap nafasmu. ______________________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANN'S POV
Waktu berlalu dengan cepat, aku melirik jam dinding, ahh...sudah jam 3.00 saja, aku khawatir dengan Marc. Aku tidak melihat sosoknya masuk ke ruangan sedari tadi. Dengan keadaan setengah mengantuk, aku membuka pintu, aku berencana akan menunggu nya di luar.
Aku terkejut melihat sosoknya yang duduk di lantai di samping pintu ketika aku membuka pintu,aku mengerjapkan mataku sekali lagi untuk memastikan dia nyata berada di teras depan, kepalanya dibenamkan di atas kedua tangannya yang bertopang pada kedua lututnya. Aku melihat di depannya susu kotak berukuran sedang. Kotak susu itu sudah terbuka tutupnya kemungkinan dia baru saja menghabiskan seluruh isi kotak itu, disamping nya juga ada 3 kotak susu lagi yang masih baru. Sepertinya dia tertidur, sungguh aku tidak tega membiarkannya tertidur dengan posisi begitu, apalagi tidur diluar. Aku mendekatinya dan berlutut di depannya.
"Marc..." aku menyentuh lengannya lembut, dia mengangkat kepalanya dan dengan sigap dia menangkap lenganku yang membuatku tersentak. Dia menarik lenganku, sehingga tubuhku ikut tertarik mendekati posisinya.
Saking terkejutnya dengan apa yang dia lakukan, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku shock!
Aku bisa merasakan deru nafasnya ketika tangan kekarnya menarik paksa tengkukku untuk mendekat. Mataku semakin membesar ketika wajahnya mendekati wajahku.
"Boleh aku menciummu?sekali saja."
Aku ingin, Marc, tapi aku malu...debaran jantungku semakin kuat tidak beraturan. Jantungku rasanya sudah berceceran di lantai. Aku tidak kuat menahan debaran ini Marc, rasanya mau pingsan. Aku menjauhkan wajahku beberapa senti namun dia menarik tengkukku lagi kasar. Matanya tajam menatap mataku, sangat tajam hingga menusuk hatiku. Tatapan yang membuat aku merasa seperti ditelanjangi.
