Bau petrikor benar-benar bisa jadi pembantu Sooyoung dalam menaikkan moodnya yang kacau setelah seharian melakukan aktivitas wajibnya sebagai mahasiswa semester akhir di Hanguk University.
Namun, tetap saja aroma menenangkan ini membuat ia mengingat memori yang berusaha ia lupakan sakitnya tapi selalu ia simpan rapat dalam hati.
3 September 2017. Tepat setahun yang lalu.
...
Flashback On.
"Jung..."
Sooyoung mengeratkan pelukannya. Enggan membiarkan sang kasih beranjak dari ranjang.
"Sebentar, noona. Aku mau merokok."
Sooyoung menggeleng. Tak dibiarkannya Jeon Jungkook bangkit dari tidur.
"Pilih rokok atau aku?"
Jungkook menghembus napas lelah. Menyingkirkan lengan Sooyoung dari perutnya.
"Noona, kau tahu pasti kelemahanku. Aku mencintaimu. Sangat."
"Jika kau mencintaiku, berhenti merokok, Jung."
Jungkook tersenyum masam. Mencoba meredam emosi yang mulai mengarak naik karena alasan yang selalu menyulut perdebatan mereka.
"Aku sudah pernah bilang. Aku tak bisa berhenti, noona. Rasanya ada yang hambar tanpa rokok di bibirku."
"Apa bibirku masih kurang?"
"Tidak, tidak. Bibirmu itu berada di kategori berbeda. Itu canduku, noona."
Jungkook mengecup ubun-ubun Sooyoung lembut. Beranjak dari kasur lantas meraih rokok di atas meja sebelah ranjang.
"Hanya sebatang. Sumpah."
Sooyoung memandang sayu punggung tegap Jungkook yang menjauh.
...
"Huwek!"
Sooyoung gelagapan berlari menuju ke kamar mandi setelah mendengar Jungkook muntah.
Diurutnya belakang leher Jungkook lembut. Jungkook berlutut sambil menyandarkan dadanya pada wastafel. Kepala menunduk ke arah wastafel. Masih berusaha mengeluarkan isi perutnya.
"Gwenchana?"
"Hm. Hanya sedikit maag."
"Aku sudah sering memeringatkan jangan telat sarapan, kan?"
"Mianhae, noona."
Sooyoung tersenyum kecil. Membantu Jungkook bangkit lantas memapah pria itu menuju sofa.
"Sudahlah. Tunggu disini. Akan kuambilkan obat."
...
"Hik-hik!"
Sooyoung terbangun dari tidurnya. Suara napas berat itu membuat tidurnya terganggu. Sooyoung menengok ke samping. Menemukan Jeon Jungkook yang berdiri di balkon apartemen mereka.
"Hik-hik!"
Sooyoung jelas terkejut kala dilihatnya Jungkook terjatuh. Tangan pria itu bergetar memegang dada.
Sooyoung tergopoh turun dari ranjang. Setengah berlari demi menjangkau prianya.
"Jung!"
"No-noona."
"Kau kenapa?"
"Hik-hik! Asmaku se-sepertinya kambuh."
Sooyoung meletakkan lengan kekar Jungkook di belakang lehernya. Membopong pria itu masuk.